Pangeran Wijayakrama: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aans03 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 12: Baris 12:


Sepeninggal dirinya, putranya yang bernama Ahmad Jaketra, melanjutkan kepemimpinan sebagai penguasa Sunda Kelapa/Jayakarta juga dengan gelar yang sama, Pangeran Jayakarta, atau tepatnya Pangeran Jayakarta IV.
Sepeninggal dirinya, putranya yang bernama Ahmad Jaketra, melanjutkan kepemimpinan sebagai penguasa Sunda Kelapa/Jayakarta juga dengan gelar yang sama, Pangeran Jayakarta, atau tepatnya Pangeran Jayakarta IV.

{{biografi-stub}}
{{biografi-stub}}



Revisi per 30 Desember 2020 16.10

Pangeran Wijayakrama adalah penguasa Jayakarta di awal abad ke-17. Dia adalah bawahan Banten.

Nama sebenarnya adalah Tubagus Sungerasa Jayawikarta. Sebagai penguasa Sunda Kelapa/Jayakarta, ia juga digelari Pangeran Jayakarta, atau tepatnya adalah Pangeran Jayakarta III, sebagai kelanjutan suksesi kepemimpinan wilayah Sunda Kelapa/Jayakarta sejak dari Pangeran Jayakarta I (Fatahillah) dan Pangeran Jayakarta II (Ratu Bagus Angke).

Ibunya, Ratu Pembayun, adalah salah seorang putri Sultan Hasanuddin, penguasa Banten.

Desember 1618, laksamana Inggris Thomas Dale mengusir Jan Pieterszoon Coen dari pelabuhan Jayakarta. Coen lari ke Maluku, saat itu pangkalan utama VOC. Kemudian Dale, dibantu Wijayakrama, mengepung benteng VOC.

Januari 1619, prajurit VOC ingin menyerah. Pasukan Banten membela mereka. Dale lari ke kapalnya sedangkan Wijayakrama harus lari ke bukit di sebelah selatan Jayakarta.

Bulan Mei, Coen balik dengan 17 kapal, menyerang, menaklukkan dan menghancurkan Jayakarta.

Sepeninggal dirinya, putranya yang bernama Ahmad Jaketra, melanjutkan kepemimpinan sebagai penguasa Sunda Kelapa/Jayakarta juga dengan gelar yang sama, Pangeran Jayakarta, atau tepatnya Pangeran Jayakarta IV.

Sumber