Harry Tjan Silalahi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgx (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 19: Baris 19:


== Mendapat marga Silalahi ==
== Mendapat marga Silalahi ==
Harry Tjan mendapatkan marga Batak Silahahi melalui persahabatannya dengan Albertus Bolas Silalahi, yang juga pernah memimpin Partai Katolik. Waktu itu Harry adalah sekretaris jenderal Pengurus Pusat Partai, sementara Albertus ketua di [[Tapanuli Utara]].
Harry Tjan mendapatkan marga Batak Silalahi melalui persahabatannya dengan Albertus Bolas Silalahi, yang juga pernah memimpin Partai Katolik. Waktu itu Harry adalah sekretaris jenderal Pengurus Pusat Partai, sementara Albertus ketua di [[Tapanuli Utara]].


== Keluarga ==
== Keluarga ==

Revisi per 24 Oktober 2008 11.40

Berkas:Harry Tjan Silalahi.jpg
Harry Tjan Silalahi

Harry Tjan Silalahi (lahir Tjan Tjoen Hok) di Yogyakarta, 11 Februari 1934) adalah seorang tokoh politik, tokoh awam Katolik

Ia dilahirkan sebagai anak kedua dari sepuluh bersaudara dalam sebuah keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya buta huruf, dan ibunya penjual makanan kecil dan gudeg. Kedua orangtuanya hanya berharap Harry bisa menjadi orang yang berpendidikan.

Aktif berorganisasi

Di sekolah Harry menyenangi pelajaran sejarah, kesenian dan ilmu kemasyarakatan. Semasa di SMA, ia sudah mulai aktif berorganisasi. Ia menjadi anggota organisasi peranakan Tionghoa, Chung Lien Hui. Di bawah kepemimpinannya organisasi ini kemudian berganti nama menjadi Persatuan Pelajar Sekolah Menengah Indonesia (PPSMI). Harry juga aktif dalam Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia.

Setelah tamat SMA, Harry pindah ke Jakarta dan masuk ke Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, lulus tahun 1962. Uniknya, ia belum juga mengambil ijazahnya sebagai sarjana hukum. Menurut pendapatnya, yang penting adalah kemampuan, bukan selembar kertas yang dinamakan ijazah itu.

Semasa kuliah di Jakarta, ia aktif di perkumpulan Sin Ming Hui, dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Ia kemudian terpilih menjadi ketua organisasi itu, dan belakangan menjadi Sekjen Partai Katolik. Harry kemudian menjadi anggota anggota DPRGR dan mengetuai Komisi I.

Nama Harry mulai terkenal setelah aktif memimpin pengganyangan G30S/PKI, dan menjadi Sekjen Front Pancasila. Giat dalam gerakan pembauran, aktivitasnya di Partai Katolik mengantarkan ia ke kedudukan sebagai ketua, hingga peleburan ke dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Setelah Pemilu 1971, Harry tidak lagi giat di dunia kepartaian. Ia memilih kegiatan di Centre for Strategic and International Studies dan Yayasan Pendidikan Trisakti. Di yayasan ini ia mengetuai bidang kemasyarakatan. Belakangan ia terpilih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan menjabat direktur CSIS.

Mendapat marga Silalahi

Harry Tjan mendapatkan marga Batak Silalahi melalui persahabatannya dengan Albertus Bolas Silalahi, yang juga pernah memimpin Partai Katolik. Waktu itu Harry adalah sekretaris jenderal Pengurus Pusat Partai, sementara Albertus ketua di Tapanuli Utara.

Keluarga

Harry menikah dengan Theresia Marina, dosen sastra Inggris Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI (dulu bernama Fakultas Sastra) UI, dan dianugerahi dua orang anak.

Karir

Pranala luar