Kalender Saka: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
VolkovBot (bicara | kontrib)
Zxabot (bicara | kontrib)
Baris 65: Baris 65:
[[he:לוח השנה ההינדי]]
[[he:לוח השנה ההינדי]]
[[it:Calendario nazionale indiano]]
[[it:Calendario nazionale indiano]]
[[ml:ശക വര്‍ഷം]]
[[nl:Indiase kalender]]
[[nl:Indiase kalender]]
[[no:Indisk nasjonalkalender]]
[[no:Indisk nasjonalkalender]]

Revisi per 17 Oktober 2008 12.10

Kalender Saka adalah sebuah kalender yang berasal dari India. Kalender ini merupakan sebuah penanggalan syamsiah-kamariah (candra-surya) atau kalender luni-solar. Era Saka dimulai pada tahun 78 Masehi.

Nama bulan

Sebuah tahun Saka dibagi menjadi duabelas bulan. Berikut nama bulan-bulan tersebut:

  1. Srawanamasa, kurang lebih bertepatan dengan bulan Juli-Agustus atau bulan Jawa/Bali Kasa
  2. Bhadrawadamasa, kurang lebih bertepatan dengan bulan Agustus-September atau bulan Jawa/Bali Karo
  3. Asujimasa, kurang lebih bertepatan dengan bulan September-Oktober atau bulan Jawa/Bali Katiga
  4. Kartikamasa, kurang lebih bertepatan dengan bulan Oktober-November atau bulan Jawa/Bali Kapat
  5. Margasiramasa, kurang lebih bertepatan dengan bulan November-Desember atau bulan Jawa/Bali Kalima
  6. Posyamasa, kurang lebih bertepatan dengan bulan Desember-Januari atau bulan Jawa/Bali Kanem
  7. Maghamasa, kurang lebih bertepatan dengan bulan Januari-Februari atau bulan Jawa/Bali Kapitu
  8. Phalgunamasa, kurang lebih bertepatan dengan bulan Februari-Maret atau bulan Jawa/Bali Kawolu
  9. Cetramasa, kurang lebih bertepatan dengan bulan Maret-April atau bulan Jawa/Bali Kasanga
  10. Wesakhamasa, kurang lebih bertepatan dengan bulan April-Mei atau bulan Jawa/Bali Kasepuluh/Kadasa
  11. Jyesthamasa, kurang lebih bertepatan dengan bulan Mei-Juni atau bulan Jawa Dhesta atau Bali Desta
  12. Asadhamasa, kurang lebih bertepatan dengan bulan Juni-Juli atau bulan Jawa Sadha atau Bali Desta

Nama musim

Di India satu tahun dibagi menjadi enam musim, atau dengan kata lain setiap musim berlangsung dua bulan. Berikut nama-nama musim

  1. Warsa, musim hujan bertepatan dengan Srawana dan Bhadrawada.
  2. Sarat, musim rontok, dan seterusnya.
  3. Hemanta, musim dingin
  4. Sisira, musim sejuk kabut
  5. Basanta, musim semi
  6. Grisma, musim panas

Tahun Luni-Solar

Berhubung bulan-bulan dalam kalender Saka hanya terdiri dari 30 hari, maka tahun baru harus disesuaikan setiap tahunnya untuk mengiringi daur perputaran matahari.

Sejarah Kalender Saka

Kalender Saka berawal pada tahun 78 Masehi dan juga disebut sebagai penanggalan Saliwahana (Sâlivâhana). Kala itu Saliwahana yang adalah seorang raja ternama dari India bagian selatan, mengalahkan kaum Saka. Tetapi sumber lain menyebutkan bahwa mereka dikalahkan oleh Wikramaditya (Vikramâditya). Wikramaditya adalah seorang musuh atau saingan Saliwahana, beliau berasal dari India bagian utara.

Mengenai kaum Saka ada yang menyebut bahwa mereka termasuk sukabangsa Turki atau Tatar. Namun ada pula yang menyebut bahwa mereka termasuk kaum Arya dari suku Scythia. Sumber lain lagi menyebut bahwa mereka sebenarnya orang Yunani (dalam bahasa Sansekerta disebut Yavana yang berkuasa di Baktria (sekarang Afghanistan).

Kalender Saka di Indonesia

Sebelum masuknya agama Islam, para sukubangsa di Nusantara bagian barat yang terkena pengaruh agama Hindu, menggunakan kalender Saka. Namun kalender Saka yang dipergunakan dimodifikasi oleh beberapa sukubangsa, terutama suku Jawa dan Bali. Di Jawa dan Bali kalender Saka ditambahi dengan cara penanggalan lokal. Setelah agama Islam masuk, di Mataram, oleh Sultan Agung diperkenalkan kalender Jawa Islam yang merupakan perpaduan antara kalender Islam dan kalender Saka. Di Bali kalender Saka yang telah ditambahi dengan unsur-unsur lokal dipakai sampai sekarang, begitu pula di beberapa daerah di Jawa, seperti di Tengger yang banyak penganut agama Hindu.

Daftar Pustaka

  • Dowson, John, 1992, A Classical Dictionary of Hindu Mythology and Religion. New Delhi: Heritage Publishers.
  • Ricklefs, M.C., 1978, Modern Javanese historical tradition: a study of an original Kartasura chronicle and related materials. London: School of Oriental and African Studies, University of London.
  • Zoetmulder, P.J., 1983, Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan.
  • Zoetmulder, P.J., 1995, Kamus Jawa Kuna-Indonesia. Bekerja sama dengan S.O. Robson. Penerjemah Darusuprapta dan Sumarti Suprayitna. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lihat pula