Syarif Mekkah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Yamjisaka (bicara | kontrib)
Tak ada sumbernya
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
'''Syarif Mekah''' adalah gelar yang diberikan pada Gubernur yang memerintah tanah suci [[Mekah]], [[Madinah]] dan [[Hijaz|daerah Hijaz]] di sekitarnya. Nama gelar [[Syarif]] ini sebenarnya diambil dari nama gelar kehormatan keturunan [[Muhammad]] dari jalur [[Hasan bin Ali|Hasan bin Ali bin Abi Thalib]]. Ini sesuai dengan tradisi [[umat Islam]], yaitu memberikan gelar Syarif pada keturunan Muhammad yang berasal dari jalur Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra, dan memberikan gelar Sayyid atau Habib pada keturunan Muhammad yang berasal dari jalur [[Husain bin Ali|Hussain bin Ali bin Abi Thalib]].
'''Syarif Mekah''' adalah gelar yang diberikan pada Gubernur yang memerintah tanah suci [[Mekah]], [[Madinah]] dan [[Hijaz|daerah Hijaz]] di sekitarnya. Nama gelar [[Syarif]] ini sebenarnya diambil dari nama gelar kehormatan keturunan [[Muhammad]] dari jalur [[Hasan bin Ali|Hasan bin Ali bin Abi Thalib]]. Ini sesuai dengan tradisi [[umat Islam]], yaitu memberikan gelar Syarif pada keturunan Muhammad yang berasal dari jalur Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra, dan memberikan gelar Sayyid atau Habib pada keturunan Muhammad yang berasal dari jalur [[Husain bin Ali|Hussain bin Ali bin Abi Thalib]].


Sejak [[Kekhalifahan Abbasiyah|zaman Abbasiyah]], jabatan Gubernur Mekah ini tidak lagi dipilih oleh Khalifah, tapi menjadi hak turun temurun keturunan Muhammad.<ref></ref> Apapun khilafahnya, siapapun khalifahnya, semua sepakat untuk memberikan kehormatan ini pada keturunan Muhammad, dan semua ini berakhir pada tahun 1925 ketika [[Wangsa Saud|keluarga Saud]] menganeksasi Hijaz dan mengusir [[Bani Hasyim]] dari tanah Hijaz. Sejak saat itu, Bani Saud menguasai Mekah dan Madinah.<ref></ref>
Sejak [[Kekhalifahan Abbasiyah|zaman Abbasiyah]], jabatan Gubernur Mekah ini tidak lagi dipilih oleh Khalifah, tapi menjadi hak turun temurun keturunan Muhammad. Apapun khilafahnya, siapapun khalifahnya, semua sepakat untuk memberikan kehormatan ini pada keturunan Muhammad, dan semua ini berakhir pada tahun 1925 ketika [[Wangsa Saud|keluarga Saud]] menganeksasi Hijaz dan mengusir [[Bani Hasyim]] dari tanah Hijaz. Sejak saat itu, Bani Saud menguasai Mekah dan Madinah.


= Daftar nama Syarif Mekah =
= Daftar nama Syarif Mekah =

Revisi per 30 September 2020 07.51

Syarif Mekah adalah gelar yang diberikan pada Gubernur yang memerintah tanah suci Mekah, Madinah dan daerah Hijaz di sekitarnya. Nama gelar Syarif ini sebenarnya diambil dari nama gelar kehormatan keturunan Muhammad dari jalur Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Ini sesuai dengan tradisi umat Islam, yaitu memberikan gelar Syarif pada keturunan Muhammad yang berasal dari jalur Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra, dan memberikan gelar Sayyid atau Habib pada keturunan Muhammad yang berasal dari jalur Hussain bin Ali bin Abi Thalib.

Sejak zaman Abbasiyah, jabatan Gubernur Mekah ini tidak lagi dipilih oleh Khalifah, tapi menjadi hak turun temurun keturunan Muhammad. Apapun khilafahnya, siapapun khalifahnya, semua sepakat untuk memberikan kehormatan ini pada keturunan Muhammad, dan semua ini berakhir pada tahun 1925 ketika keluarga Saud menganeksasi Hijaz dan mengusir Bani Hasyim dari tanah Hijaz. Sejak saat itu, Bani Saud menguasai Mekah dan Madinah.

Daftar nama Syarif Mekah

Pada masa Khilafah Fatimiyyah

  • Ath-Thallab (967-980)
  • Syarif 'Isa (980-994)
  • Syarif Abu Futuh Hasan bin Ja'far (994-1010)
  • Syarif Syukur bin Hasan bin Ja'far (1010-1012)
  • Syarif Abu Thoyyib Daud bin Abdurrohman (1012-1039)
  • Syarif Muhammad bin Abdurrohman (1039-1048)
  • Syarif Wahhas bin Abu Thoyyib Daud bin Abdurrohman (1048-1058)
  • Syarif Hamzah bin Wahhas (1058-1062)
  • Abu Hasyim bin Muhammad (1063-1094)
  • Ibnu Abu Hasyim Ats-Tsallab (1094-1101)

Pada masa Khilafah Ayyubiyah

  • Qotadah bin Idris al-Hasani (1201-1220)
  • Hasan bin Qotaah bin Idris al-Hasani (1220-1241)
  • Hasan Abu Saad (1241-1254)

Pada masa Khilafah Mamluk

  • Muhammad Abu Nubaj (1254-1301)
  • Rumaitsah Abu Roda (1301-1346)
  • Ajlan Abu Sarjah (1346-1375)
  • Al-Hasan II (1394-1425)
  • Barakat I (1425-1455)
  • Malik Adil Muhammad bin Barakat (1455-1497)
  • Barakat II (Barakat bin Muhammad) (1497-1525)

Pada masa Khilafah Utsmaniyah

  • Barakat II (Barakat bin Muhammad) (1497-1525) (tiga belas tahun terakhir kepemimpinannya)
  • Muhammad Abu Numay II (1525-1583)
  • Hasan bin Muhammad Abu Numay (1583-1601)
  • Idris bin Hasan (1601-1610)
  • Muhsin bin Hasan (1610-1628)
  • Ahmad bin Tholib Al-Hasan (1628-1629)
  • Mas'ud bin Idris (1629-1630)
  • Abdullah bin Hasan (1630-1631)
  • Zaid bin Muhsin (1631-1666)
  • Saad bin Zaid (1666-1667)
  • Muhsin bin Ahmad (1667-1668)
  • Saad bin Zaid (1668-1670)
  • Hamud bin Abdullah bin Hasan (1670-1670)
  • Saad bin Zaid (1670-1671)
  • Barakat bin Muhammad (1672-1682)
  • Said bin Barakat (1682-1683)
  • Ibrahim bin Muhammad (1683-1684)
  • Ahmad bin Zaid (1684-1688)
  • Ahma bin Ghalib (1688-1689)
  • Muhsin bin Ahmad (1689-1691)
  • Said bin Saad (1691-1693)
  • Saad bin Zaid (1693-1694)
  • Abdullah bin Hasyim (1694-1694)
  • Saad bin Zaid (1694-1702)
  • Said bin Saad (1702-1704)
  • Abdul Muhsin bin Ahmad (1704-1704)
  • Abdul Karim bin Muhammad (1704-1705)
  • Said bin Saad (1705-1705)
  • Abdul Karim bin Muhammad (1705-1711)
  • Said bin Saad (1711-1717)
  • Abdullah bin Said (1717-1718)
  • Ali bin Said (1718-1718)
  • Yahya bin Barakat (1718-1719)
  • Muhammad bin Ahmad (1719-1722)
  • Barakat bin Yahya (1722-1723)
  • Mubarok bin Ahmad (1723-1724)
  • Abdullah bin Said (1724-1731)
  • Muhammad bin Abdullah (1731-1732)
  • Mas'ud bin Said (1732-1733)
  • Muhammad bin Abdullah (1733-1734)
  • Mas'ud bin Said (1734-1759)
  • Ja'far bin Said (1759-1760)
  • Musaid bin Said (1760-1770)
  • Amad bin Said (1770-1770)
  • Abdullah bin Husain (1770-1773)
  • Surur bin Musaid (1773-1788)
  • Abdullah Mu'in bin Musaid (1788-1788)
  • Ghalib bin Musaid (1788-1803)
  • Yahya bin Surur (1803-1813)
  • Ghalib bin Musaid (1813-1827)
  • Abdul Muthollib bin Ghalib (1827-1827)
  • Muhammad bin Abdul Mu'in (1827-1851)
  • Abdul Muthollib bin Ghalib (1851-1856)
  • Muhammad bin Abdul Mu'in (1856-1858)
  • Abdulah Kamal Pasha (1858-1877)
  • Husain bin Muhammad (1877-1880)
  • Abdul Muthollib bin Ghalib (1880-1882)
  • Syarif Ainurrofiq (1882-1905)
  • Abdullah Pasha (1905-1908)
  • Husain bin Ali Al-Hasyimi (1908-1916)
  • Ali Haidar Pasha (1916-1917)
  • Hamud bin Abdullah bin Hasan (1916-1925)

Pada masa Kerajaan Hijaz

  • Husain bin Ali Al-Hasyimi (1916-1924)
  • Ali bin Husain (1924-1925)

Masa berakhirnya Syarif Mekah

Pada tahun 1924, Raja Abdul Aziz bin Saud dari Najd menyerang Mekah dan mengambil alih kota Mekkah, dan mengambil alih kota Jeddah pada tahun 1925. Ini semua mengakibatkan jatuhnnya kerajaan Hijaz, dengan Ali bin Hussain sebagai raja terakhirnya.

Jatuhnya Kerajaan Hijaz sudah bisa diprediksikan, karena Raja Husain bin Ali menolak deklarasi Balfour yang dilakukan oleh Inggris. Pada deklarasi itu, Inggris menyatakan bahwa Palestina adalah tanah yang akan diberikan pada kelompok Zionis. Pihak Inggris menawarkan banyak subsidi pada Raja Husain agar mau menerima deklarasi Balfour itu, tapi Raja Husain tetap menolaknya sampai tahun 1924. Setelah itu, Inggris menghentikan tawaran subsidi itu. Tidak lama kemudian, Raja Abdul Azis bin Saud dari Najd mulai menyerang kerajaan Hijaz dengan bantuan pihak Inggris, dan serangan ini menyebabkan jatuhnya kerajaan Hijaz.

Rujukan