Pembicaraan:Aksara Jawa: Perbedaan antara revisi

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{StatusAB}}
{{StatusAB}}
{{StatusAP nominasi}}



== Pindahan ==
== Pindahan ==

Revisi per 13 Juli 2020 08.23

Artikel ini sedang diusulkan menjadi artikel pilihan. Artikel pilihan merupakan karya unggulan yang memenuhi berbagai kriteria.
Pemberian komentar merupakan hal yang penting untuk terus meningkatkan kualitas artikel ini. Anda diundang berpartisipasi!

Pindahan

Silakan melihat Hanacaraka. Meursault2004 09:09, 16 Maret 2006 (UTC)

Wah, maaf saya belum mengetahui keberadaan artikel hanacaraka ketika menulis artikel ini, sebab link ke aksara jawa masih kosong!(malu jadi orang jawa belum bisa bahasa & aksara jawa) Bagaimana jika dihapus saja dan diisi dengan peralihan ke hanacaraka. Atau mungkin ada aksara jawa sebelum hanacaraka? Ini saya buat dari link di halaman Aksara Nusantara.Aditthegrat 15:08, 16 Maret 2006 (UTC)
Setuju, memang sepertinya lebih tepat digabung. 202.155.90.71 18:57, 22 Agustus 2006 (UTC)
Saya juga setuju dengan proposal penggabungan ini. Erius 08:30, 28 Oktober 2006 (UTC)

mohon maaf, lama tidak online ke id.wikipedia.org. :) terima kasih atas kesediaannya untuk bergabung, mungkin secepatnya akan saya rapikan. mohon do'anya, karena sebenarnya hanacaraka yang saya tuliskan di sini mengikuti satu sumber buku (bukan saya penulisnya, saya hanya menyadur saja).

semoga ada waktu untuk menambahkan image yang belum ada, dan juga melakukan proses editing terhadap artikel. insyaAllah secepatnya.


Pindahan dari Pembicaraan:Hanacaraka

Gambar2 sebelumnya: Gambar:01Hanacaraka.JPG

Aksara Madura

Setahu saya, bahasa Madura juga menggunakan aksara serupa (mungkin sama persis dengan aksara Jawa) dengan pelafalan berbeda, namun saya tidak tahu apakah sistem aksara tersebut dalam bahasa Madura juga disebut sebagai "hanacaraka". Saya mengusulkan agar judul artikel ini diubah agar lebih umum dan dapat mencakup pula aksara Madura. sentausa 18:15, 31 Januari 2006 (UTC)

Sebetulnya penyebutan dengan istilah hanacaraka ini justru mencakup semua jenis aksara yang terkait satu sama lain dari Palembang sampai ke Lombok. Tetapi di sisi lain saya juga ingin menulis ulang artikel ini dan memindahkan isinya ke artikel "cara menulis bahasa Jawa dengan Hanacaraka". Sebab inilah sebenarnya isi artikel ini.
Kemudian pertanyaan anda mengenai aksara Madura; memang benar aksara Madura juga sama dengan aksara Jawa. Aksara Madura bisa digolongkan sebagai aksara Jawa gaya Jawa Timuran. Nah aksara Jawa gaya Jawa Timuran ini sudah condong mirip aksara Bali. Mengenai pelafalan saya kira juga agak berbeda sebab fonologi bahasa Madura berbeda dengan bahasa Jawa. Meursault2004 21:38, 31 Januari 2006 (UTC)
Terdapat artikel berjudul aksara jawa, yang isinya saya terjemahkan dari en.wikipedia, saya kira seharusnya artikel tersebut hanya peralihan ke artikel ini. Saya membuatnya karena belum mengetahui keberadaan artikel ini.202.249.26.84 15:21, 16 Maret 2006 (UTC)

Isi artikel

Isi artikel ini lebih mirip dengan pelajaran. Mungkin lebih cocok dipindahkan ke Wikibuku? Meursault2004ngobrol 09:38, 29 Agustus 2007 (UTC)

Selain itu ada pula isinya yang merupakan riset asli. Meursault2004ngobrol 11:14, 29 Agustus 2007 (UTC)

Buat templat

Habis selesaiin Templat:Huruf Arab dan Templat:Huruf Yunani nanti, lanjutin dengan Templat:Huruf Jawa dan mungkin Templat:Huruf Ibrani, bung Meursault? hehehe... bennylinkirim pesan 11:33, 31 Oktober 2007 (UTC)

Boleh ... Meursault2004ngobrol 11:09, 16 November 2007 (UTC)

Ada yang Salah?

saya belum berani menyunting artikel hanacaraka ini (mungkin lain kali), karena kurangnya pemahaman saya soal aksara jawa. tapi saya kira saya menemukan kesalahan padanya:

  • dalam contoh di atas (kanan), kata "dawa" (artinya: panjang) ditulis "dhawa". mestinya pakai "da" (aksara ke-6), bukan pakai "dha" (aksara ke-12).
  • dalam contoh di atas (kiri), penulisan "pangéran" (bunyi "e" seperti "tempe", "dewan") dalam "pangeran puger" terbaca "pangeran" (bunyi "e" seperti "gelap", "keluh-kesah"). setahu saya, mestinya aksara "nga"-nya didului taling agar berbunyi "ngé", bukan dibubuhi pepet (kata "puger", tepat dibubuhi pepet). cmiiw.

sepertinya, artikel ini dari manual perangkat lunak, ya? saat membahas soal "Pemakaian Sandangan Taling", ada kalimat ini: "Untuk membedakan penggunaan sandangan pepet dengan taling, maka dalam perangkat lunak ini gunakan...."

salam. Dzikron 19:25, 7 Desember 2007 (UTC)

Loh, "panjang" kan b.Jawanya Dhawa, jadi betul itu. Trus kelihatannya "pangéran" adalah cara pengucapan b.Indo, sedangkan b.Jawa diucapkan "pangêran" bennylin (-_-)V 00:56, 8 Desember 2007 (UTC)
saya penutur bahasa jawa, Benny. dalam hal "dawa", saya yakin betul kata itu dilafalkan pakai "da" seperti "ngadeg" (berdiri), "durung" (belum), dan "adus" (mandi); bukan pakai "dha" seperti "candhi borobudhur". dalam hal "pangéran" atau "pangêran", nah, saya jadi kurang yakin:) semasa kecil dulu, saya sering mendengar orang-orang tua yang terperanjat berujar, "guuusti pangéraaan!" mereka melafalkannya "ngé" seperti "tempe" dan "cetak", bukan "ngê" seperti "persên" atau "pakêt".
namun, seandainya pun dilafalkan "pangêran", saya yakin harus ditulis dengan taling dan tarung, bukan dibubuhi pepet. salam. Dzikron 15:29, 8 Desember 2007 (UTC)

Nama

Kenapa namanya tidak Aksara Jawa saja? NoiX180 (bicara) 02:46, 25 April 2010 (UTC)

Artikel aksara jawa digabung (dialihkan) jadi satu dengan hanacaraka, sy jg tidak tahu knapa. Mmgkn skrg org hanya tahu kalau aksara jawa itu hanya aksara hanacaraka. Menurut saya dilihat dari isinya mmg benar ini ttg hanacaraka krn aksara jawa bisa jadi kurang tepat. Aksara jawa bukan hanya hanacaraka saja, ad aksara pegon dan aksara kawi. eMpu Pallawa (bicara) 04:08, 25 April 2010 (UTC)
Oke. Kalau diberi nama Aksara Hanacaraka apakah layak? Trims infonya. NoiX180 (bicara) 11:05, 25 April 2010 (UTC)
Kalau menurut saya boleh saja asal ada rujukan sumbernya yang bisa dipercaya. Tapi setahu saya biasanya dalam buku-buku disebut sebagai aksara Jawa atau Hanacaraka saja. Meursault2004ngobrol 12:06, 25 April 2010 (UTC)

Aksara Jawa untuk Jawa Kuna

Kenapa di artikel ini tidak membahas aksara-aksara mahaprana, dirga melik, dirga mendut, dirga mure, dsb yang ada di Jawa Kuna? --CSiedjan (bicara) 00:50, 15 Maret 2011 (UTC)

Saya sudah menulis tentang mahaprana dll di artikel aksara Jawa yang berbahasa Inggris. Mahaprana sudah saya tambahkan disini, tinggal tunggu validasi. Mengenai dirga mure dll, nanti akan saya tambah. Alteaven (bicara) 26 Mei 2013 03.29 (UTC)[balas]

Rujukan untuk penggunaan dalam bahasa lain

Beberapa penggunaan aksara Jawa hanacaraka untuk bahasa Madura dan Melayu dapat ditunjukkan pada contoh surat yang dimuat di internet, tetapi untuk membacanya harus mendaftar. Kesulitan teknis inilah yang membuat pranala rujukan tidak bisa dipasang. Kembangraps (bicara) 23 Juni 2012 13.06 (UTC)[balas]

Saya menemukan katalog Madura ini mas... mungkin bisa dipakai sebagai rujukan? http://openlibrary.org/works/OL1545137W/Catalogus_van_de_Javaansche_en_Madoereesche_handschriften_der_Leidsche_Universiteits-bibliotheek ꦱꦭꦩ꧀Bennylin komen 22.54, 28 Juni 2013 (WIB)

Perbandingan aksara Bali dan Sunda

Sepertinya bagian "Perbandingan aksara Jawa dan aksara Bali" dan "Penulisan Aksara Jawa dalam Cacarakan Sunda" digabung saja, agar tiap bagian tersebut tidak terkesan terlalu pendek. Namun saya bingung namanya apa. "Penggunaan Aksara Jawa diluar Jawa" kira-kira bisa tidak? Alteaven (bicara) 28 Mei 2013 13.03 (UTC)[balas]

Ada yang bisa menambahkan bagian tentang Bahasa Sasak, khususnya yang berkaitan dengan Ka Sasak? Kemudian perlu info lebih lanjut juga tentang pengguna Ra Agung. ꦱꦭꦩ꧀Bennylin rapat 22.09, 24 Maret 2014 (WIB)
Aksara Ka Sasak digunakan untuk menggantikan abjad Q untuk adaptasi penulisan dari serapan bahasa Arab yang digunakan dalam bahasa Sasak. Misalnya untuk penulisan Al Quran, Al Qomar dll. Sedangkan Aksara Ra Agung hanya ditemui di manuskrip kuno terutama pada kakahwin yang berkenaan dengan agama Hindu aksara ini sangat jarang ditemui dan sedikit sekali.  eMpu  bicara  25 Maret 2014 03.03 (UTC)[balas]
Sepanjang pengetahuan saya, Ka Sasak sebagai Q itu adalah usulan modern (terutama setelah keluarnya Unicode). Yang saya maksudkan dengan pertanyaan saya, kenapa bisa disebut Ka Sasak? Pasti dipakai di bahasa Sasak (seperti dijelaskan di paragraf pembuka artikel). Nah, kata apa yang dimaksud? Apakah di bahasa Sasak juga untuk transliterasi bahasa Arab? Kalau Ra Agung apakah juga digunakan di aksara Bali modern? ꦱꦭꦩ꧀Bennylin omong 05.39, 27 Maret 2014 (WIB)
Dan sepengetahuan saya juga, para penggagas unicode aksara Jawa ingin memasukan semua aksara Aksara yang pernah ada dan pernah digunakan (walaupun hanya ditemukan satu kali penggunaan dlm manuskrip/prasastri) agar masuk semua ke inventaris aksara Jawa. Aksara KA Sasak salah satunya, disebut Ka Sasak karena aksara ini hanya ditemukan di tulisan aksara jawa yang ada di masyarakat/bahasa Sasak dan disana digunakan hanya untuk menuliskan kata serapan bahasa Sasak yang mewakili aksara Qa Arab. Ada juga aksara yg sangat jarang digunakan seperti aksara Ra Agung dan aksara Cha Mahaprana. Kenapa aksara jawa ikut mengadopsinya krn para penggagas unicode menginginkan aksara jawa juga nantinya bisa digunakan sebagai aksara pengetahuan (widya aksara) di masa depan, dengan lengkapnya aksara jawa untuk menyerap bahasa asing diharapkan semakin mudah diterapkan sebagai widya aksara. Dan aksara yang paling baru sebenarnya adalah aksara rekan China, tetapi aksara yang digunakan untuk menyusun aksara rekan China sudah tersedia hanya beberapa simbol yang bukan aksara yang gagal diajukan, tetapi secara sistem penulisan komputer masih bisa diterapkan walaupun simbol tersebut tidak masuk di unicode. Dan aksara Tuladha Jejeg yang digunakan wikipedia ini juga punya kemampuan untuk menulis aksara rekan China ini. (Mohon maaf argumennya kepanjangan krn saking semangatnya...).  eMpu  bicara  27 Maret 2014 00.19 (UTC)[balas]
Ada yang ingin saya tanyakan. Jika pengagas Unicode mau menyelaraskan inventoris aksara Jawa-Bali u/ bhs Sasak, kenapa terdapat huruf tambahan Bali untuk bahasa Sasak yang tidak punya padanan Jawa? Huruf itu ialah Khot Sasak, Tzir Sasak, Ef Sasak, Ve Sasak, Zal Sasak, dan Asyura Sasak. Kenapa hanya Ka sasak yang menjadi perhatian? Alteaven (bicara) 27 Maret 2014 09.56 (UTC)[balas]
Aksara Jawa sudah memiliki aksara rekan tersendiri dan para penggagas mungkin menganggap satu aksara Ka Sasak sudah cukup untuk melengkapi aksara rekan Jawa yang sudah ada, kalau tidak salah aksara Bali tidak memiliki aksara rekan makanya mengadaptasi semua aksara rekan yang ada di aksara sasak. Kalau menurut penggagas unicode aksara Bali, dulunya beliau berencana menggabungkan semua aksara daerah dalam satu blok unicode menjadi Aksara Nusantara tetapi ditolak oleh unicode karena memang berbeda. Karena waktu itu slot unicode masih cukup akhirnya dipaksakan semua aksara Bali (dan serumpun) untuk dimasukan dalam unicode agar lengkap dan banyak, dan akhirnya disetujui. Sayangnya, ketika pengajuan aksara Jawa slot unicode sudah berkurang cukup banyak dan akhirnya dimampat-mampatkan sampai akhirnya disetujui menjadi 96 slot (aksara Bali dapat 128). Maunya penggagas unicode aksara jawa, aksara jawa minimal harus dapat 256 slot sayangnya ditolak karena slot unicode sudah menipis, dan kita juga harus bersyukur karena Indonesia bisa memasukan beberapa aksara lagi menjadi total 6+1 di blok utama unicode dan termasuk terbanyak (dari segi ragamnya) setelah India. Untuk info lengkapnya silakan kunjungi http://ganeshana.org/new/ atau http://ki-demang.com untuk penggagas unicode aksara Jawa dan http://babadbali.com untuk penggagas unicode aksara Bali.  eMpu  bicara  27 Maret 2014 22.49 (UTC)[balas]
Aksara Bali punya rekan kok, tapi entah kenapa tidak dibahas di artikel aksara Bali Wikipedia. Tanda bacanya bernama rerekan, selaras dengan cecak telu Jawa. Jadi aksara Pa ditambah rerekan hasilnya Fa, persis seperti Jawa. Tapi, menurut proposal pengkodean aksara Bali di UCS, penggunaan Fa Sasak lebih disukai dibanding Pa+rerekan oleh pengguna Sasak mungkin karena penggunaan rerekan menimbulkan tumpukan sandhangan yang kurang estetis. Menurut saya, bukankah lebih berguna jika ada Fa da Va sasak dalam blok aksara Jawa, mengingat banyak kata serapan yang menggunaan bunyi F dan V? Jadi aneh saja jika Q yang sedikit sekali digunakan justru memiliki padanan sementara F dan V tidak. Alteaven (bicara) 28 Maret 2014 00.56 (UTC)[balas]

Bagian Fon

Pada halaman ini ada bagian Fon yang menurut saya tidak terlalu penting dijelaskan mendetail. Sepengetahuan saya semua fon yang dicantumkan berdasarkan dari satu sumber saja yakni fon JG aksara jawa. Pencantuman daftar font ini bisa mengakibatkan sudut pandang netralnya menjadi subyektif karena para developer font akan berlomba-lomba mencantumkan di wikipedia ini. Menurut saya yang lebih obyektif dan netral adalah menggunakan bagian Gaya font (Gagrag aksara) yang sudah baku, dan sepengetahuan saya hanya ada 3 yakni Mucuk eri, Mbata sarimbag dan Ngetumbar. Semua font yang ada di bagian Fon menggunakan satu gagrag yakni Ngetumbar. Dulu seksi Gagrag aksara Jawa ini ada tapi sekarang dihilangkan. Kalau tidak salah contoh penulisan pada daftar font ini juga kurang tepat karena aturan fonetisnya ada yang dilanggar.  eMpu  bicara  27 Maret 2014 00.30 (UTC)[balas]

Banyak blog yang menyinggung gagrag copas dari Wikipedia, namun dalam Wikipedia sendiri tidak diberi refrensi dari buku atau makalah mana pembagian gagrag ini berasal. Karena isinya tidak dapat dipertanggung jawabkan, bagian tersebut dihilangkan. Karena sedikitnya pengembangan dan peredaran font Jawa yang lengkap dibanding font latin, saya pikir perlu disebut fon fon apa saja yang ada. Mungkin kalau kurang netral, fon yang ditunjukkan Tuladha Jejeg saja karena font tsb didukung di Wikipedia. Aturan fonetis apa yang dilanggar pada contoh? Biar saya perbaiki Alteaven (bicara) 27 Maret 2014 09.41 (UTC)[balas]
Mengenai pembagian gagrag (ragam aksara jawa) ada dibuku Tuntunan menulis huruf Jawa yang disusun oleh Dra. Suwarni Sukiyat terbit tahun 1996 oleh penerbit Sahabat Klaten. Setelah saya lihat lagi ternyata ada 4 ragam aksara, semuanya berdasarkan bentuknya. Kalau Gagrag berdasarkan daerahnya sepertinya memang tidak ada yang tertulis dengan jelas, kemungkinan berdasarkan penggunaannya saja yang banyak ditemukan di 2 wilayah keraton besar di jawa. Untuk koreksi contoh penulisan di fon pada bagian kalairake sepertinya kurang pas karena kata ini terdiri dari ka+lair+ake atau ka-la-ir-ake(bukan ka-la-i-ra-ke) tepatnya penggalannya yang kurang pas bukan fonetisnya (koreksi). eMpu  bicara  27 Maret 2014 22.30 (UTC)[balas]
Bisa di upload pak? Saya penasaran pengen lihat Alteaven (bicara) 28 Maret 2014 00.43 (UTC)[balas]