Museum Prabu Siliwangi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membuat halaman baru
 
k Menambah Kategori:Museum di Jawa Barat menggunakan HotCat
Baris 33: Baris 33:
<references />
<references />
<br />
<br />

[[Kategori:Museum di Jawa Barat]]

Revisi per 17 Juni 2020 16.17

Museum Prabu Siliwangi merupakan Museum yang telah didirikan oleh Prof. Dr. KH. Rd. Adipati. Muhammad Fajar Laksana, SE., CQM., MM., Ph.D yang merupakan keturunan ke 17 dari Prabu Siliwangi. Museum Prabu Siliwangi telah menyimpan ratusan benda yang menjadi bukti peradaban masyarakat Sunda pada jaman prasejarah kala itu hingga dikenal sampai ke Mancanegara. Pendirian Museum Prabu Siliwangi diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat yang bernama Bapak Ahmad Heryawan pada tanggal 04 Mei 2011 sekaligus bersamaan dengan peresmian Kawasan Qoryah Thoyyibah Mubarokah Wisata Pendidikan Islam Pesantren Modern Dzikir Al-Fath Sukabumi, Jawa Barat.[1]

Sejarah

Pendirian Museum Prabu Siliwangi didirikan oleh Prof. Dr. KH. Rd. Adipati. Muhammad Fajar Laksana, SE., CQM., MM., Ph.D yang merupakan keturunan ke 17 dari Prabu Siliwangi. Benda-benda yang terdapat di dalam Museum Prabu Siliwangi hampir 70% merupakan Warisan dari Keluarga Besar Rd. Sumawinata sebagai Kakek dari Pendiri Museum yang merupakan keturunan ke 15 dari Prabu Siliwangi. Nama-nama keturunan-Keturunan Prabu Siliwangi telah tercatat secara rapi di Museum Prabu Siliwangi dan dapat dibuktikan oleh Ijazah Sekolah Desa pada Tahun 1910. Pendirian Museum Prabu Siliwangi diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat yang bernama Bapak Ahmad Heryawan pada tanggal 04 Mei 2011 sekaligus bersamaan dengan peresmian Kawasan Qoryah Thoyyibah Mubarokah Wisata Pendidikan Islam Pesantren Modern Dzikir Al-Fath Sukabumi, Jawa Barat. Setelah itu, pada tanggal 20 Januari 2015 Museum Prabu Siliwangi telah resmi menjadi anggota Asosiasi Museum Indonesia ke 175. Yayasan Museum Prabu Siliwangi telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat yang bernama Bapak H.M Ridwan Kamil ST.M.U.D pada tanggal 05 Februari 2019. Pada tanggal 16 November 2016, tokoh Arkeologi dari Universitas Padjajaran yang bernama Bapak Dr. Tony Djubiantoro., D.E.A dalam seminar Arkeologi pada tanggal 16 November 2016 di Sukabumi. Setelah melakukan peninjauan terkait seminar Arkeologi, Museum Prabu Siliwangi memberikan pendapat bahwa sebanyak 60% benda-benda yang ada di Museum Prabu Siliwangi memiliki nilai sejarah dan dapat dikategorikan sebagai Benda Cagar Budaya. Pakar Sejarah yang bernama Prof. Mansur Surya Negara pada saat pelaksanaan Seminar Nasional Bedah Buku yang bertemakan Api Sejarah memberikan pendapat bahwa sejarah masuk islam Prabu Siliwangi yang ada dalam Kitab Suwasit Museum Prabu Siliwangi didukung oleh Buku Api Sejarah Karya Prof. Mansur Surya Negara pada Halaman 148 sampai dengan Halaman 150 yang mengatakan bahwa Prabu Siliwangi masuk Islam oleh Syekh Quro karena pernikahannya dengan Nyi. Hj. Subang Larang. Maka, nama Museum Prabu Siliwangi diambil dalam Kitab Suwasit yang menyampaikan bahwa Sejarah Prabu Siliwangi ini menjadi dasar dari pemberian nama Museum tersebut.[1]

Warisan Budaya

Warisan Budaya tidak berwujud

Warisan Budaya Museum Prabu Siliwangi tidak berwujud yang pertama berupa Ilmu Bela Diri Silat yang telah diwariskan dari keluarga Waruka Sakabumi Padjadjaran kepada Museum Prabu Siliwangi kemudian untuk dikembangkan dan dipelahara sehingga dibentuk Paguron Silat PS. Maung Bodas yang telah menjadi anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia yang berada di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Warisan Budaya Museum Prabu Siliwangi tidak berwujud yang kedua berupa peninggalan Kitab Kuno Warisan dari Walisongo Seperti Kitab Syahadat Sejati, Kitab Martabat Tujuh, yang kemudian diaplikasikan melalui pembelajaran di Pesantren Dzikir Al-Fath dalam materi yang berjudul Pelajaran Tauhid dan Tasawuf. Kitab Kuno Sejarah Sunda seperti Kitab Suwasit yang dituliskan oleh Raden. Soemawinata menjelaskan bahwa buku yang berjudul sasakala telah diedarkan disekolah-sekolah dan telah diterbitkan oleh Pimpinan Museum Prabu Siliwangi. Mbah Dalem Mangkunagara yang ditulis dalam kitab Sasakala Kian Santang menjadi bukti bahwa Museum Prabu Siliwangi telah menjadi Pusat Pendidikan, Penelitian dan Pusat Budaya. Warisan Budaya Museum Prabu Siliwangi tidak berwujud yang ketiga berupa Seni Budaya yang merupakan Tradisi Zaman Padjadjaran yaitu berupa Maen Boles dan Ngagotong Lisung Padjadjaran yang telah diketahui sebagai Lisung Ngamuk. Warisan Seni Budaya telah meraih juara 1 di Tingkat Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 untuk menampilkan Sepuluh penampil terbaik Tingkat Nasional pada Tahun 2012 di Kota Ternate dan Juara 2 Tingkat Nasional pada Tahun 2016 di Jakarta dalam pergelaran Festival Olahraga Tradisional yang diselenggarakan oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga. Maen Boles dan Ngagotong Lisung Seni Budaya Padjadjaran pada saat ini telah dijadikan sebagai buku yang telah dipelajari di Sekolah-Sekolah.[2]

Warisan Budaya berwujud

  1. Benda Biologika, Batu Fosil sejumlah11 Buah Benda Batu sejumlah 131 Buah.
  2. Benda Batu Tulis sejumlah 40 Buah.
  3. Batu Perkakas, Batu Pipisan dan Kapak Batu sejumlah 20 Buah.
  4. Benda Senjata dan Pusaka sejumlah 165 Buah.
  5. Benda Logam dan Kuningan sejumlah 16 Buah.
  6. Benda Keramik sejumlah 60 Buah.
  7. Benda Keramik Cina Zaman Dinasti sejumlah 60 Buah.
  8. Benda Batu sejumlah 131 Buah Benda Logam dan Kuningan sejumlah 16 Buah.
  9. Benda Arca Batu sejumlah 60 Buah.[2]

Koleksi

Museum Prabu Siliwangi memiliki koleksi 641 benda yang berupa 131 benda batu, 60 benda keramik dinasti cina, 16 benda logam dan kuningan, 165 benda senjata dan pusaka, serta 269 naskah dan kitab kuno. Selain itu Museum Prabu Siliwangi memiliki peninggalan-peninggalan sejarah berupa Keris sejumlah 65, Golok sejumlah 17, Samurai Tentara Jepang sejumlah 12, Pedang Cina sejumlah 6, Pedang VOC Belanda sejumlah 6 dan Pistol VOC Belanda sejumlah 2. Kujang sejumlah 30, Tombak Padjadjaran sejumlah 23, Kitab Al-Qur’an Zaman Sunan Gunung Djati sejumlah 5 pada abad 14 sampai dengan abad 18, naskah Kuno dari bahan daluang sejumlah 25 lembar, naskah Kitab Suwasit sejumlah 23 Lembar yang terbuat dari bahan Kulit Bambu. Tulisan huruf Sunda Kuno yang berisi Sasakala Prabu Siliwangi yang merupakan terjemahan Naskah dari Kitab Suwasit tulisan Raden. Soemawinata dalam huruf arab sunda sejumlah 205 lembar. [3]

Alamat

Museum Prabu Siliwangi terletak di Komplek Pesantren Dzikir Al-Fath, Jalan Merbabu Perumahan Gading Kencana Asri Blok G RT09/RW015, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunung puyuh Kota Sukabumi, Jawa Barat.[4]

Aktivitas

Dalam ajang Museum Festivities, Museum Prabu Siliwangi ikut meramaikan Anniversary ke-1 Museum Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat Bersama 48 Museum yang ada di Jawa Barat. Museum Prabu Siliwangi telah mewakili daerah Kota atau Kabupaten Sukabumi untuk menyampaikan Koleksi benda-benda sejarah dimana salah satunya yaitu Arca Polinesia yang berasal dari zaman 5.000 Sebelum Masehi. Anniversary ke-1 Museum Gedung Sate digelar selama dua hari yaitu pada tanggal 15 dan 16 maret 2019, oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menarik perhatian masyarakat Jawa Barat khususnya masyarakat Bandung. Museum yang dikelola pada Pameran tersebut tidak hanya menampilkan benda-benda sejarah yang berwujud fisik, tetapi juga membawa benda-benda budaya yang tidak berwujud seperti Lisung dan Boles. Selain Arca Polinesia, adapun benda lain yang akan dibawa oleh Museum Prabu Siliwangi yaitu Arca Dogu yang berasal dari1500 tahun sebelum Masehi, kitab Suwasit yang di dalamnya berisi penjelasan mengenai sejarah Prabu Siliwangi dan naskah kuno Mbah Dalem Mangkunagara mengenai sasakaran Prabu Kiansantang.[5]

Referensi

  1. ^ a b Agus. "Menelusuri Sejarah Kerajaan Pajajaran Lewat Museum Prabu Siliwangi". Diakses tanggal 2020-06-17. 
  2. ^ a b "PROFIL MUSEUM". Museum Prabu Siliwangi. Diakses tanggal 2020-06-17. 
  3. ^ Alfian, Huda R. (2019-12-06). "Benda Pusaka Museum Prabu Siliwangi Warnai Festival Budaya Nusantara III". Pelita Banten. Diakses tanggal 2020-06-17. 
  4. ^ "Benda Pusaka Museum Prabu Siliwangi Menarik Wisatawan Mancanegara". Museum Prabu Siliwangi. 2019-12-07. Diakses tanggal 2020-06-17. 
  5. ^ "Museum Prabu Siliwangi Jadi Pusat Perhatian Pengunjung Muvies". bipol.co. 2019-03-15. Diakses tanggal 2020-06-17.