Samanhudi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
T asikmalaya menjadi Tasikmalaya
Koreksian dan Pengijinan Editor Lain untuk Mengedit
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 8: Baris 8:
| birth_place = {{negara|Belanda}} [[Laweyan]], [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]
| birth_place = {{negara|Belanda}} [[Laweyan]], [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1956|8|28|1868|10|8|df=yes}}
| death_date = {{death date and age|1956|8|28|1868|10|8|df=yes}}
| death_place = {{negara|Indonesia}} [[Bandung]], [[Jawa Barat]], Indonesia
| death_place = {{negara|Indonesia}} Indonesia
| occupation = Pendiri Sarekat Dagang Islam
| occupation = Pendiri Sarekat Dagang Islam
| spouse = [[Suginah]]<br/>[[Marbingah]]
| spouse = [[Suginah]]<br/>[[Marbingah]]

Revisi per 12 Mei 2020 10.34

Samanhudi
K.H. Samanhudi
LahirKiai Haji Samanhudi
(1868-10-08)8 Oktober 1868
Belanda Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Meninggal28 Agustus 1956(1956-08-28) (umur 87)
Indonesia Indonesia
PekerjaanPendiri Sarekat Dagang Islam
Suami/istriSuginah
Marbingah

Samanhudi atau sering disebut Kyai Haji Samanhudi (lahir di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 1868; meninggal di Klaten, Jawa Tengah, 28 Desember 1956) adalah pendiri Sarekat Dagang Islam, sebuah organisasi massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta. Nama kecilnya ialah Sudarno Nadi.

Pondok Pesantren yang pernah ia menimba ilmu didalamnya adalah:

  1. Pontren KM Sayuthy (Ciawigebang),
  2. Pontren KH Abdur Rozak (Cipancur),paman ia,
  3. Pontren Sarajaya (Kab Cirebon),
  4. Pontren (di Kab Tegal, Jateng),
  5. Pontren Ciwaringin (Kab. Cirebon) dan
  6. Pontren KH Zaenal Musthofa (Tasikmalaya. )

Catatan : Ia sangat ta,zdim terhadap guru-gurunya . Terlebih terhadap Asysyahid K.H. Zainal Mushtofa (Pahlawan Nasional). Ia banyak bercerita tentang heroisme perjuangan gurunya yang satu ini ketika berjuang melawan penjajah Jepang hingga beliau gugur sebagai pahlawan kusuma bangsa di depan regu tembak serdadu Jepang ketika makbaroh gurunya ini telah dipindahkan ke Taman Pahlawan Sukamanah,Tasikmalaya.

Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan oleh penguasa Hindia Belanda antara pedagang pribumi yang mayoritas beragama Islam dengan pedagang Tionghoa pada tahun 1905. Oleh sebab itu Samanhudi merasa pedagang pribumi harus mempunyai organisasi sendiri untuk membela kepentingan mereka. Pada tahun 1905, ia mendirikan Sarekat Dagang Islam untuk mewujudkan cita-citanya.

Ia dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo.