Suku Jawa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Putera Ramadhan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Putera Ramadhan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 218: Baris 218:
|9.599
|9.599
|}
|}
Mayoritas orang Jawa menganut agama [[Islam]] (sekitar 97%). Masyarakat Muslim Jawa umumnya dikategorikan ke dalam dua golongan, yaitu kaum [[Santri]] dan [[Abangan]]. Kaum santri mengamalkan ajaran agama sesuai dengan syariat Islam, sedangkan kaum abangan walaupun menganut Islam namun dalam praktiknya masih terpengaruh [[Kejawen]] yang kuat.
Mayoritas orang Jawa menganut agama [[Islam]] (sekitar 97%). Masyarakat Muslim Jawa umumnya dikategorikan ke dalam dua kultur, yaitu kaum [[Santri]] dan [[Abangan]]. Kaum santri mengamalkan ajaran agama sesuai dengan syariat Islam, sedangkan kaum abangan walaupun menganut Islam namun dalam praktiknya masih terpengaruh [[Kejawen]] yang kuat. Pengaruh Islam santri yang lebih kuat terdapat pada masyarakat Jawa yang berdiam di sepanjang pesisir utara Jawa. Sedangkan di daerah pedalaman dan pesisir selatan, kultur abangan pada masyarakat muslim Jawa masih dominan.


Orang Jawa juga ada yang menganut agama [[Kristen]] (sekitar 2,5%), baik [[Protestan]] maupun [[Katolik]]. Sama seperti muslim Jawa, orang Jawa Kristen juga ada yang disebut Kristen abangan yang masih terpengaruh Kejawen yang kuat. Orang Jawa Kristen kebanyakan tersebar di Salatiga, Surakarta, Magelang, dan Yogyakarta di mana penganut Kristen mencapai 15% hingga 25% dan penganut Islam sekitar 75% hingga 85%.
Orang Jawa juga ada yang menganut agama [[Kristen]] (sekitar 2,5%), baik [[Protestan]] maupun [[Katolik]]. Kantong masyarakat Jawa yang beragama Kristen umumnya terdapat di daerah pedalaman, sehingga dalam masyarakat Jawa yang beragama Kristen juga masih terpengaruh kultur Kejawen yang kuat.


Sekitar 1% orang Jawa lainnya juga menganut agama [[Hindu]], [[Buddha]], maupun kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai [[Kejawen]]. Kantong masyarakat Jawa Hindu masih ditemukan seperti di kawasan pegunungan [[Taman Nasional Bromo Tengger Semeru|Bromo-Tengger-Semeru]], sedangkan kantong masyarakat Jawa Buddha dapat ditemukan di kawasan sekitar [[Candi Borubudur]].
Di kota-kota besar seperti Semarang, Surabaya, Malang, dan wilayah perkotaan lainnya penduduk beragama Islam sekitar 85% hingga 95% dan Kristen sekitar 5% hingga 15% yang sebagian juga terdiri dari orang [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]]. Di kawasan lainnya di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta hampir semua penduduknya beragama Islam (sekitar 95% hingga 99%) dan penduduk non-muslim hanya sekitar 1% hingga 5%.

Sekitar 1% orang Jawa lainnya juga menganut [[Hindu]], [[Buddha]], maupun kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai [[Kejawen]]. Kantong kecil orang Jawa Hindu masih ditemukan seperti di [[Blitar]], [[Banyuwangi]], [[Probolinggo]], dan [[Pasuruan]] di mana terdapat umat Hindu yang membentuk populasi sekitar 1% hingga 2% dari jumlah penduduk, sedangkan kantong kecil orang Jawa Buddha dapat ditemukan di [[Temanggung]] yang memiliki 1% umat Buddha dari total penduduk. Di wilayah-wilayah lain penganut Hindu dan Buddha kurang dari 1%, kecuali di Kota Surabaya yang memiliki umat Buddha 1% karena banyak terdapat orang Tionghoa.


== Profesi ==
== Profesi ==

Revisi per 6 Mei 2020 04.38

Suku Jawa
Wong Jawa
ꦮꦺꦴꦁꦗꦮ
Berkas:Illustration of Raden Wijaya.jpg Berkas:Illustration of Hayam Wuruk.jpg Berkas:Illustration of Gajah Mada.jpg
Daerah dengan populasi signifikan
Indonesia95.217.022
       Jawa Tengah31.560.859
       Jawa Timur30.019.156
       Jawa Barat5.710.652
       Lampung4.856.924
       Sumatra Utara4.319.719
       Jakarta3.453.453
       Yogyakarta3.331.355
       Sumatra Selatan2.037.715
       Banten1.657.470
       Riau1.608.268
       Kalimantan Timur1.069.826
       Jambi893.156
       Kalimantan Selatan524.357
       Kalimantan Tengah478.434
       Kalimantan Barat427.333
       Kepulauan Riau417.438
       Aceh400.023
       Bengkulu387.281
       Bali372.514
       Papua233.145
       Sulawesi Selatan229.074
       Sulawesi Tengah221.001
       Sumatra Barat217.096
       Sulawesi Tenggara159.170
       Papua Barat111.274
       Bangka Belitung101.655
       Maluku79.340
       Nusa Tenggara Barat78.916
       Sulawesi Utara70.934
       Sulawesi Barat56.960
       Nusa Tenggara Timur54.511
       Maluku Utara42.724
       Gorontalo35.289
Suriname75.000
Kaledonia Baru5.000
Bahasa
Jawa, Indonesia, Melayu (dituturkan oleh komunitas yang berdomisili di Malaysia dan Singapura), Belanda (hanya digunakan oleh yang tinggal di Belanda dan Suriname)
Agama
Mayoritas
Islam
Minoritas
Kristen (Protestan dan Katolik), Kejawen, Hindu, Buddha dan Khonghucu[1]
Kelompok etnik terkait
Sunda, Madura, Osing, Samin, Tengger, Bali
Lukisan seorang gadis Jawa yang dilukis sekitar tahun 1900.

Suku Jawa (Bahasa Jawa Ngoko: ꦮꦺꦴꦁꦗꦮ, Wong Jawa; Krama: ꦠꦶꦪꦁꦗꦮꦶ, Tiyang Jawi; Pegon: ووڠ جاوا) merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Indramayu (Jawa Barat), dan Kabupaten/Kota SerangCilegon (Banten). Pada tahun 2010, setidaknya 40,22% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa.[2] Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di negara Kaledonia Baru, Oseania dan Suriname, Amerika Selatan karena pada masa kolonial Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai pekerja. Saat ini suku Jawa di Suriname menjadi salah satu suku terbesar di sana dan dikenal sebagai Jawa Suriname. Ada juga sejumlah besar suku Jawa di sebagian besar provinsi di Indonesia, Malaysia, Singapura, Arab Saudi, dan Belanda.

Mayoritas orang Jawa adalah umat Islam, dengan beberapa minoritas yaitu Kristen, Kejawen, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Meskipun demikian, peradaban orang Jawa telah dipengaruhi oleh lebih dari seribu tahun interaksi antara budaya Kejawen dan Hindu-Buddha, dan pengaruh ini masih terlihat dalam sejarah, budaya, tradisi, dan bentuk kesenian Jawa. Dengan populasi global yang cukup besar, suku Jawa ialah kelompok etnis terbesar keempat di antara umat Islam di seluruh dunia, setelah bangsa Arab, suku Bengali, dan suku Punjab.

Tahun Persentase orang Jawa di Indonesia Pertumbuhan
1930 47,02% Penurunan
2000 41,71% Penurunan -5,31%
2010 40,22% Penurunan -1,49%
2019 38,80% Penurunan -1,42%

Bahasa

Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya 42% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 28% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosakata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.

Budaya Jawa

Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY, dan budaya Jawa Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian dalam kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa selain terdapat di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatra, dan Suriname. Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik, dan Gamelan. Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena pengaruh Majapahit.[3] LSM Kampung Halaman dari Yogyakarta yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama yang menerima penghargaan seni dari AS tahun 2011. Gamelan Jawa menjadi pelajaran wajib di Amerika Serikat, Singapura, dan Selandia Baru.[4] Gamelan Jawa rutin digelar di AS-Eropa atas permintaan warga AS-Eropa. Sastra Jawa Negarakretagama menjadi satu-satunya karya sastra Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Memori Dunia. Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara, Universitas Nasional Singapura, John N. Miksic, jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung, dan seni.[5] Budaya Jawa termasuk unik karena membagi tingkat bahasa Jawa menjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya, dan Krama.

Kepercayaan

Agama Populasi
Islam 92.207.046
Kristen 2.528.854
Hindu 150.855
Buddha 90.465
Konghucu 2.857
Lainnya 9.599

Mayoritas orang Jawa menganut agama Islam (sekitar 97%). Masyarakat Muslim Jawa umumnya dikategorikan ke dalam dua kultur, yaitu kaum Santri dan Abangan. Kaum santri mengamalkan ajaran agama sesuai dengan syariat Islam, sedangkan kaum abangan walaupun menganut Islam namun dalam praktiknya masih terpengaruh Kejawen yang kuat. Pengaruh Islam santri yang lebih kuat terdapat pada masyarakat Jawa yang berdiam di sepanjang pesisir utara Jawa. Sedangkan di daerah pedalaman dan pesisir selatan, kultur abangan pada masyarakat muslim Jawa masih dominan.

Orang Jawa juga ada yang menganut agama Kristen (sekitar 2,5%), baik Protestan maupun Katolik. Kantong masyarakat Jawa yang beragama Kristen umumnya terdapat di daerah pedalaman, sehingga dalam masyarakat Jawa yang beragama Kristen juga masih terpengaruh kultur Kejawen yang kuat.

Sekitar 1% orang Jawa lainnya juga menganut agama Hindu, Buddha, maupun kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai Kejawen. Kantong masyarakat Jawa Hindu masih ditemukan seperti di kawasan pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, sedangkan kantong masyarakat Jawa Buddha dapat ditemukan di kawasan sekitar Candi Borubudur.

Profesi

Mayoritas masyarakat Jawa berprofesi sebagai petani. Sedangkan di perkotaan mereka berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, karyawan, pedagang, usahawan, dan lain-lain. Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta jumlah orang Jawa mencapai 40% pada tahun 2015 dari penduduk Jakarta. Orang Jawa perantauan di Jakarta bekerja di berbagai bidang. Hal ini terlihat dari jumlah mudik lebaran yang terbesar dari Jakarta adalah menuju Jawa Tengah. Secara rinci prediksi jumlah pemudik tahun 2014 ke Jawa Tengah mencapai 7.893.681 orang. Dari jumlah itu didasarkan beberapa kategori, yakni 2.023.451 orang pemudik sepeda motor, 2.136.138 orang naik mobil, 3.426.702 orang naik bus, 192.219 orang naik kereta api, 26.836 orang naik kapal laut, dan 88.335 orang naik pesawat.[6] Bahkan menurut data Kementerian Perhubungan Indonesia menunjukkan tujuan pemudik dari Jakarta adalah 61% Jateng dan 39% Jatim. Ditinjau dari profesinya, 28% pemudik adalah karyawan swasta, 27% wiraswasta, 17% PNS/TNI/POLRI, 10% pelajar/mahasiswa, 9% ibu rumah tangga, dan 9% profesi lainnya. Diperinci menurut pendapatan pemudik, 44% berpendapatan Rp3–5 juta, 42% berpendapatan Rp1–3 juta, 10% berpendapatan Rp5–10 juta, 3% berpendapatan di bawah Rp1 juta, dan 1% berpendapatan di atas Rp10 juta.[7]

Stratifikasi sosial

Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan, dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.

Seni

Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa.

Tokoh-tokoh Jawa

Galeri

Lihat pula

Referensi

Bacaan lanjutan

  • Clifford Geertz.1960. The religion of Java. Glencoe: The Free press of Glencoe

Pranala luar

</noinclude>