Bahasa Mandailing: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Apa masalahmu?
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Membalikkan revisi 16812623 oleh 182.1.32.113 (bicara)
Tag: Pembatalan
Baris 162: Baris 162:
|}
|}


== Apa masalahmu? ==
== Kalimat pengganti ==
{| class="wikitable sortable"
{| class="wikitable sortable"
|-
|-

Revisi per 12 April 2020 03.25

Bahasa Mandailing
BPS: 0019 5
Saro Mandailing
Dituturkan diIndonesia
WilayahSumatra Utara bagian Selatan
EtnisSuku Mandailing
Penutur
1,1 Juta (2000 census)[1]
Rincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[2]

  • 1.100.000
Lihat sumber templat}}
Latin, Mandailing
Kode bahasa
ISO 639-3btm
Glottolog1291[3]
BPS (2010)0019 5
Status konservasi
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC6b Threatened
Bahasa Mandailing dikategorikan sebagai C6b Threatened menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mulai terancam dan mengalami penurunan jumlah penutur dari waktu ke waktu
 Portal Bahasa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B • PW
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Bahasa Mandailing[4] merupakan bahasa yang terdapat di provinsi Sumatra Utara bagian selatan, Sumatra Barat dan Riau bagian utara.

Bahasa Mandailing Julu dan Mandailing Godang dengan pengucapan yang lebih lembut lagi dari bahasa Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba. Mayoritas penggunaannya di daerah Kabupaten Mandailing Natal, tetapi tidak termasuk bahasa Natal (bahasa Minang), walaupun pengguna bahasa Natal berkerabat (seketurunan) dengan orang-orang Kabupaten Mandailing Natal pada umumnya.

Sementara itu, bahasa Mandailing Padang Lawas (Padang Bolak) dipakai di wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara dan Padang Lawas.

Di Pasaman, Sumatra Barat dan Rokan Hulu, Riau, bahasa Mandailing mempunyai variasi tersendiri.

Di wilayah Asahan, Batubara, dan Labuhan Batu, orang-orang Mandailing umumnya memakai bahasa Melayu Pesisir Timur.

Bahasa Mandailing Angkola, terutama di Angkola Dolok (Sipirok) adalah bahasa yang paling mirip dengan bahasa Batak Toba, karena letak geografisnya yang berdekatan, namun bahasa Angkola sedikit lebih lembut intonasinya daripada bahasa Toba. Bahasa Angkola meliputi daerah Padangsidempuan, Batang Toru, Sipirok, seluruh bagian kabupaten Tapanuli Selatan.

Surat Tulak-tulak, Aksara Mandailing sebelum 1800an

Sastra Mandailing

Kesusasteran Mandailing klasik

Seni sastra Mandailing ditularkan melalui tradisi yang khas, misalnya melalui medium berikut:[5]

1. Marturi Tradisi bercerita dalam konteks sosial Mandailing yang dilakukan secara verbal. Cerita ditularkan secara turun-temurun. Plot menggunakan alur maju dan banyak memuat ajaran tentang budi pekerti.

2. Ende Ungut-ungut Dibedakan atas temanya. Ende merupakan ungkapan hati, ekspresi kesedihan karena berbagai hal, misalnya kesengsaraan hidup karena kematian, ditinggalkan, dan lain-lain. Selain itu juga berisi pengetahuan, nasihat, ajaran moral, sistem kekerabatan, dan sebagainya. Ende ungut-ungut menggunakan pola pantun dengan persajakan ab-ab atau aa-aa. Sampiran biasanya banyak mengadopsi nama tumbuhan, karena adanya bahasa daun.

Contoh:

Bahasa Mandailing
tu sigama pe so lalu
madung donok tu Ujung Gading
di angan-angan pe so lalu
laing tungkus abit partinggal

Bahasa Indonesia
Ke Sigama pun tidak sampai
Sudah dekat ke Ujung Gading
Yang di angankanpun tidak sampai
Tetap tersimpan kain kenangan

Masa kolonial

Beberapa tonggak sastra yang berkembang di masa kolonial antara lain:

  1. “Hendrik Nadenggan Roa, Sada Boekoe Basaon ni Dakdanak.” (Terjemahan). Padang: Van Zadelhoff and Fabritius (1865)
  2. “Leesboek van W.C. Thurn in het Mandhelingsch Vertaald.” Batavia: Landsdrukkerij. (1871)
  3. “Si Bulus-bulus Si Rumbuk-rumbuk.” (1872)
  4. “Taringot di Ragam-ragam ni Parbinotoan dohot Sinaloan ni Alak Eropa.” Naskah ini diadaptasi dari buku “Ceritera Ilmu Kepandaian Orang Putih” yang ditulis oleh Abdullah Munsyi, seorang sastrawan dan ahli tata bahasa Melayu. (1873)
  • Soetan Martua Raja (Siregar). Ia lahir dari keluarga aristokrat di Bagas Lombang Sipirok, berpendidikan HIS, sekolah elite di Pematang Siantar. Karyanya adalah:
  1. “Hamajuon” (Bahan Bacaan Sekolah Dasar)
  2. “Doea Sadjoli: Boekoe Siseon ni Dakdanak di Sikola.” (1917). Buku ini menimbulkan daya kritik terhadap pemikiran anak-anak. Ditulis dengan aksara Latin (Soerat Oelando) yang relatif mengembangkan pedagogik sekuler. Buku ini mengadopsi poda, semacam storyteller yang berisi petuah, ajaran moral dalam konteks tingkat berpikir anak-anak.
  3. “Ranto Omas” (Golden Chain), 1918.
  • Soetan Hasoendoetan (Sipahutar), penulis novel dan jurnalis. Karya-karyanya:
  1. Turi-Turian (cerita bertutur, mengisahkan hubungan interaksi antara manusia dengan penguasa langit)
  2. “Sitti Djaoerah: Padan Djandji na Togoe.” (1927-1929), sebuah serial berbahasa Angkola Mandailing yang dimuat secara berantai dalam 457 halaman. Serial ini dimuat di mingguan “Pustaha” yang terbit di Sibolga. Kisah ini diyakini menjadi alasan pembaca membeli surat kabar tersebut. Serial ini mengadopsi cerita-cerita epik, turi-turian, dan berbagai terminologi sosial masyarakat Angkola-Mandailing dan ditulis dengan gaya bertutur novel. Ini selaras dengan berkembangnya berbagai novel berbahasa Melayu yang dipublikasikan pemerintah kolonial. Dalam sejarah kesusastraan Indonesia, masa ini dikenal dengan masa Angkatan Balai Pustaka atau Angkatan 20-an. Soetan Hasundutan mengatakan bahwa ia menulis novel roman ini karena terinspirasi dengan novel “Siti Nurbaja” (Marah Rusli, 1922) yang sangat populer ketika itu.
  3. “Datoek Toengkoe Adji Malim Leman.” (1941), terbitan Sjarief, Pematang Siantar.
  • Mangaradja Goenoeng Sorik Marapi, menulis buku “Turian-turian ni Raja Gorga di Langit dohot Raja Suasa di Portibi.” Buku ini diterbitkan Pustaka Murni Pematang Siantar bertajuk tahun 1914.
  • Sutan Pangurabaan. Karyanya, “Ampang Limo Bapole.” (1930), “Parkalaan Tondoeng” (1937), “Parpadanan” (1930), dan sebuah buku berbahasa Melayu “Mentjapai Doenia Baroe” (1934). Di samping buku-buku yang ditulis Willem Iskander, buku-bukunya juga menjadi buku bacaan untuk sekolah-sekolah masa kolonial.
  • Soetan Habiaran Siregar menggali bahasa, tari-tarian, dan lagu yang berasal dari Angkola-Mandailing. Ia menulis beberapa turi-turian, antara lain: “Turi-turian ni Tunggal Panaluan”, “Panangkok Saring-Saring tu Tambak na Timbo” (1983), dan lain-lain. Selain itu, ia juga membuat komposisi lagu yang dibuat menggunakan komposisi beat berirama cha-cha.

Selain sastra berbahasa Mandailing Angkola tersebut, penting dicatat tumbuhnya sastra Indonesia yang berbahasa Melayu tetapi dengan mengadopsi warna lokal. Misalnya novel “Azab dan Sengsara” (1921) yang ditulis Merari Siregar. Novel ini mengangkat kontekstual adat dan budaya semacam kawin paksa, harta warisan, hubungan kekerabatan, dan tradisi lokal Mandailing-Angkola.[5]

Kontemporer

Sastra Mandailing kontemporer tidak lagi berkembang sejak pra-kemerdekaan, dikarenakan berubahnya kurikulum pendidikan yang memakai bahasa Nasional dengan sendirinya mengikis pemakaian bahasa Mandailing.[5]

Entertainment

Sastra dalam lirik lagu dan drama musikal berbahasa Mandailing antara lain:

  • Drama musikal tahun 1970an dalam kepingan tape kaset recorder.
  • Drama "Sampuraga namaila marina".
  • Album lagu Mandailing dalam kepingan vcd periode awal.
  • Album lagu Tapsel, Madina, Palas dan Paluta.[5]

Ragam bahasa

Berdasarkan klasifikasi bahasa yang ditawarkan Slamet Mulyana, Bahasa Mandailing termasuk rumpun bahasa Austronesia. Pangaduan Lubis ada mengemukakan bahwa di dalam bahasa Mandailing terdapat lima ragam bahasa yang masing-masing kosakatanya berbeda satu sama lain yaitu:[6]

  1. Hata somal yaitu ragam bahasa yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Hata andung yaitu ragam bahasa sastra yang dipakai dalam tradisi mangandung (meratap) pada upacara adat perkawinan atau kematian.
  3. Hata teas dohot jampolak yaitu ragam bahasa yang dipakai dalam pertengkaran atau mencaci maki.
  4. Hata si baso yaitu ragam bahasa yang digunakan khusus oleh si baso (tokoh shaman) atau datu.
  5. Hata parkapur yaitu ragam bahasa yang digunakan orang Mandailing di masa lalu ketika mereka mencari kapur barus.[7]

Contoh kosakata:

Bahasa Indonesia Hata somal Hata andung Hata teas Hata si baso Hata parkapur
Mata Mata Simanyolong Loncot -
Daun sirih Burangir Simanggurak - Situngguk
Harimau Babiat - - - Ompungi/Namaradati

Di masa lalu orang Mandailing juga memiliki satu alat komunikasi atau jenis bahasa tertentu yang disebut Hata bulung-bulung (bahasa dedaunan) semacam daun lontar. Bahasa ini bukanlah berupa lambang bunyi melainkan menggunakan daun tumbuhan sebagai perlambangnya.[6][8]

Kalimat pertanyaan

Bahasa Indonesia Bahasa Mandailing
Apa Aha
Bagaimana Songondia/Biadoma
Berapa Sadia
Di mana Idia
Kemana Tudia
Dari mana Tingondia/Ngundia
Mana Idia
Siapa Ise
Mengapa Asi
Kapan Andigan
Kenapa Maoa/Mangoa

Kalimat petunjuk

Bahasa Indonesia Bahasa Mandailing
Ini On/Onbo
Itu Adun/Adunbo
Sini Tuson
Situ Tusi
Sana Sodun

Kalimat pengganti

Saya Au
Kamu Homa
Dia Ia
Mereka Alai

Angka

Angka Indonesia Gayo Alas Singkil Karo Pakpak Simalungun Toba Mandailing
0 Nol
1 Satu Sa Sade Sade Sada
2 Dua Roa Duwe Dua Dua
3 Tiga Tulu Telu Tolu
4 Empat Opat Empat Ompat Opat
5 Lima Lime Lime Lima
6 Enam Onom Enem Onom
7 Tujuh Pitu Pitu
8 Delapan Waluh Ualuh Ualuh Uwalu Salapan
9 Sembilan Siwah Siwah Siah Sia Sambilan
10 Sepuluh Sepuluh Sipuluh Sapuluh Sampulu Sapulu

Silsiah keluarga

Bahasa Indonesia Bahasa Mandailing
Kakek Ompung godang
Nenek Ompung Menek
Ayah Amang
Ibu Inang
Anak laki-laki Anak
Anak Perempuan Boru
Kakak Angkang
Adik Anggi
Paman (pihak ayah) Uda'
Istri Paman (pihak ayah) Nanguda'/Inanguda'
Paman (pihak Ibu) Tulang/mamak
istri Paman (pihak Ibu) Nantulang/Inangtulang
Bibi Bouk (pihak ayah) Ujing/Etek (pihak ibu)
Sepupu (laki-laki) Kahanggi
Sepupu (perempuan) iboto/ito
Istri/Suami Saudara Ipar
Suami dari Adik/Kakak Istri Pariban
Anak Saudara (laki-laki) Anak
Anak Saudara (perempuan) Bere
Cucu Pahoppu

Bacaan lebih lanjut

  • (Inggris) Adelaar,Alexande,The Austronesian Languages of Asia and Madagascar:A Historical perspective;The Austronesian languages of Asia and Madagascar,pp 2005,ISBN 0-7007-1286-0
  • (Indonesia) Siregar,Ahmad Samin,Kamus Bahasa Angkola/Mandailing Indonesia,Jakarta:Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa,Departemen Pendidikan dan Kebuydayaan,1997

Referensi

  1. ^ Bahasa Mandailing di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
  2. ^ http://www.ethnologue.com/language/btm.
  3. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Mandailing Batak". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  4. ^ Medan makna aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing Badan Bahasa Kemdikbud.go.id
  5. ^ a b c d Askolani Nasution (27 Januari 2014). "Kesusatraan Mandailing". www.jendelasastra.com. 
  6. ^ a b Edi Nasution (2007). "Bahasa Mandailing". Tulilla, Muzik bujukan Mandailing. Arecabooks. hlm. 31. ISBN 9789834283445. 
  7. ^ Basyral Hamidy Harahap (17 november 2018). "Mengenal Bahasa Mandailing-bagian 1". www.mandailingonline.com. 
  8. ^ Basyral Hamidy Harahap (21 November 2016). "Mengenal Bahasa Mandailing-bagian 4". www.mandailingonline.com. Diakses tanggal 11 maret 2018.