Ahmad Khatib Datuk Batuah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Padangpanjang +Padang Panjang)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 78: Baris 78:


=== Pendidikan ===
=== Pendidikan ===
Ahmad Khatib Datuk Batuah sempat menempuh pendidikan dasar di sekolah Belanda. Setelah itu ia merantau ke [[Mekkah]], [[Arab Saudi]] dan belajar agama selama 6 tahun (1909-1915) pada [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi|Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]], seorang ulama asal [[Koto Gadang, IV Koto, Agam|Koto Gadang]], [[Kabupaten Agam|Agam]] yang menjadi Imam Besar di [[Masjidil Haram]] dan juga sebagai guru bagi banyak ulama nusantara.
Ahmad Khatib Datuk Batuah sempat menempuh pendidikan dasar di sekolah Belanda. Setelah itu ia merantau ke [[Mekkah]], [[Arab Saudi]] dan belajar agama selama 6 tahun (1909-1915) pada [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi|Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]], seorang ulama asal [[Koto tuo, IV ANGKEK, Agam, [[Kabupaten Agam|Agam]] yang menjadi Imam Besar di [[Masjidil Haram]] dan juga sebagai guru bagi banyak ulama nusantara.


=== Perjuangan ===
=== Perjuangan ===

Revisi per 5 Februari 2020 08.59

Ahmad Khatib
Ahmad Khatib Datuk Batuah
Berkas:Ahmad Khatib Datuk Batuah.jpg
NamaAhmad Khatib
MeninggalKoto Laweh, Padang Panjang  Indonesia
KebangsaanIndonesia
IstriSaadiah dan Zainab
KeturunanLenin dan Kartini

Ahmad Khatib Datuk Batuah (lahir di Koto Laweh, Padang Panjang, Sumatra Barat, tahun 1895 – meninggal di Koto Laweh, Padang Panjang, tahun 1949 pada umur 54 tahun) adalah seorang ulama dan pejuang kemerdekaan Indonesia pada awal abad ke-20.

Riwayat

Kehidupan

Ahmad Khatib adalah putra dari Syeikh Gunung Rajo, seorang pemimpin Tarekat Syattariyah di Minangkabau.

Pendidikan

Ahmad Khatib Datuk Batuah sempat menempuh pendidikan dasar di sekolah Belanda. Setelah itu ia merantau ke Mekkah, Arab Saudi dan belajar agama selama 6 tahun (1909-1915) pada Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, seorang ulama asal [[Koto tuo, IV ANGKEK, Agam, Agam yang menjadi Imam Besar di Masjidil Haram dan juga sebagai guru bagi banyak ulama nusantara.

Perjuangan

Ia disebut sebagai Haji Merah, karena ia juga menganut sebagian ajaran paham komunis yang cocok dengan ajaran Islam, seperti ajaran mengenai sosialisme. Disamping itu ajaran komunisme yang radikal dalam memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan manusia pada masa itu dianggap cocok untuk dipakai dalam perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan kolonialisme Belanda.[1]

Referensi

  1. ^ "Kisah "Haji Merah" Dari Sumatra Barat" Berdikari Online, 6 April 2013. Diakses 18 Agustus 2013.

Pranala luar