Perang Belasting: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k ←Suntingan Panglima tak diakui (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Urang Kamang
Tag: Pengembalian
Baris 3: Baris 3:
Perang ''belasting'' ini diawali di [[Kamang Magek, Agam‎|Kamang]], kemudian menyebar pada kawasan lain seperti [[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam|Manggopoh]], [[Lintau Buo, Tanah Datar|Lintau Buo]] dan lain-lain.<ref>St. Dt. M. Machudum, (1952), ''Riwajat perdjuangan bangsa Indonesia dalam masa 150 tahun'', Masa Baru (dahulu A. C. Nix).</ref>
Perang ''belasting'' ini diawali di [[Kamang Magek, Agam‎|Kamang]], kemudian menyebar pada kawasan lain seperti [[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam|Manggopoh]], [[Lintau Buo, Tanah Datar|Lintau Buo]] dan lain-lain.<ref>St. Dt. M. Machudum, (1952), ''Riwajat perdjuangan bangsa Indonesia dalam masa 150 tahun'', Masa Baru (dahulu A. C. Nix).</ref>


Tuanku Nan Renceh membuat gurunya yaitu Tuanku Nan Tuo menjadi geram dan marah terhadap tindakan berlebihannya. Seperti contohnya mengunyah sirih bagi ibu2 itu dikatakan haram, itu sebenarnya tidak masalah dan baik untuk kesehatan gigi. Tuanku Nan Renceh ini memegang paham Wahabi. Inilah paham Wahabi pertama kali di Ranah Minang. Wahabi menganggap semua yang tidak ada zaman nabi bid'ah walaupun itu halal dan tidak masalah. Setelah mengetahui gurunya marah terhadap dirinya, Tuanku Nan Renceh pun memusuhi gurunya dan bertindak Radikal dan pergi dari Nagari Ampek Angkek dan kembali ke kamang. Sebelum kembali, Tuanku Nan Renceh mengajak sebagian warga bersuku pili agar ikut pergi dan tinggal di kamang dengan iming-iming janji masuk surga. Setelah itu terlahirlah pecahan suku pili yang bernama Suku Pili Magek. Suku Pili yang asli berada di Ampek Angkek, Banuhampu dan sekitar. Dan Suku Pili Magek hanya etnis suku keluar dari Suku Pili Asli yang tinggal di kamang. Tuanku Nan Renceh membuat kekuatan dari kamang untuk melakukan penyerangan ke Ampek Angkek. Penduduk-penduduk asli disekitar kamang mengunsi menjauh dari kamang, ada yang ke Ampek Angkek dan ke daerah perbatasan Palupuah.

Namun, Penyerangan itu gagal karena Belanda telah berhasil melumpuhkan Tuanku Nan Renceh di Kamang yang dikenal dengan Perang Kamang. Belanda datang dengan permintaan kaum adat karena perlakuan padri yang di kamang membuat resah dan gaduh.

<br />
== Perang Kamang ==
== Perang Kamang ==
{{Infobox Military Conflict
{{Infobox Military Conflict

Revisi per 30 Januari 2020 05.55

Perang belasting merupakan perang bersenjata pada 15-16 Juni 1908 yang melibatkan rakyat Sumatra Barat melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda akibat penerapan pajak (Belanda: belasting) langsung kepada masyarakat. Perlawanan masyarakat atas pemberlakuan pajak langsung ini dibalas oleh pemerintah Hindia Belanda dengan reaksi keras mengirimkan marechaussee (marsose) ke daerah konflik tersebut, yang akhirnya menimbulkan korban jiwa pada masyarakat maupun tentara kolonial.

Perang belasting ini diawali di Kamang, kemudian menyebar pada kawasan lain seperti Manggopoh, Lintau Buo dan lain-lain.[1]

Perang Kamang

Perang Kamang

Salah satu Makam Pahlawan Perang Kamang
Tanggal1908
LokasiKamang, Agam, Sumatra Barat
Pihak terlibat
Rakyat Kamang Hindia Belanda
Korban
100 orang tewas

12 orang tewas

20 orang luka-luka

Perang Kamang merupakan peperangan yang terjadi di Kamang, Agam tahun 1908 akibat penerapan pajak (belasting) kepada masyarakat oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Daerah Kamang berada sekitar 16 km dari Fort de Kock dan sebelumnya merupakan basis kekuatan dari Tuanku Nan Renceh pada masa Perang Padri.

Perlawanan rakyat

Perang ini diawali oleh gerakan protes petani terhadap pemerintah Hindia Belanda atas pajak tanah termasuk pajak atas hewan ternak yang dibebankan kepada mereka. Masyarakat Kamang menolak pembayaran pajak tersebut dan kemudian pada 15-16 Juni 1908 puncaknya pecah perang bersenjata antara masyarakat dengan pemerintah kolonial.[2] Perang ini dipelopori oleh Syekh H. Abdul Manan, yang gugur dalam peperangan tersebut, sementara anaknya H. Ahmad Marzuki ditangkap oleh tentara Belanda.[3] Akibat peperangan ini hampir 100 orang mati tertembak, sementara korban pada pihak tentara kolonial sebanyak 12 orang mati dan lebih kurang 20 orang luka-luka.[4] Dikabarkan pula, kuda neneknya Mohammad Hatta juga ditembak sewaktu Perang ini terjadi. Si Nenek kemudian datang ke gedung residen Padang pada waktu itu, dan memarahi sang Residen. Amrin Imran mencatat Nenek Mohammad Hatta sebagai orang yang mudah marah.[5]

Perang Manggopoh

Perang Manggopoh

Kompleks Makam Pejuang Perang Manggopoh
Tanggal1908
LokasiManggopoh, Sumatra Barat
Pihak terlibat
Rakyat Manggopoh Hindia Belanda
Korban

7 orang tewas

7 orang ditangkap
53 orang tewas

Perang Manggopoh berlangsung di Manggopoh, Sumatra Barat dipimpin oleh Siti Manggopoh.[6] Munculnya perlawanan masyarakat di Manggopoh dipengaruhi oleh perlawanan masyarakat di Kamang. Akibat peperangan ini 53 orang tentara kolonial mati terbunuh, sementara korban pada masyarakat sebanyak 7 orang mati dan 7 orang ditangkap termasuk Siti Manggopoh.[6]

Referensi

  1. ^ St. Dt. M. Machudum, (1952), Riwajat perdjuangan bangsa Indonesia dalam masa 150 tahun, Masa Baru (dahulu A. C. Nix).
  2. ^ Nafis, A., (2004), Syair Perang Kamang, Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 979-3797-02-9
  3. ^ Djurip, (1996), Kajian naskah Pemimpin ke syurga dan Syair Perang Kamang yang kejadian dalam tahun 1908, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
  4. ^ Hatta, M., (2011), Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi, Penerbit Buku Kompas, ISBN 979-709-540-1.
  5. ^ Imran, Amrin (1991). Mohammad Hatta:Pejuang, Proklamator, Pemimpin, Manusia Biasa. hlm.9. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. OCLC 9072338
  6. ^ a b Abel Tasman, Nita Indrawati, Sastri Yunizarti Bakry, Mestika Zed, (2003), Siti Manggopoh, Yayasan Citra Budaya Indonesia, ISBN 979-95830-7-1

Daftar Pustaka

  • Amran, R., (1988), Pemberontakan pajak 1908, Sumatra Barat. Bag. ke. 1: Perang Kamang, Gita Karya
  • Sjafei, S & Hamzah, T., (1964), Kamang 1908, Djakarta: Tintamas.