Pangeran Antasari: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k ←Suntingan 114.124.173.148 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Bagas Chrisara
Tag: Pengembalian
Baris 27: Baris 27:
}}
}}


'''Pangeran Antasari''' (lahir di Kayu Jati, [[Kesultanan Banjar]], [[1797]]<ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=prJr7nD9YO0C&lpg=PT27&dq=antasari&pg=PT27#v=onepage&q=antasari&f=false|title=Kisah Hattrick Pahlawan Nasional Terpopuler|publisher=Galangpress Group|isbn=6028620106|pages=}}ISBN 978-602-8620-10-9</ref><ref name="Arya">{{id}} [http://books.google.co.id/books?id=fhdj1bqn3W4C&lpg=PA19&dq=pangeran%20antasari&pg=PA20#v=onepage&q=pangeran%20antasari&f=true Arya Ajisaka, Mengenal Pahlawan Indonesia, Kawan Pustaka, 2004, ISBN 979-3034-70-X, 9789793034706]</ref> atau [[1809]]<ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=lTS99aTC6vQC&lpg=PT134&dq=antasari&pg=PT133#v=onepage&q=antasari&f=false|title=Wahana Ipa ilmu Pengetahuan Sosial|publisher=Yudhistira Ghalia Indonesia|isbn=9797467139}}ISBN 978-979-746-713-5</ref><ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=a53K2ngY_Y8C&lpg=PA159&dq=antasari&pg=PA159#v=onepage&q=antasari&f=false|title=Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia|last=Sudarmanto|first=J. B.|publisher=Grasindo|year=2007|isbn=9797597164|pages=159}}ISBN 978-979-759-716-0</ref><ref>[[Helius Sjamsuddin]]; Antasari, [[Balai Pustaka]], 1982</ref><ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=AOgtTlT-I-AC&lpg=PA96&dq=sejarah%20banjar&pg=PA96#v=onepage&q=sejarah%20banjar&f=false|title=99 Tokoh Muslim Indonesia|last=Iskandar|first=Salman|publisher=PT Mizan Publika|isbn=9797526828}}ISBN 978-979-752-682-5</ref> – meninggal di Bayan Begok, [[Hindia Belanda]], [[11 Oktober]] [[1862]] pada umur 53 tahun) adalah seorang [[Pahlawan Nasional Indonesia]].
'''Pangeran Antasari''' (lahir di Kayu Tangi, [[Kesultanan Banjar]], [[1797]]<ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=prJr7nD9YO0C&lpg=PT27&dq=antasari&pg=PT27#v=onepage&q=antasari&f=false|title=Kisah Heroik Pahlawan Nasional Terpopuler|publisher=Galangpress Group|isbn=6028620106|pages=}}ISBN 978-602-8620-10-9</ref><ref name="Arya">{{id}} [http://books.google.co.id/books?id=fhdj1bqn3W4C&lpg=PA19&dq=pangeran%20antasari&pg=PA20#v=onepage&q=pangeran%20antasari&f=true Arya Ajisaka, Mengenal Pahlawan Indonesia, Kawan Pustaka, 2004, ISBN 979-3034-70-X, 9789793034706]</ref> atau [[1809]]<ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=lTS99aTC6vQC&lpg=PT134&dq=antasari&pg=PT133#v=onepage&q=antasari&f=false|title=Wahana Ips Iimu Pengetahuan Sosial|publisher=Yudhistira Ghalia Indonesia|isbn=9797467139}}ISBN 978-979-746-713-5</ref><ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=a53K2ngY_Y8C&lpg=PA159&dq=antasari&pg=PA159#v=onepage&q=antasari&f=false|title=Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia|last=Sudarmanto|first=J. B.|publisher=Grasindo|year=2007|isbn=9797597164|pages=159}}ISBN 978-979-759-716-0</ref><ref>[[Helius Sjamsuddin]]; Antasari, [[Balai Pustaka]], 1982</ref><ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=AOgtTlT-I-AC&lpg=PA96&dq=sejarah%20banjar&pg=PA96#v=onepage&q=sejarah%20banjar&f=false|title=99 Tokoh Muslim Indonesia|last=Iskandar|first=Salman|publisher=PT Mizan Publika|isbn=9797526828}}ISBN 978-979-752-682-5</ref> – meninggal di Bayan Begok, [[Hindia Belanda]], [[11 Oktober]] [[1862]] pada umur 53 tahun) adalah seorang [[Pahlawan Nasional Indonesia]].


Ia adalah [[Sultan Banjar]].<ref>[http://web.raex.com/~obsidian/seasiaisl.html#Bandjarmasin Regnal Chronologies Southeast Asia: the Islands]</ref> Pada [[14 Maret]] [[1862]], dia dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar ''Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin'' dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah [[Tanah Dusun|Dusun Atas]], [[Kabupaten Kapuas|Kapuas]] dan [[Kahayan]] yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.<ref>{{id}} {{cite book|pages=57|title=Pangeran Antasari: pahlawan kemerdekaan nasional dari Kalimantan|first=Ahmad|last=Basuni|publisher=Bina Ilmu|year=1986}}</ref>{{br}}
Ia adalah [[Sultan Banjar]].<ref>[http://web.raex.com/~obsidian/seasiaisl.html#Bandjarmasin Regnal Chronologies Southeast Asia: the Islands]</ref> Pada [[14 Maret]] [[1862]], dia dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar ''Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin'' dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah [[Tanah Dusun|Dusun Atas]], [[Kabupaten Kapuas|Kapuas]] dan [[Kahayan]] yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.<ref>{{id}} {{cite book|pages=57|title=Pangeran Antasari: pahlawan kemerdekaan nasional dari Kalimantan|first=Ahmad|last=Basuni|publisher=Bina Ilmu|year=1986}}</ref>{{br}}

Revisi per 26 November 2019 08.12

Pangeran Antasari
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin
Pangeran Antassarie
Gusti Inu Kartapati
Lukisan Pangeran Antasari menurut Perda Kalsel
Berkuasa14 Maret 1862 - 11 Oktober 1862
PendahuluSultan Hidayatullah Khalilullah
PenerusSultan Muhammad Seman
RajaLihat daftar
WangsaDinasti Banjarmasin
AyahPangeran Masud bin Pangeran Amir
IbuGusti Khadijah binti Sultan Sulaiman
Anak1. ♂ Panembahan Muhammad Said (anak dengan Ratu Antasari)

2. ♂ Sultan Muhammad Seman (anak dengan Nyai Fatimah)
3. ♀ Putri Kaidah (ibu Gusti Mat Napis)

4. ♀ Puteri Hasiah (diperisteri Pangeran Wira Kasuma

Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, 1797[2][3] atau 1809[4][5][6][7] – meninggal di Bayan Begok, Hindia Belanda, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.

Ia adalah Sultan Banjar.[8] Pada 14 Maret 1862, dia dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.[9]

Gusti Inu Kartapati

Pangeran Antasari merupakan cucu Pangeran Amir.[10] Semasa muda nama Pangeran Antasari adalah Gusti Inu Kartapati.[11] Ibunda Pangeran Antasari adalah Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman. Ayah Pangeran Antasari adalah Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir. Pangeran Amir adalah anak Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang gagal naik tahta pada tahun 1785. Ia diusir oleh walinya sendiri, Pangeran Nata, yang dengan dukungan Belanda memaklumkan dirinya sebagai Sultan Tahmidullah II[12][13][14] Pangeran Antasari memiliki 3 putera dan 8 puteri.[15] Pangeran Antasari mempunyai adik perempuan yang lebih dikenal dengan nama Ratu Sultan Abdul Rahman karena menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam tetapi meninggal lebih dulu setelah melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar yang diberi nama Rakhmatillah, yang juga meninggal semasa masih bayi.

Pewaris Kerajaan Banjar

Dia cucu Pangeran Amir yang gagal naik tahta pada tahun 1785.[16][17] Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, dia juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito, baik yang beragama Islam maupun Kaharingan.

Setelah Sultan Hidayatullah ditipu Belanda dengan terlebih dahulu menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian diasingkan ke Cianjur, maka perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan pula oleh Pangeran Antasari.[18] Sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai sepupu dari pewaris kesultanan Banjar. Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan melawan penjajah di wilayah Banjar bagian utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan:

Seluruh rakyat, para panglima Dayak, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi "Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin", yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.[3]

Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, ia harus menerima kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah kepadanya dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.

Perlawanan terhadap Belanda

Lanting Kotamara semacam panser terapung di sungai Barito dalam pertempuran dengan Kapal Celebes dekat pulau Kanamit, Barito Utara

Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April 1859. Selanjutnya peperangan demi peperangan dikomandoi Pangeran Antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.[19]

Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Pangeran Antasari dengan pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak terus pasukan Pangeran Antasari. Dan akhirnya Pangeran Antasari memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.

Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun dia tetap pada pendiriannya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.

Dalam peperangan, Belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun sampai perang selesai tidak seorangpun mau menerima tawaran ini.[20] Orang-orang yang tidak mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda:[21]

  1. Antasari dengan anak-anaknya
  2. Demang Lehman
  3. Amin Oellah
  4. Soero Patty dengan anak-anaknya
  5. Kiai Djaya Lalana
  6. Goesti Kassan dengan anak-anaknya
Monumen Perang Banjar yang dibangun pemerintah Hindia Belanda untuk mengenang tentaranya yang tewas.

Meninggal dunia

Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam usia lebih kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, dia terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.[22] Perjuangannya dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Muhammad Seman.[23]

Setelah terkubur selama lebih kurang 91 tahun di daerah hulu sungai Barito, atas keinginan Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11 November 1958 dilakukan pengangkatan kerangka Pangeran Antasari. Yang masih utuh adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut. Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali Taman Makam Perang Banjar, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.

Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 27 Maret 1968.[24] Nama Antasari diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalimantan Selatan yaitu Bumi Antasari. Kemudian untuk lebih mengenalkan Pangeran Antasari kepada masyarakat nasional, Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah mencetak dan mengabadikan nama dan gambar Pangeran Antasari dalam uang kertas nominal Rp 2.000

Bagan Silsilah

KESULTANAN BANJAR
Sultan Tahmidullah
Sultan Tahmid Ollah
Sultan Tahmid Allah
Panembahan Tingie
Panembahan Kuning [25]
↓ (berputra)
Pangeran Dipati Sena
Sultan Ilhamid Illah (Chamidullah/Hamidullah)
Sultan Kuning (Kemuning)[26]
↓ (berputra)
Tuan Almusyarafat Pangeran Ratu Anum
Sultan Muhamadiya Uddin Amin Ullah
SULTAN Muhamadiya Uddin Amin Ulatie
Sultan Tamjidillah II[27]
Sultan Tahmidillah 1[28]
↓ berputra
Pangeran Amir (Sultan Amir)
↓ berputra
Pangeran Mas'ud (Masoöd/Masohut)
↓ berputra
Gusti Inu Kartapati
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin
↓ berputra
SULTAN BANJAR
↓ (berputra)
  1. Pangeran Perbatasari (suami Goesti Dijah)
  2. ♂ Pangeran Prabu Anom / Gusti Abdullah
  3. Gusti Muhammad Arsyad (suami Ratu Zaleha)
SULTAN BANJAR
↓ (berputra)
  1. ♂ Pangeran Banjarmas (anak Nyai Banun)
  2. ♀ Goesti Dijah (anak Nyai Banun; isteri Pg. Perbatasari)
  3. Ratu Zaleha (isteri Pg. M. Arsyad)
  4. ♂ Gusti Berakit/Berkek (anak Nyai Mariamah)

Referensi

  • Perang Sabil Versus Perang Salib, Oleh Abdul Qodir Jaelani. Penerbit Yayasan Pengkajian Islam Madinah al-Munawarah 1420 H/ 1999 M.
  • Van Rees WA. 1865. De Bandjarmasinsche Krijg van 1859-1863, Arnhem: Thieme.
  • M. Gazali Usman, Kerajaan Banjar: Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam, Banjarmasin: Lambung Mangkurat Press, 1994.
  • R. L. de Haes, Eenige opmerkingen over het werk getiteld: de Bandjermasinsche Krijg van 1859 tot 1863, D. Noothoven Van Goor, 1866
  1. ^ (Indonesia) Ajisaka,. Mengenal Pahlawan Indonesia (ed. Revisi). Kawan Pustaka. ISBN 979-757-278-1. ISBN 978-979-757-278-5
  2. ^ (Indonesia) Kisah Heroik Pahlawan Nasional Terpopuler. Galangpress Group. ISBN 6028620106. ISBN 978-602-8620-10-9
  3. ^ a b (Indonesia) Arya Ajisaka, Mengenal Pahlawan Indonesia, Kawan Pustaka, 2004, ISBN 979-3034-70-X, 9789793034706
  4. ^ (Indonesia) Wahana Ips Iimu Pengetahuan Sosial. Yudhistira Ghalia Indonesia. ISBN 9797467139. ISBN 978-979-746-713-5
  5. ^ (Indonesia) Sudarmanto, J. B. (2007). Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia. Grasindo. hlm. 159. ISBN 9797597164. ISBN 978-979-759-716-0
  6. ^ Helius Sjamsuddin; Antasari, Balai Pustaka, 1982
  7. ^ (Indonesia) Iskandar, Salman. 99 Tokoh Muslim Indonesia. PT Mizan Publika. ISBN 9797526828. ISBN 978-979-752-682-5
  8. ^ Regnal Chronologies Southeast Asia: the Islands
  9. ^ (Indonesia) Basuni, Ahmad (1986). Pangeran Antasari: pahlawan kemerdekaan nasional dari Kalimantan. Bina Ilmu. hlm. 57. 
  10. ^ (Belanda) Bruining & Wijt (1872). Militair tijdschrift. 3. hlm. 554. 
  11. ^ (Indonesia) Artha, Artum (1971). Pangeran Antasari Gusti Inu Kartapati. 
  12. ^ (Indonesia) Sudrajat, A Suryana (2006). Tapak-tapak pejuang: dari reformis ke revisionis (Seri khazanah kearifan). Erlangga. hlm. 19. ISBN 9797816109. ISBN 978-979-781-610-0
  13. ^ (Indonesia) Komandoko, Gamal (2006). Kisah 124 pahlawan & pejuang Nusantara. Pustaka Widyatama. hlm. 54. ISBN 9796610906. ISBN 978-979-661-090-7
  14. ^ (Belanda) (1899)De Indische gids. 21 (edisi ke-1). hlm. 277. 
  15. ^ (Belanda) Rutte, J. M. C. E. Le (1863). Episode uit den Banjermasingschen oorlog. A.W. Sythoff. hlm. 20. 
  16. ^ (Indonesia) A. Suryana Sudrajat (2006). Tapak-tapak pejuang: dari reformis ke revisionis. Indonesia: Erlangga. hlm. 19. ISBN 9789797816100.  ISBN 9797816109
  17. ^ (Belanda) Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia). (1864). Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde. 14. Indonesia: Lange. hlm. 384. 
  18. ^ (Indonesia) SEJARAH Untuk SMP dan MTs Penerbit Grasindo ISBN 979-025-198-X, 9789790251984
  19. ^ (Indonesia) Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Penerbit Serambi. ISBN 9790241151. ISBN 978-979-024-115-2
  20. ^ (Indonesia) Saleh, Mohamad Idwar (1993). Pangeran Antasari. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. 
  21. ^ (Belanda) de Heere, G. A. N. Scheltema (1863). Staatsblad van Nederlandisch Indië. Ter Drukkerij van A. D. Schinkel. hlm. 118. 
  22. ^ (Indonesia) 100 Pahlawan Nusantara: Mengenal Dan Meneladani Para Pahlawan Melalui Kisah Perjuangan Mereka Dalam Mewujudkan Dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. AgroMedia. hlm. 6. ISBN 6028526347. ISBN 978-602-8526-34-0
  23. ^ (Indonesia) IPS : - Jilid 5. ESIS. hlm. 70. ISBN 9797346013. ISBN 978-979-734-601-0
  24. ^ (Indonesia) Pahlawan Indonesia. Niaga Swadaya. hlm. 12. ISBN 979-1481-60-1. ISBN 978-979-1481-60-1
  25. ^ (Indonesia) M. Idwar Saleh (1993). Pangeran Antasari. Indonesia: Proyek lnventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional: Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 75. 
  26. ^ (Belanda) Willem Adriaan van Rees (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863. 1. D. A. Thieme. hlm. 7. 
  27. ^ Templat:Idnl Departemen Penerangan Indonesia (1959). Republik Indonesia. 7. Indonesia: Kementerian Penerangan. hlm. 365. 
  28. ^ Templat:Idnl Tamar Djaja (1966). Pustaka Indonesia: riwajat hidup orang-orang besar tanah air. 2. Indonesia: Bulan Bintang. 

Pranala luar