Pempek: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k hapus kalimat di intro yg tdk relevan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 33: Baris 33:
Pada perkembangan selanjutnya, beberapa jenis ikan sungai lainnya juga dapat digunakan, misalnya ikan [[putak]], [[toman]], dan [[bujuk]]. Dipakai juga jenis ikan laut seperti [[tenggiri]], [[kakap merah]], [[parang-parang]], [[ikan ekor kuning|ekor kuning]], dan [[ikan sebelah]]. Bahkan ada juga yang menggunakan ikan [[sarden|dencis]], ikan [[lele]] serta ikan [[tuna]] putih.
Pada perkembangan selanjutnya, beberapa jenis ikan sungai lainnya juga dapat digunakan, misalnya ikan [[putak]], [[toman]], dan [[bujuk]]. Dipakai juga jenis ikan laut seperti [[tenggiri]], [[kakap merah]], [[parang-parang]], [[ikan ekor kuning|ekor kuning]], dan [[ikan sebelah]]. Bahkan ada juga yang menggunakan ikan [[sarden|dencis]], ikan [[lele]] serta ikan [[tuna]] putih.


Penyajian pempek ditemani oleh kuah saus berwarna hitam kecokelat-cokelatan, yang disebut cuka atau '''''cuko''''' (bahasa Palembang). ''Cuko'' dibuat dari air yang dididihkan, kemudian ditambah [[gula merah]], [[ebi]] (udang kering), [[cabai rawit]] tumbuk, [[bawang putih]],cuka makan atau asam Jawa (sebagai pemberi rasa asam) dan [[garam]]. Bagi masyarakat asli Palembang, ''cuko'' dari dulu dibuat pedas dan asam untuk menambah nafsu makan. Namun seiring masuknya pendatang dari luar Pulau Sumatra maka saat ini banyak ditemukan ''cuko'' dengan rasa manis bagi yang tidak menyukai pedas.<!--Cuko dapat melindungi gigi dari karies (kerusakan lapisan email dan dentin). Karena dalam satu liter larutan kuah pempek biasanya terdapat 9-13 ppm fluor. -->Pelengkap yang lain untuk menyantap penganan khas ini adalah [[mentimun]] segar yang diiris dadu dan [[mie]] kuning.
Penyajian pempek ditemani oleh kuah saus berwarna hitam kecokelat-cokelatan, yang disebut cuka atau '''''cuko''''' (bahasa Palembang). ''Cuko'' dibuat dari air yang dididihkan, kemudian ditambah [[gula merah]], [[ebi]] (udang kering), [[cabai rawit]] tumbuk, [[bawang putih]],cuka makan atau asam Jawa (sebagai pemberi rasa asam) dan [[garam]]. Bagi masyarakat asli Palembang, ''cuko'' dari dulu dibuat pedas dan asam untuk menambah nafsu makan. Namun seiring masuknya pendatang dari luar Pulau Sumatra maka saat ini banyak ditemukan ''cuko'' dengan rasa manis bagi yang tidak menyukai pedas.<!--Cuko dapat melindungi gigi dari karies (kerusakan lapisan email dan dentin). Karena dalam satu liter larutan kuah pempek biasanya terdapat 9-13 ppm fluor. -->Pelengkap yang lain untuk menyantap penganan khas ini adalah [[mentimun]] segar yang diiris dadu dan [[mie]] kuning.


== Jenis-jenis pempek ==
== Jenis-jenis pempek ==

Revisi per 6 November 2019 23.40

Pempek
Tempat asalIndonesia
DaerahSumatra Selatan
Bahan utamaDaging ikan, sagu, telur ayam, air matang,gula, garam
VariasiPempek kapal selam (pempek telur besar), pempek telur kecil, pempek keriting,pempek belah,pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek belah, pempek panggang, pempek lenggang, dsb.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Pempek atau empek-empek adalah makanan khas Palembang [1] yang terbuat dari daging ikan yang digiling lembut dan tepung kanji (secara salah kaprah sering disebut sebagai "tepung sagu"), serta beberapa komposisi lain seperti telur, bawang putih yang dihaluskan, penyedap rasa dan garam.

Pempek bisa ditemukan dengan sangat mudah di seantero Kota Palembang; ada yang menjual di restoran, ada yang di pinggir jalan, dan juga ada yang dipikul. Tahun 1980-an, penjual biasa memikul satu keranjang penuh pempek sambil berjalan kaki berkeliling menjajakan makanannya.[butuh rujukan]

Sejarah

Pempek kapal selam dan keriting disirami kuah cuko.

Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Tionghoa ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan apek atau pek-pek, yaitu sebutan untuk paman atau lelaki tua Tionghoa.

Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Ia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan berperahu keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.[2]

Namun, cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16, sementara bangsa Tionghoa telah menghuni Palembang sekurang-kurangnya semenjak masa Sriwijaya. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Prancis dan Jerman pada abad 18. Dalam pada itu Sultan Mahmud Badaruddin baru dilahirkan tahun 1767.Walaupun begitu memang sangat mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan Tionghoa seperti bakso ikan, kekian atau pun ngohiang.

Bahan-bahan

Adonan pempek

Pada awalnya pempek dibuat dari daging ikan belida. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut lalu diganti dengan ikan gabus yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih.

Pada perkembangan selanjutnya, beberapa jenis ikan sungai lainnya juga dapat digunakan, misalnya ikan putak, toman, dan bujuk. Dipakai juga jenis ikan laut seperti tenggiri, kakap merah, parang-parang, ekor kuning, dan ikan sebelah. Bahkan ada juga yang menggunakan ikan dencis, ikan lele serta ikan tuna putih.

Penyajian pempek ditemani oleh kuah saus berwarna hitam kecokelat-cokelatan, yang disebut cuka atau cuko (bahasa Palembang). Cuko dibuat dari air yang dididihkan, kemudian ditambah gula merah, ebi (udang kering), cabai rawit tumbuk, bawang putih,cuka makan atau asam Jawa (sebagai pemberi rasa asam) dan garam. Bagi masyarakat asli Palembang, cuko dari dulu dibuat pedas dan asam untuk menambah nafsu makan. Namun seiring masuknya pendatang dari luar Pulau Sumatra maka saat ini banyak ditemukan cuko dengan rasa manis bagi yang tidak menyukai pedas.Pelengkap yang lain untuk menyantap penganan khas ini adalah mentimun segar yang diiris dadu dan mie kuning.

Jenis-jenis pempek

Pempek Tunu, telah dipanggang dan siap dimakan

Jenis pempek yang terkenal adalah "pempek kapal selam", yaitu pempek yang diisi dengan telur ayam dan digoreng dalam minyak panas. Ada juga yang lain seperti pempek lenjer, pempek bulat (atau terkenal dengan nama "ada'an"), pempek kulit ikan, pempek pistel (berisi irisan pepaya muda rebus yang sudah ditumis dan dibumbui), pempek telur kecil, dan pempek keriting.

Dari satu adonan pempek, ada banyak makanan yang bisa dihasilkan, bergantung baik pada komposisi maupun proses pengolahan akhir dan pola penyajian. Di antaranya adalah laksan, tekwan, model, celimpungan dan lenggang. Laksan dan celimpungan disajikan dalam kuah yang mengandung santan; sedangkan model dan tekwan disajikan dalam kuah berisi kepingan jamur kuping, kepala udang, bengkuang, serta ditaburi irisan daun bawang, seledri, dan bawang goreng dan bumbu lainnya. Varian baru juga sudah mulai dibuat orang, misalnya saja kreasi pempek keju, pempek baso sapi, pempek sosis serta pempek lenggang keju yang dipanggang di wajan anti lengket, serta sekarang warga Palembang pun membuat pempek dengan bahan dasar terigu dan nasi sebagai pengganti ikan.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Tasty Indonesian Food: Pempek Palembang
  2. ^ "PEMPEK, Nilai Gizi "Kapal Selam" Paling Tinggi". Prof.Dr. Made Astawan, Kompas.com. 26 Maret 2004. Diakses tanggal 15 September 2007.