Pacu itiak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Tradisi Pacu Itiak.jpg|jmpl|300px|Tradisi Pacu Itiak di Payakumbuh]]
[[Berkas:Tradisi Pacu Itiak.jpg|jmpl|300px|Tradisi Pacu Itiak di Payakumbuh]]
'''Pacu itiak''' ({{lang-id|Pacuan atau balapan itik}}) merupakan salah satu kebiasaan unik yang dimiliki masyarakat [[Minangkabau]]. ''Pacu itiak'' sendiri berasal dari Payakumbuh, kabupaten [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima puluh kota]], Provinsi [[Sumatra Barat]]. Kebiasaan ini unik karena kalau biasanya orang banyak menggunakan sapi atau kerbau sebagai hewan yang sering digunakan untuk berpacu, lain halnya dengan kebiasaan masyarakat Lima puluh kota yang menggunakan itik sebagai hewan yang dipacu<ref>{{Cite news|url=https://beritagar.id/media/galeri-foto/pacu-itik-di-bumi-minang|title=Pacu itik di bumi Minang|date=2017-03-03|publisher=BeritaTagar.id|language=id-ID|access-date=2018-03-24}}</ref>.
'''Pacu itiak''' ({{lang-id|Pacuan atau pacuan itik atau balapan itik}}) merupakan salah satu kebiasaan unik yang dimiliki masyarakat [[Minangkabau]]. ''Pacu itiak'' sendiri berasal dari Payakumbuh, kabupaten [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]], Provinsi [[Sumatra Barat]]. Kebiasaan ini unik karena kalau biasanya orang banyak menggunakan sapi atau kerbau sebagai hewan yang sering digunakan untuk berpacu, lain halnya dengan kebiasaan masyarakat Lima Puluh Kota yang menggunakan itik sebagai hewan yang dipacu<ref>{{Cite news|url=https://beritagar.id/media/galeri-foto/pacu-itik-di-bumi-minang|title=Pacu itik di bumi Minang|date=2017-03-03|publisher=BeritaTagar.id|language=id-ID|access-date=2018-03-24}}</ref>.


Media yang digunakan sebagai media pacuan adalah sawah dan dalam perkembangannya masyarakat membuat sebuah gelanggang khusus untuk tempat itik-itik berpacu. Dalam ''pacu itiak'' ini juga diberikan ketentuan dan peraturan mengenai ''pacu itiak''. Salah satu peraturan umumnya adalah usia itik itu harus berkisar 4 sampai 6 bulan serta sayapnya tidak boleh berpilih dan arah sayapnya harus keatas. Melihat besarnya animo masyarakat dalam ''pacu itiak'' ini maka ''pacu itiak'' dikelola secara profesional dan dibentuk Persatuan Olahraga Pacu Itiak (PORTI).
Media yang digunakan sebagai media pacuan adalah sawah dan dalam perkembangannya masyarakat membuat sebuah gelanggang khusus untuk tempat itik-itik berpacu. Dalam ''pacu itiak'' ini juga diberikan ketentuan dan peraturan mengenai ''pacu itiak''. Salah satu peraturan umumnya adalah usia itik itu harus berkisar 4 sampai 6 bulan serta sayapnya tidak boleh berpilih dan arah sayapnya harus keatas. Melihat besarnya animo masyarakat dalam ''pacu itiak'' ini maka ''pacu itiak'' dikelola secara profesional dan dibentuk Persatuan Olahraga Pacu Itiak (PORTI).

Revisi per 15 September 2019 13.51

Tradisi Pacu Itiak di Payakumbuh

Pacu itiak (Indonesia: Pacuan atau pacuan itik atau balapan itik) merupakan salah satu kebiasaan unik yang dimiliki masyarakat Minangkabau. Pacu itiak sendiri berasal dari Payakumbuh, kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatra Barat. Kebiasaan ini unik karena kalau biasanya orang banyak menggunakan sapi atau kerbau sebagai hewan yang sering digunakan untuk berpacu, lain halnya dengan kebiasaan masyarakat Lima Puluh Kota yang menggunakan itik sebagai hewan yang dipacu[1].

Media yang digunakan sebagai media pacuan adalah sawah dan dalam perkembangannya masyarakat membuat sebuah gelanggang khusus untuk tempat itik-itik berpacu. Dalam pacu itiak ini juga diberikan ketentuan dan peraturan mengenai pacu itiak. Salah satu peraturan umumnya adalah usia itik itu harus berkisar 4 sampai 6 bulan serta sayapnya tidak boleh berpilih dan arah sayapnya harus keatas. Melihat besarnya animo masyarakat dalam pacu itiak ini maka pacu itiak dikelola secara profesional dan dibentuk Persatuan Olahraga Pacu Itiak (PORTI).

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Pacu itik di bumi Minang". BeritaTagar.id. 2017-03-03. Diakses tanggal 2018-03-24.