Unjuk rasa dan kerusuhan Papua 2019: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
tambah
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
tambah
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 1: Baris 1:
{{under construction}}
{{in use}}
{{Infobox event
{{Infobox event
|title = Unjuk rasa dan kerusuhan Papua dan Papua Barat 2019
|title = Unjuk rasa dan kerusuhan Papua dan Papua Barat 2019
Baris 65: Baris 65:
Di [[Jayapura]], ibu kota [[Provinsi Papua]], ratusan pengunjuk rasa menurunkan bendera Merah Putih di depan kantor gubernur.<ref name="fiery">{{cite news |last1=Firdaus |first1=Febriana |title=Fiery protests erupt in Indonesia's West Papua region |url=https://www.aljazeera.com/news/2019/08/fiery-protests-erupt-indonesia-west-papua-region-190819031537473.html |accessdate=25 Agustus 2019 |work=Al Jazeera |date=19 Agustus 2019|language=en}}</ref> Para pengunjuk rasa juga memblokir jalan ke [[Bandar Udara Sentani]].<ref>{{cite news |title=Massa Unjuk Rasa di Jayapura Blokir Jalan Ke Bandara Sentani |url=https://www.liputan6.com/news/read/4041219/massa-unjuk-rasa-di-jayapura-blokir-jalan-ke-bandara-sentani |accessdate=25 Agustus 2019 |work=liputan6.com |date=19 Agustus 2019}}</ref>
Di [[Jayapura]], ibu kota [[Provinsi Papua]], ratusan pengunjuk rasa menurunkan bendera Merah Putih di depan kantor gubernur.<ref name="fiery">{{cite news |last1=Firdaus |first1=Febriana |title=Fiery protests erupt in Indonesia's West Papua region |url=https://www.aljazeera.com/news/2019/08/fiery-protests-erupt-indonesia-west-papua-region-190819031537473.html |accessdate=25 Agustus 2019 |work=Al Jazeera |date=19 Agustus 2019|language=en}}</ref> Para pengunjuk rasa juga memblokir jalan ke [[Bandar Udara Sentani]].<ref>{{cite news |title=Massa Unjuk Rasa di Jayapura Blokir Jalan Ke Bandara Sentani |url=https://www.liputan6.com/news/read/4041219/massa-unjuk-rasa-di-jayapura-blokir-jalan-ke-bandara-sentani |accessdate=25 Agustus 2019 |work=liputan6.com |date=19 Agustus 2019}}</ref>


In the city of [[Sorong]], protests also occurred with reported gunshots.<ref name="mawel"/> In response to the "monkey" slur in Surabaya, some of the protesters dressed as monkeys.<ref name="wibawa"/> A mob invaded the [[Domine Eduard Osok Airport]] and threw rocks at the airport's glass windows, damaging the terminal building.<ref>{{cite news |title=Demo di Sorong Papua, Massa Rusak Fasilitas Bandara |url=https://regional.kompas.com/read/2019/08/19/15481531/demo-di-sorong-papua-massa-rusak-fasilitas-bandara |accessdate=25 Agustus 2019 |work=KOMPAS |date=19 Agustus 2019 |language=id}}</ref> The attack also temporarily disrupted the airport's operations.<ref>{{cite news |title=Kondisi Terkini Bandara Domine Eduard Osok Sorong setelah Kerusuhan di Manokwari |url=https://wow.tribunnews.com/2019/08/20/kondisi-terkini-bandara-domine-eduard-osok-sorong-setelah-kerusuhan-di-manokwari |accessdate=25 Agustus 2019 |work=Tribun Wow |date=20 Agustus 2019 |language=id-ID}}</ref> Aside from the airport, the city's prison was also torched, resulting in the escape of 258 convicts and injuring some prison guards,<ref>{{cite news |title=Hunt for 250 inmates in Papua prison break |url=https://www.bbc.co.uk/news/world-asia-49417311 |accessdate=25 Agustus 2019 |work=BBC |date=21 Agustus 2019}}</ref> though on 23 Agustus a prison official noted that most the escaped prisoners simply was attempting to escape the fire and check for their families, and that most the escapees have returned to prison.<ref>{{cite news |title=Indonesia jailbreak: Convicts return to Papua prison |url=https://www.channelnewsasia.com/news/asia/indonesia-jailbreak-papua-riots-fire-11836338 |accessdate=25 Agustus 2019 |work=CNA |date=23 Agustus 2019 |language=en}}</ref>
Unjuk rasa juga terjadi [[Sorong]], dan di sana dilaporkan terdengar suara tembakan.<ref name="mawel"/> In response to the "monkey" slur in Surabaya, some of the protesters dressed as monkeys.<ref name="wibawa"/> A mob invaded the [[Domine Eduard Osok Airport]] and threw rocks at the airport's glass windows, damaging the terminal building.<ref>{{cite news |title=Demo di Sorong Papua, Massa Rusak Fasilitas Bandara |url=https://regional.kompas.com/read/2019/08/19/15481531/demo-di-sorong-papua-massa-rusak-fasilitas-bandara |accessdate=25 Agustus 2019 |work=KOMPAS |date=19 Agustus 2019 |language=id}}</ref> The attack also temporarily disrupted the airport's operations.<ref>{{cite news |title=Kondisi Terkini Bandara Domine Eduard Osok Sorong setelah Kerusuhan di Manokwari |url=https://wow.tribunnews.com/2019/08/20/kondisi-terkini-bandara-domine-eduard-osok-sorong-setelah-kerusuhan-di-manokwari |accessdate=25 Agustus 2019 |work=Tribun Wow |date=20 Agustus 2019 |language=id-ID}}</ref> Aside from the airport, the city's prison was also torched, resulting in the escape of 258 convicts and injuring some prison guards,<ref>{{cite news |title=Hunt for 250 inmates in Papua prison break |url=https://www.bbc.co.uk/news/world-asia-49417311 |accessdate=25 Agustus 2019 |work=BBC |date=21 Agustus 2019}}</ref> though on 23 Agustus a prison official noted that most the escaped prisoners simply was attempting to escape the fire and check for their families, and that most the escapees have returned to prison.<ref>{{cite news |title=Indonesia jailbreak: Convicts return to Papua prison |url=https://www.channelnewsasia.com/news/asia/indonesia-jailbreak-papua-riots-fire-11836338 |accessdate=25 Agustus 2019 |work=CNA |date=23 Agustus 2019 |language=en}}</ref>


Around 4,000-5,000 protesters rallied in the mining town of [[Timika]], which saw the damaging of a hotel near the local parliament of the [[Mimika Regency]]. Further clashes between protesters and police occurred in front of the parliament building, as police dispersed a crowd waiting for Mimika's [[Regency (Indonesia)|regent]] Eltinus Omaleng. Dozens were eventually arrested, charged with damaging of the hotel or coercing a local car repair shop to provide tires for a [[tire fire]]. 3 policemen were reported to be injured.<ref name="spreading"/><ref>{{cite news |title=Police arrest 34 suspected rioters in Timika after protests against racist abuse |url=https://www.thejakartapost.com/news/2019/08/22/police-arrest-34-suspected-rioters-in-timika-after-protests-against-racist-abuse.html |accessdate=25 Agustus 2019 |work=The Jakarta Post |date=22 Agustus 2019 |language=en}}</ref><ref>{{cite news |title=45 Demonstran di Timika Diamankan, 3 Polisi Terluka |url=https://www.jpnn.com/news/45-demonstran-di-timika-diamankan-3-polisi-terluka |accessdate=25 Agustus 2019 |work=JPNN |date=22 Agustus 2019 |language=id}}</ref>
Around 4,000-5,000 protesters rallied in the mining town of [[Timika]], which saw the damaging of a hotel near the local parliament of the [[Mimika Regency]]. Further clashes between protesters and police occurred in front of the parliament building, as police dispersed a crowd waiting for Mimika's [[Regency (Indonesia)|regent]] Eltinus Omaleng. Dozens were eventually arrested, charged with damaging of the hotel or coercing a local car repair shop to provide tires for a [[tire fire]]. 3 policemen were reported to be injured.<ref name="spreading"/><ref>{{cite news |title=Police arrest 34 suspected rioters in Timika after protests against racist abuse |url=https://www.thejakartapost.com/news/2019/08/22/police-arrest-34-suspected-rioters-in-timika-after-protests-against-racist-abuse.html |accessdate=25 Agustus 2019 |work=The Jakarta Post |date=22 Agustus 2019 |language=en}}</ref><ref>{{cite news |title=45 Demonstran di Timika Diamankan, 3 Polisi Terluka |url=https://www.jpnn.com/news/45-demonstran-di-timika-diamankan-3-polisi-terluka |accessdate=25 Agustus 2019 |work=JPNN |date=22 Agustus 2019 |language=id}}</ref>

Revisi per 28 Agustus 2019 15.29

Unjuk rasa dan kerusuhan Papua dan Papua Barat 2019
Unjuk rasa di Kabupaten Sarmi, Papua, 23 Agustus 2019
Tanggal19–26 Agustus 2019 (2019-08-26)
LokasiPapua dan Papua Barat, Indonesia
JenisUnjuk rasa, kerusuhan
PenyebabMenanggapi penangkapan sejumlah mahasiswa asal Papua di Jawa Timur
Cedera3 Polisi[1]
Kerugian harta benda1 Gedung DPRD dan 1 Gedung bekas kantor Gubernur Papua Barat[1]

Pada tanggal 19-26 Agustus 2019, terjadi unjuk rasa di beberapa kota di provinsi Papua dan Papua Barat, Indonesia, yang sebagian disertai dengan kerusuhan.[2][3] Aksi unjuk rasa tersebut dilakukan untuk menyikapi peristiwa penangkapan sejumlah mahasiswa asal Papua oleh aparat kepolisian dan tentara di beberapa tempat di Jawa Timur pada tanggal 17 Agustus 2019.[4][5]

Latar belakang

Unjuk rasa dan bentrokan di Malang dan sejumlah kota lain

Pada tanggal 15 Agustus 2019, bertepatan dengan peringatan penandatanganan Perjanjian New York dan pembahasan tentang Papua pada pertemuan Forum Kepulauan Pasifik di Tuvalu yang juga diikuti oleh pimpinan Gerakan Persatuan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP) Benny Wenda,[6][7] unjuk rasa terjadi di beberapa kota di Indonesia, termasuk Jayapura, Sentani, Ternate, Ambon, Bandung, Yogyakarta, Jakarta, dan Malang.[8] Pelaku unjuk rasa tersebut termasuk Komite Aksi ULMWP, Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP), dan Komunitas Mahasiswa Papua (KMP). Di Yogyakarta dan Jakarta, aksi unjuk rasa tersebut berlangsung tanpa gangguan. Di Bandung, unjuk rasa harus pindah lokasi untuk menghindari serangan dari lebih dari seratus orang milisi sipil. Sementara itu, unjuk rasa di Jayapura, Sentani, Ternate, dan Ambon dibubarkan oleh aparat keamanan dan para pengunjuk rasa ditangkap, walaupun kemudian dilepas kembali setelah beberapa waktu.[9]

Di Malang, massa pengunjuk rasa berbentrokan dengan warga yang menghadang mereka dan kemudian dengan massa Aremania yang hendak menyaksikan pertandingan sepak bola antara Arema dan Persebaya. Sekitar pukul 9 pagi, ketika hendak menuju ke balaikota Malang, massa pengunjuk rasa dari Aliansi Mahasiswa Papua dan Front Rakyat Indonesia untuk West Papua dihadang oleh sejumlah warga di sekitar perempatan Rajabali. Terjadi cekcok antara pengunjuk rasa dan massa penghadang, yang diikuti dengan kejar-kejaran dan saling lempar batu antarmassa di Jalan Basuki Rahmat. Polisi kemudian melerai dan menyekat kedua massa tersebut. Massa pengunjuk rasa kemudian sempat berorasi mengaspirasikan kemerdekaan Papua. Sekitar pukul 10.15, massa Aremania yang kebetulan hendak menuju pertandingan di Stadion Kanjuruhan mulai berdatangan di lokasi. Selanjutnya, terjadi saling teriak antarmassa dan pembubaran paksa oleh massa Aremania. Bentrokan baru benar-benar bisa dihentikan sekitar pukul 10.30. Massa pengunjuk rasa kemudian diangkut dengan truk polisi dan selanjutnya dipulangkan, sementara pengunjuk rasa yang terluka langsung dibawa ke rumah sakit.[10][8][11]

Kepolisian Kota Malang menyatakan kepada pers setelah kejadian bahwa unjuk rasa di Malang tersebut tidak berizin karena pihaknya tidak memberikan tanda terima pengajuan permohonan unjuk rasa.[12][11][13] Selain itu, ketika ditanyai oleh pers mengenai kemungkinan pemulangan mahasiswa Papua ke daerah asalnya setelah kejadian tersebut, Wakil Walikota Malang Sofyan Edi Jarwoko menjawab bahwa hal itu dapat menjadi salah satu pilihan.[14]

Sementara itu, pihak Aliansi Mahasiswa Papua selaku pelaku unjuk rasa menyatakan bahwa mereka dihadang dan diserang oleh kelompok organisasi masyarakat. Mereka mendapatkan ujaran kebencian dan kekerasan fisik yang membuat lima orang terluka. Selain itu, menurut mereka, pihak kepolisian membiarkan kekerasan tersebut terjadi pada mereka.[15][16]

Asrama mahasiswa Papua di Surabaya

Asrama mahasiswa Papua Kamasan III adalah asrama bagi mahasiswa rantau Papua yang diresmikan pada tahun 2007 dan terletak di Jalan Kalasan, Surabaya, beberapa ratus meter dari kantor Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (kantor Kecamatan, Kepolisian Sektor Kota, dan Komando Rayon Militer) Tambaksari.[17][18] Pada 6 Juli 2018, petugas gabungan dari TNI, Polri, dan Satpol PP beserta camat setempat mendatangi asrama tersebut, membubarkan acara diskusi dan pemutaran film mengenai pembantaian terhadap 200-an warga Papua oleh aparat keamanan di Biak tahun 1998.[19][20]

Pada bulan Agustus 2018, terjadi insiden yang diawali dengan usaha pemasangan bendera Merah Putih di asrama ini oleh sejumlah organisasi masyarakat menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada 15 Agustus 2018, sehari setelah camat setempat menyosialisasikan permintaan wali kota Surabaya untuk memasang bendera tanggal 14-18 Agustus,[21] organisasi masyarakat, seperti Patriot Muda, Benteng NKRI, dan Pemuda Pancasila,[22] mendatangi asrama tersebut untuk memasang bendera. Penghuni asrama menyatakan bahwa massa yang datang merusak pagar dan melempari asrama serta melontarkan ujaran kebencian.[23] Terjadi bentrokan dan salah satu anggota organisasi masyarakat terluka, lalu mengadu ke polisi. Polisi kemudian datang berusaha melakukan penggeledahan, lalu semua penghuni asrama diangkut ke Mapolrestabes Surabaya. Di antara massa yang diangkut polisi, ada yang meneriakkan aspirasi kemerdekaan Papua.[24]

Kronologi

Pada 19 Agustus 2019, ribuan orang berunjuk rasa di Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat.[25] Unjuk rasa ini berubah menjadi kerusuhan yang mengakibatkan terbakarnya gedung DPRD setempat. According to Indonesian officials, three police officers were injured due to rock-throwing protesters.[1] Aside from public facilities, some private property were also torched.[26] Some of the protesters were carrying the Morning Star flag - the old flag of Netherlands New Guinea used by the West Papuan separatist movement - while crying out pro-independence slogans.[18] In Indonesia, the action is punishable by up to 15 years of prison.[27] West Papua's vice governor Mohamad Lakotani remarked that the city's economy was completely paralyzed by the protests.[28] According to a spokesman from the National Committee for West Papua, a female protester was shot in the ankle during the protests at Manokwari. Indonesian Armed Forces told media that 300 soldiers were deployed to Manokwari on 21 Agustus.[29]

Di Jayapura, ibu kota Provinsi Papua, ratusan pengunjuk rasa menurunkan bendera Merah Putih di depan kantor gubernur.[27] Para pengunjuk rasa juga memblokir jalan ke Bandar Udara Sentani.[30]

Unjuk rasa juga terjadi Sorong, dan di sana dilaporkan terdengar suara tembakan.[31] In response to the "monkey" slur in Surabaya, some of the protesters dressed as monkeys.[32] A mob invaded the Domine Eduard Osok Airport and threw rocks at the airport's glass windows, damaging the terminal building.[33] The attack also temporarily disrupted the airport's operations.[34] Aside from the airport, the city's prison was also torched, resulting in the escape of 258 convicts and injuring some prison guards,[35] though on 23 Agustus a prison official noted that most the escaped prisoners simply was attempting to escape the fire and check for their families, and that most the escapees have returned to prison.[36]

Around 4,000-5,000 protesters rallied in the mining town of Timika, which saw the damaging of a hotel near the local parliament of the Mimika Regency. Further clashes between protesters and police occurred in front of the parliament building, as police dispersed a crowd waiting for Mimika's regent Eltinus Omaleng. Dozens were eventually arrested, charged with damaging of the hotel or coercing a local car repair shop to provide tires for a tire fire. 3 policemen were reported to be injured.[37][38][39]

Thousands of protesters also rallied in the town of Fakfak on 21 Agustus, which saw a local market and office building torched and protesters blocking roads to the Fakfak Torea Airport. Police also fired tear gas on the protesters to disperse the crowds. According to an Indonesian police spokesman, the situation was "contained" and only around 50 people were involved in the torching of the market building. Several people were injured in the protests and clashes.[40][41]

Rallies were also held in the towns of Merauke, Nabire, Yahukimo and Biak.[29][31][42] Papuan students in Jakarta also held a rally in front of the Ministry of Home Affairs on 22 Agustus.[43] More peaceful protests continued, with a peaceful "long march" in Sarmi Regency on 23 Agustus[44] and a pro-independence rally in Semarang the following day.[45] Other rallies protesting the racism were also held in Yogyakarta,[46] Bandung[47] and Denpasar,[48] among others. Some activists noted that the protests were the largest to happen in the region for years.[49] Protests continued on 26 Agustus, with the West Papuan flag being flown by peaceful protesters in Deiyai Regency numbering 5,000 according to organizers, alongside simultaneous rallies in the Papuan towns of Wamena, Paniai, Yahukimo, and Dogiyai in addition to off-Papua cities such as Makassar.[50]

Kelanjutan

Responding to the protests, the Indonesian Ministry of Communication and Information Technology implemented an internet slowdown around Sorong, in a move that was stated to be one to combat disinformation.[32] The ministry also reported to have shut down social media accounts which "shared provocative content".[37] The internet shutdown resulted in another protest against the ministry in Jakarta by rights organisations.[51]

In the night of 19 Agustus, Jokowi released a statement urging calm and noted to the Papuans that "it's OK to be emotional, but it's better to be forgiving. Patience is also better.".[52] Jokowi also prepared a visit to the region.[32] Coordinating Minister for Political, Legal, and Security Affairs Wiranto also released a statement which promised a "complete and fair" investigation into the incident in Surabaya and added that the situation in Papua was under control. National Police chief Tito Karnavian claimed that the riots had been caused by, aside from the incident in Surabaya and treatment of the involved students, a hoax about one of the students being killed during their detention.[52]

Deputy Speaker of the People's Representative Council Fadli Zon called for an investigation into parties responsible for the racism incident in Surabaya.[53] East Java's regional police formed a team to investigate the accusations.[54] Bishop of Amboina Petrus Canisius Mandagi called for peaceful protests and remarked that Papuans "should not be savage like those who spout racism".[55] Indonesian Senator from Papua Yorrys Raweyai called for the disbandment of Nahdlatul Ulama's Banser, claiming that the militia's disbandment was a demand from the protesters at Sorong.[56]

Tri Susanti, a Gerindra member and a leader of the Surabaya protests against the Papuan students, publicly apologized following the protests across Papua and denied accusations of physical violence against the students.[57] West Papuan independence figure Benny Wenda commented that the incident in Surabaya had "lit the bonfire of nearly 60 years of racism, discrimination and torture of the people of West Papua by Indonesia".[49]

Papua governor Lukas Enembe visited the Papuan students' building in Surabaya on 27 Agustus but he was turned away by the students, who had been rejecting all visitors.[58]

Rujukan

  1. ^ a b c "Demo di Manokwari, Tiga Polisi di Papua Terluka". CNN Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 20 Agustus 2019. 
  2. ^ "Kronologi Kericuhan di Manokwari". Republika Online. 2019-08-19. Diakses tanggal 2019-08-19. 
  3. ^ Siagian, Wilpret. "Selain Manokwari, Massa di Jayapura Long March Menuju Kantor DPRD". detiknews. Diakses tanggal 2019-08-19. 
  4. ^ "Hentikan Rasisme dan Diskriminasi Mahasiswa Papua! -". 2019-08-19. Diakses tanggal 2019-08-19. 
  5. ^ "Kecam persekusi dan rasisme, ribuan pengunjukrasa menuju kantor Gubernur Papua". JUBI. 2019-08-19. Diakses tanggal 2019-08-19. 
  6. ^ Lyons, Kate; Doherty, Ben (16 Agustus 2019). "West Papua: Pacific leaders urge UN visit to region's 'festering human rights sore'". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 23 Agustus 2019. In the past 24 hours, a series of demonstrations in West Papua and across other Indonesian provinces - planned to coincide with and the Pacific Islands Forum’s consideration of West Papua - were broken up early by police with mass arrests. 
  7. ^ ABC Australia (12 Agustus 2019). "Vanuatu Ikutkan Tokoh Papua Merdeka di Forum Pasifik, Indonesia Kesal". detikNews. Diakses tanggal 23 Agustus 2019. 
  8. ^ a b "Kronik Rusuh Papua, dari Malang Menjalar hingga Makassar". CNN Indonesia. 20 Agustus 2019. Diakses tanggal 23 Agustus 2019. 
  9. ^ "Summary of Violations of Freedom of Expression on West Papua: 15 August 2019". Tapol.org (dalam bahasa Inggris). 16 Agustus 2019. Diakses tanggal 23 Agustus 2019. 
  10. ^ Rida Ayu (15 Agustus 2019). "Detik-detik Aremania Pukul Mundur Aksi AMP di Kayutangan". Radarmalang.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Agustus 2019. Diakses tanggal 24 Agustus 2019. 
  11. ^ a b Zainul Arifin (15 Agustus 2019). "Mahasiswa Papua Terlibat Bentrok dengan Warga di Malang". Liputan6.com. Diakses tanggal 26 Agustus 2019. 
  12. ^ Andi Hartik (15 Agustus 2019). "Mahasiswa Papua Terlibat Bentrok dengan Warga di Kota Malang". Kompas.com. Diakses tanggal 26 Agustus 2019. 
  13. ^ Muhammad Aminudin (15 Agustus 2019). "Mahasiswa Papua yang Rusuh di Malang Tak Kantongi Izin Demo". DetikNews. Diakses tanggal 26 Agustus 2019. 
  14. ^ Nurlayla Ratri (19 Agustus 2019). Heryanto, ed. "Statement Asli Wakil Wali Kota Malang dan Kronologi Ricuh Demonstrasi Mahasiswa Papua". Malangtimes. Diakses tanggal 26 Agustus 2019. 
  15. ^ Aminatus Sofya & Rifky Edgar (15 Agustus 2019). Mujib Anwar, ed. "Aliansi Mahasiswa Papua Demonstrasi di Malang Ngaku Dipukul & 5 Luka Berat, Polisi Sebut Langgar UU". Tribunmadura.com. Diakses tanggal 24 Agustus 2019. 
  16. ^ Eko Widianto (15 Agustus 2019). Juli Hantoro, ed. "Mahasiswa Papua di Malang Mengaku Diserang Kelompok Ormas". Tempo.co. Diakses tanggal 26 Agustus 2019. 
  17. ^ Dida Tenola (17 Agustus 2018). Sofyan Cahyono, ed. "Asrama Mahasiswa Papua Sudah Ada Sejak 1960-an". JawaPos.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. 
  18. ^ a b "Asrama Papua: Cek fakta kasus bendera merah putih dan makian rasialisme di Surabaya". BBC News Indonesia. 23 Agustus 2019. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. 
  19. ^ "Pembubaran Diskusi Papua di Surabaya Ancam Rasa "Kebangsaan"". DW.com. 9 Juli 2018. Diakses tanggal 28 Agustus 2019. 
  20. ^ Slamet Agus Sudarmojo & Hanif Nasrullah (7 Juli 2018). Gilang Galiartha, ed. "Aparat kawal ketat asrama mahasiswa Papua di Surabaya". ANTARA News. Diakses tanggal 28 Agustus 2019. 
  21. ^ Achmad Faizal (15 Agustus 2018). Ana Shofiana Syatiri, ed. "Menurut Camat, Mahasiswa Papua Sempat Marah Saat Ditawarkan Bendera". Kompas.com. Diakses tanggal 28 Agustus 2019. 
  22. ^ Michael Hangga Wismabrata (15 Agustus 2018). Reni Susanti, ed. "5 Fakta di Balik Bentrokan Ormas dan Mahasiswa Papua di Surabaya". Kompas.com. Diakses tanggal 28 Agustus 2019. 
  23. ^ Arnold Belau (16 Agustus 2018). "Kronologis Aksi Ormas dan Polisi di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya". Suarapapua.com. Diakses tanggal 28 Agustus 2019. 
  24. ^ Fersita Felicia Facette, ed. (16 Agustus 2018). "Sabhara Diterjunkan, Mahasiswa Papua Teriakkan Merdeka". JawaPos.com. Diakses tanggal 28 Agustus 2019. 
  25. ^ Michael Hangga Wismabrata, ed. (19 Agustus 2019). "Ribuan Mahasiswa Papua "Long March" Menuju Kantor Gubernur dan DPRD Provinsi". Kompas.com. Diakses tanggal 28 Agustus 2019. 
  26. ^ "Kerusuhan di Papua 'membuat khawatir' warga pendatang". BBC. 22 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  27. ^ a b Firdaus, Febriana (19 Agustus 2019). "Fiery protests erupt in Indonesia's West Papua region". Al Jazeera (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  28. ^ Karmini, Niniek (20 Agustus 2019). "Protesters burn local Parliament building in West Papua". The Sydney Morning Herald (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 20 Agustus 2019. 
  29. ^ a b Firdaus, Febriana (21 Agustus 2019). "Indonesia deploys troops to West Papua as protests spread". Al Jazeera. Diakses tanggal 24 Agustus 2019. 
  30. ^ "Massa Unjuk Rasa di Jayapura Blokir Jalan Ke Bandara Sentani". liputan6.com. 19 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  31. ^ a b Mawel, Benny (20 Agustus 2019). "Violence in Sorong, more protests in Papua as anger over racism spreads". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 24 Agustus 2019. 
  32. ^ a b c Wibawa, Tasha (21 Agustus 2019). "'Get the guns': Almost 1,000 Indonesian police descend on West Papua to 'clean up' protests". ABC News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  33. ^ "Demo di Sorong Papua, Massa Rusak Fasilitas Bandara". KOMPAS. 19 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  34. ^ "Kondisi Terkini Bandara Domine Eduard Osok Sorong setelah Kerusuhan di Manokwari". Tribun Wow. 20 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  35. ^ "Hunt for 250 inmates in Papua prison break". BBC. 21 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  36. ^ "Indonesia jailbreak: Convicts return to Papua prison". CNA (dalam bahasa Inggris). 23 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  37. ^ a b "Papuan riots, protests against racism spreading but calming down: Police". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). 21 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  38. ^ "Police arrest 34 suspected rioters in Timika after protests against racist abuse". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). 22 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  39. ^ "45 Demonstran di Timika Diamankan, 3 Polisi Terluka". JPNN. 22 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  40. ^ "Fresh protests in Indonesia's Papua as extra police arrive". Reuters (dalam bahasa Inggris). 21 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  41. ^ "Rusuh di Fakfak Papua Barat, Polisi Tembakkan Gas Air Mata". CNN Indonesia. 21 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  42. ^ "Indonesia arrests 34, blocks internet in Papua". Australian Financial Review (dalam bahasa Inggris). 22 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  43. ^ "Demo di Depan Kemendagri, Mahasiswa Papua Sempat Dorong-dorongan dengan Polisi-TNI". KOMPAS. 22 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  44. ^ "MASYARAKAT SARMI: USUT TUNTAS KASUS PERSEKUSI DAN RASISME TERHADAP ORANG PAPUA". Sarmi Regency. 24 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  45. ^ "Kibarkan Bendera Bintang Kejora, Massa Aksi: Papua Bukan Merah Putih". Suara. 24 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  46. ^ Syambudi, Irwan (20 Agustus 2019). "Mahasiswa Papua di Yogya Demo Tolak Tindakan Rasisme di Surabaya". tirto.id. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  47. ^ "Kronologi Polisi Beri Miras ke Mahasiswa Papua di Bandung". CNN Indonesia. 23 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  48. ^ "Mahasiswa Papua di Bali Demo, Teriak Yel-yel Bintang Kejora". Kumparan. 22 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  49. ^ a b Lamb, Kate; Doherty, Ben (22 Agustus 2019). "West Papua protests: Indonesia deploys 1,000 soldiers to quell unrest, cuts internet". The Guardian. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  50. ^ "Bendera Bintang Kejora Berkibar 1,5 Jam di Kantor Bupati Deiyai". Tempo. 27 Agustus 2019. Diakses tanggal 27 Agustus 2019. 
  51. ^ "Masyarakat Gelar Demo Minta Kominfo Buka Akses Internet Papua". CNN Indonesia. 23 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  52. ^ a b "Indonesia's Jokowi urges calm after violent West Papua protests". Al Jazeera. 20 Agustus 2019. Diakses tanggal 20 Agustus 2019. 
  53. ^ "Fadli Zon Minta Polri Investigasi Pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya". KOMPAS. 20 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  54. ^ "Polda Jatim Bentuk Tim Selidiki Dugaan Rasisme terhadap Mahasiswa Papua : Okezone Nasional". Okezone. 21 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  55. ^ "Indonesia bishop urges calm in Papua, denounces racism - Vatican News". Vatican News (dalam bahasa Inggris). 23 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  56. ^ Sugiharto, Jobpie (25 Agustus 2019). "Tuntutan Pembubaran Banser NU, Yorrys Raweyai Jelaskan Detilnya". Tempo. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  57. ^ "Leader of rally against Papuan students apologizes for racist abuse". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). 21 Agustus 2019. Diakses tanggal 25 Agustus 2019. 
  58. ^ "Gubernur Lukas Enembe Ditolak Mahasiswa Papua di Surabaya". CNN Indonesia. 27 Agustus 2019. Diakses tanggal 27 Agustus 2019.