Idik Sulaeman: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Menambahkan referensi
Baris 3: Baris 3:
[[Haji|H.]] '''Idik Sulaeman Nataatmadja''', AT ({{lahirmati|[[Kuningan]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]|20|7|1933|[[Jakarta]], [[Indonesia]]|04|04|2013}}; biasa dipanggil dengan Idik Sulaeman) adalah pencetus nama [[Paskibraka]]. Adik didik [[Husein Mutahar]] di kepanduan ini jugalah yang menyempurnakan seluruh kelengkapan Paskibraka sebagai sebuah Korps, mulai dari sistem/metode pelatihan, silabus, atribut dan kelengkapannya.
[[Haji|H.]] '''Idik Sulaeman Nataatmadja''', AT ({{lahirmati|[[Kuningan]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]|20|7|1933|[[Jakarta]], [[Indonesia]]|04|04|2013}}; biasa dipanggil dengan Idik Sulaeman) adalah pencetus nama [[Paskibraka]]. Adik didik [[Husein Mutahar]] di kepanduan ini jugalah yang menyempurnakan seluruh kelengkapan Paskibraka sebagai sebuah Korps, mulai dari sistem/metode pelatihan, silabus, atribut dan kelengkapannya.


== Riwayat Hidup ==
Idik menghabiskan masa kecil di daerah kelahirannya, sampai tamat SMP di Purwakarta dan pindah ke Jakarta saat masuk SMA. Sejak kecil, jiwa seni sudah terlihat dalam dirinya. Tak heran bila setamat SMA Idik memilih seni rupa sebagai pilihan profesinya dengan menamatkan pendidikan sebagai sarjana seni rupa di Departemen Ilmu Teknik Institut Teknologi Bandung ITB pada 9 April 1960.
Idik menghabiskan masa kecil di daerah kelahirannya (Kuningan) hingga kemudian Ia tamat SMP di [[Kabupaten Purwakarta|Purwakarta]] dan pindah ke [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] saat masuk SMA. Sejak kecil, jiwa seni sudah terlihat dalam dirinya. Tak heran bila setamat SMA Idik memilih seni rupa sebagai pilihan profesinya dengan menamatkan pendidikan dengan gelar Sarjana Seni Rupa di Departemen Ilmu Teknik [[Institut Teknologi Bandung]] (kini termasuk Fakultas Seni Institut Teknologi Bandung) pada 9 April 1960.


Idik Sulaeman memulai kariernya di Balai Penelitian Tekstil (1960-1964). Pada 1 Februari 1965 ia diangkat menjadi Kepala Biro Menteri Perindustrian dan Kerajinan yang saat itu dijabat Mayjen TNI dr. Azis Saleh.
Idik Sulaeman memulai kariernya di Balai Penelitian Tekstil (1960-1964). Pada 1 Februari 1965 ia diangkat menjadi Kepala Biro [[Daftar Menteri Perindustrian Indonesia|Menteri Perindustrian dan Kerajinan]] yang saat itu dijabat [[Abdul Azis Saleh|Mayjen TNI dr. Azis Saleh]]. Dunia seni dan tekstil harus ditinggalkan ketika Idik pindah kerja ke [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud)]] sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan pada 1 Desember 1967. Saat inilah, ia banyak membantu Husein Mutahar dalam mewujudkan gagasannya membentuk Paskibraka.


Bersama dengan para pembina lainnya, Idik membantu Mutahar menyempurnakan konsep pembinaan [[Pasukan Pengibar Bendera Pusaka|Paskibraka]]. Pasukan yang pada tahun 1966 dan 1967 diberi nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka, pada tahun 1973 mendapat nama baru yang dilontarkan oleh Idik. Nama itu adalah PASKIBRAKA, yang merupakan akronim dengan kepanjangan PASuKan PengIBar BendeRA PusaKA. Selain memberi nama, Idik juga menyempurnakan wujud Paskibraka dengan menciptakan Seragam Paskibraka, Lambang Korps, Lambang Anggota, serta Tanda Pengukuhan berupa Lencana Merah-Putih Garuda (MPG) dan Kendit Kecakapan.
Dunia seni dan tekstil harus ditinggalkan ketika Idik pindah kerja ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan pada 1 Desember 1967. Saat inilah, ia banyak membantu Husein Mutahar dalam mewujudkan gagasannya membentuk Paskibraka.

Bersama dengan para pembina lainnya, Idik membantu Mutahar menyempurnakan konsep pembinaan Paskibraka. Pasukan yang pada tahun 1966 dan 1967 diberi nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka, pada tahun 1973 mendapat nama baru yang dilontarkan oleh Idik. Nama itu adalah PASKIBRAKA, yang merupakan akronim dengan kepanjangan PASuKan PengIBar BendeRA PusaKA.

Selain memberi nama, Idik juga menyempurnakan wujud Paskibraka dengan menciptakan Seragam Paskibraka, Lambang Korps, Lambang Anggota, serta Tanda Pengukuhan berupa Lencana Merah-Putih Garuda (MPG) dan Kendit Kecakapan.


Pada 30 Juni 1975, ia diangkat menjadi Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pembinaan Kegiatan di Direktorat Pembinaan Generasi Muda (Ditbinmud). Pada 9 Maret 1977, ia mencapai posisi puncak di Ditbinmud setelah ditunjuk sebagai Pelaksana Harian Direktur Pembinaan Generasi Muda, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga (Ditjen PLSOR). Tiga tahun penuh ia benar-benar menjadi ”komandan” dalam latihan Paskibraka, yakni Paskibraka 1977, 1978 dan 1979.
Pada 30 Juni 1975, ia diangkat menjadi Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pembinaan Kegiatan di Direktorat Pembinaan Generasi Muda (Ditbinmud). Pada 9 Maret 1977, ia mencapai posisi puncak di Ditbinmud setelah ditunjuk sebagai Pelaksana Harian Direktur Pembinaan Generasi Muda, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga (Ditjen PLSOR). Tiga tahun penuh ia benar-benar menjadi ”komandan” dalam latihan Paskibraka, yakni Paskibraka 1977, 1978 dan 1979.


Pada 24 November 1979, Idik ditarik ke Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan menjabat Direktur Pembinaan Kesiswaan sampai 15 November 1983. Selama empat tahun itu, dengan latar belakang pendidikan seni rupa dan pengalaman kerja di bidang tekstil, Idik mencatat sejarah dalam penciptaan seragam sekolah yang kita kenal sampai sekarang: SD putih-merah, SMP putih-biru dan SMA putih-abu-abu, lengkap dengan lambang sekolah dasar (SD) dan OSIS yang kini selalu melekat di saku kiri seragam sekolah.
Pada 24 November 1979, Idik ditarik ke Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan menjabat Direktur Pembinaan Kesiswaan sampai 15 November 1983. Selama empat tahun itu, dengan latar belakang pendidikan [[seni rupa]] dan pengalaman kerja di bidang tekstil, Idik mencatat sejarah dalam penciptaan seragam sekolah yang kita kenal sampai sekarang: SD putih-merah, SMP putih-biru dan SMA putih-abu-abu, lengkap dengan lambang sekolah dasar (SD) dan OSIS yang kini selalu melekat di saku kiri seragam sekolah.


== Kehidupan Pribadi ==
Idik menikah dengan Aisah Martalogawa pada 29 Oktober 1961, Idik dikaruniai tiga anak, yakni Ir. Ars Isandra Matin Ahmad (yang beristrikan Ir.ars Retno Audite), Isantia Dita Asiah (yang bersuamikan Drs. Mohammad Imam Hidayat), dan Dra Isanilda Dea Latifah yang bersuamikan Ari Reza Iskandar). Dari ketiganya, Idik memiliki tujuh orang cucu, 3 cucu laki-laki dan 4 cucu perempuan.
Idik menikah dengan Aisah Martalogawa pada 29 Oktober 1961, Idik dikaruniai tiga anak, yakni Ir. Ars Isandra Matin Ahmad (yang beristrikan Ir.ars Retno Audite), Isantia Dita Asiah (yang bersuamikan Drs. Mohammad Imam Hidayat), dan Dra Isanilda Dea Latifah yang bersuamikan Ari Reza Iskandar). Dari ketiganya, Idik memiliki tujuh orang cucu, 3 cucu laki-laki dan 4 cucu perempuan.



Revisi per 1 Agustus 2019 15.08

H. Idik Sulaeman Nataatmadja, AT (20 Juli 1933 – 04 April 2013; biasa dipanggil dengan Idik Sulaeman) adalah pencetus nama Paskibraka. Adik didik Husein Mutahar di kepanduan ini jugalah yang menyempurnakan seluruh kelengkapan Paskibraka sebagai sebuah Korps, mulai dari sistem/metode pelatihan, silabus, atribut dan kelengkapannya.

Riwayat Hidup

Idik menghabiskan masa kecil di daerah kelahirannya (Kuningan) hingga kemudian Ia tamat SMP di Purwakarta dan pindah ke Jakarta saat masuk SMA. Sejak kecil, jiwa seni sudah terlihat dalam dirinya. Tak heran bila setamat SMA Idik memilih seni rupa sebagai pilihan profesinya dengan menamatkan pendidikan dengan gelar Sarjana Seni Rupa di Departemen Ilmu Teknik Institut Teknologi Bandung (kini termasuk Fakultas Seni Institut Teknologi Bandung) pada 9 April 1960.

Idik Sulaeman memulai kariernya di Balai Penelitian Tekstil (1960-1964). Pada 1 Februari 1965 ia diangkat menjadi Kepala Biro Menteri Perindustrian dan Kerajinan yang saat itu dijabat Mayjen TNI dr. Azis Saleh. Dunia seni dan tekstil harus ditinggalkan ketika Idik pindah kerja ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan pada 1 Desember 1967. Saat inilah, ia banyak membantu Husein Mutahar dalam mewujudkan gagasannya membentuk Paskibraka.

Bersama dengan para pembina lainnya, Idik membantu Mutahar menyempurnakan konsep pembinaan Paskibraka. Pasukan yang pada tahun 1966 dan 1967 diberi nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka, pada tahun 1973 mendapat nama baru yang dilontarkan oleh Idik. Nama itu adalah PASKIBRAKA, yang merupakan akronim dengan kepanjangan PASuKan PengIBar BendeRA PusaKA. Selain memberi nama, Idik juga menyempurnakan wujud Paskibraka dengan menciptakan Seragam Paskibraka, Lambang Korps, Lambang Anggota, serta Tanda Pengukuhan berupa Lencana Merah-Putih Garuda (MPG) dan Kendit Kecakapan.

Pada 30 Juni 1975, ia diangkat menjadi Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pembinaan Kegiatan di Direktorat Pembinaan Generasi Muda (Ditbinmud). Pada 9 Maret 1977, ia mencapai posisi puncak di Ditbinmud setelah ditunjuk sebagai Pelaksana Harian Direktur Pembinaan Generasi Muda, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga (Ditjen PLSOR). Tiga tahun penuh ia benar-benar menjadi ”komandan” dalam latihan Paskibraka, yakni Paskibraka 1977, 1978 dan 1979.

Pada 24 November 1979, Idik ditarik ke Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan menjabat Direktur Pembinaan Kesiswaan sampai 15 November 1983. Selama empat tahun itu, dengan latar belakang pendidikan seni rupa dan pengalaman kerja di bidang tekstil, Idik mencatat sejarah dalam penciptaan seragam sekolah yang kita kenal sampai sekarang: SD putih-merah, SMP putih-biru dan SMA putih-abu-abu, lengkap dengan lambang sekolah dasar (SD) dan OSIS yang kini selalu melekat di saku kiri seragam sekolah.

Kehidupan Pribadi

Idik menikah dengan Aisah Martalogawa pada 29 Oktober 1961, Idik dikaruniai tiga anak, yakni Ir. Ars Isandra Matin Ahmad (yang beristrikan Ir.ars Retno Audite), Isantia Dita Asiah (yang bersuamikan Drs. Mohammad Imam Hidayat), dan Dra Isanilda Dea Latifah yang bersuamikan Ari Reza Iskandar). Dari ketiganya, Idik memiliki tujuh orang cucu, 3 cucu laki-laki dan 4 cucu perempuan.

Idik meninggal pada 4 April 2013 di Jakarta. Jasa-jasanya juga sangat luar biasa dalam penerbitan buku-buku pramuka di Indonesia. [1]

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Sulaeman, Idik. 2006. Sistem Kerukunan dalam Regu Penggalang. Bandung: Akusuka