Rumpun bahasa Kalimantan Utara Raya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Swarabakti (bicara | kontrib)
k →‎Blust (2010): lebih tepat
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 28: Baris 28:
== Klasifikasi ==
== Klasifikasi ==
=== Blust (2010) ===
=== Blust (2010) ===
Robert Blust mengusulkan beberapa inovasi kosa kata yang mendefinisikan subkelompok Borneo Utara Raya. Di antara inovasi leksikal ini adalah pergantian dari *pitu dalam bahasa [[bahasa Proto-Melayu-Polinesia|Proto-Melayu-Polinesia]] menjadi *tuzuq untuk kata 'tujuh'.{{sfn|Blust|2010|pp=44, 47}} Kelompok-kelompok berikut dimasukkan di dalam Borneo Utara Raya oleh Blust:
Robert Blust mengusulkan beberapa inovasi kosa kata yang mendefinisikan subkelompok Borneo Utara Raya. Di antara inovasi leksikal ini adalah pergantian dari *pitu dalam bahasa [[bahasa Proto-Melayu-Polinesia|Proto-Melayu-Polinesia]] menjadi *tuzuq untuk kata 'tujuh'.{{sfn|Blust|2010|pp=44, 47}} Kelompok-kelompok berikut dimasukkan ke dalam Borneo Utara Raya oleh Blust:
*[[Rumpun bahasa Borneo Utara|Borneo Utara]]
*[[Rumpun bahasa Borneo Utara|Borneo Utara]]
**[[Rumpun bahasa Sabah Timur Laut|Sabah Timur Laut]]
**[[Rumpun bahasa Sabah Timur Laut|Sabah Timur Laut]]

Revisi per 18 Juli 2019 07.00

Rumpun bahasa
Borneo Utara Raya
Persebaransebagian besar Pulau Kalimantan
sebagian Sumatra, Jawa dan Asia Tenggara Daratan
Penggolongan bahasa
Kode bahasa
Glottolognort3253
 Portal Bahasa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B • PW
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini


Rumpun bahasa Borneo Utara Raya (bahasa Inggris: Greater North Borneo languages) adalah subkelompok yang diusulkan dalam rumpun bahasa Austronesia. Subkelompok ini mencakup bahasa-bahasa yang dituturkan di sebagian besar Pulau Kalimantan (terkecuali daerah tenggara yang ditempati penutur bahasa-bahasa Barito Raya), sebagian Sumatra, Jawa, dan Asia Tenggara Daratan. Hipotesis Borneo Utara Raya pertama kali diajukan oleh Robert Blust (2010) dan dikembangkan lebih jauh oleh Alexander Smith (2017a, 2017b).[1][2][3] Bukti yang diberikan untuk teori ini sepenuhnya merupakan bukti leksikal (inovasi kosa kata).[4]

Subkelompok yang diajukan mencakup beberapa bahasa utama di Asia Tenggara, termasuk bahasa Melayu (bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia) dan bahasa-bahasa Melayik yang berkerabat dengannya, seperti bahasa Minangkabau, bahasa Banjar dan bahasa Iban; serta bahasa Sunda dan bahasa Aceh. Di Kalimantan sendiri, bahasa Borneo Utara Raya non-Melayik terbesar dalam hal jumlah penutur adalah bahasa Dusun Tengah, yang lazim dituturkan di Sabah.[5]

Karena hipotesis Borneo Utara Raya juga memasukkan bahasa-bahasa Melayik, Chamik, dan Sunda, usulan ini berselisih dengan hipotesis Melayu-Sumbawa (mencakup bahasa-bahasa Melayik, Chamik, Sunda, dan Bali-Sasak-Sumbawa) yang diajukan oleh Alexander Adelaar.[6][7]

Klasifikasi

Blust (2010)

Robert Blust mengusulkan beberapa inovasi kosa kata yang mendefinisikan subkelompok Borneo Utara Raya. Di antara inovasi leksikal ini adalah pergantian dari *pitu dalam bahasa Proto-Melayu-Polinesia menjadi *tuzuq untuk kata 'tujuh'.[1] Kelompok-kelompok berikut dimasukkan ke dalam Borneo Utara Raya oleh Blust:

Smith (2017a, 2017b)

Smith menambahkan satu cabang tersendiri bagi bahasa-bahasa Sarawak Tengah di dalam Borneo Utara Raya, menggabungkan bahasa-bahasa Melanau, Kajang, Punan, dan Müller-Schwaner.[8] Selain itu, ia juga memisahkan Moklenik dari Borneo Utara Raya dan menempatkannya sebagai salah satu cabang utama Melayu-Polinesia.[3]

Lihat juga

Rujukan

  1. ^ a b Blust 2010, hlm. 44, 47.
  2. ^ Smith 2017a, hlm. 346–364.
  3. ^ a b Smith 2017b, hlm. 459–460.
  4. ^ Blust 2010, hlm. 68.
  5. ^ Blust 2013, hlm. 65.
  6. ^ Blust 2010, hlm. 81.
  7. ^ Adelaar 2005.
  8. ^ Smith 2017a, hlm. 319.

Daftar pustaka

  • Adelaar, Alexander (2005). "Malayo-Sumbawan". Oceanic Linguistics. University of Hawai'i Press. 44 (2): 357–388. JSTOR 3623345. 
  • Blust, Robert (2010). "The Greater North Borneo Hypothesis". Oceanic Linguistics. University of Hawai'i Press. 49 (1): 44–118. JSTOR 40783586. 
  • Blust, Robert (2013). The Austronesian languages. Asia-Pacific Linguistics. 8. Canberra: Asia-Pacific Linguistics, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University. ISBN 9781922185075. 
  • Smith, Alexander D. (May 2017). The Languages of Borneo: A Comprehensive Classification (Tesis Ph.D. Dissertation). University of Hawai‘i at Mānoa. 
  • Smith, Alexander D. (December 2017). "The Western Malayo-Polynesian Problem". Oceanic Linguistics. University of Hawai'i Press. 56 (2): 435–490. doi:10.1353/ol.2017.0021. 

Bacaan lanjutan

  • Adelaar, Alexander; Himmelmann, Nikolaus, ed. (2005). The Austronesian languages of Asia and Madagascar. London and New York: Routledge. ISBN 9780700712861. 
  • Blust, Robert; Smith, Alexander D. (2014). A bibliography of the languages of Borneo (and Madagascar). Borneo Research Council Reference Series. 2. Phillips, Maine: Borneo Research Council. ISBN 9781929900152. 
  • Lobel, Jason William (2016). North Borneo Sourcebook: Vocabularies and Functors. University of Hawaii Press. ISBN 9780824857790.