Jeringau: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 24: Baris 24:


== Penggunaan ==
== Penggunaan ==
Dringo (''A. calamus L''.) adalah salah satu tumbuhan penyusun ramuan anti malaria dan kanker serta termasuk peringkat ke–17 sebagai tumbuhan yang paling banyak digunakan pada semua ramuan di seluruh etnis yang diteliti. Hasil Ristoja 2012 menunjukkan Dringo digunakan oleh 104 etnis di Indonesia untuk mengobati berbagai penyakit selain malaria dan kanker, antara lain demam, sakit perut, kecacingan, perawatan bayi dan pasca melahirkan, serta masuk angin (Wahyono dkk., 2012).<ref>{{Cite web|url=https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CD9a0Hmqs3cJ:https://media.neliti.com/media/publications/53747-ID-none.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id|title=KERAGAMAN GENETIK DRINGO (Acorus calamus L.) BERDASARKAN INTER–SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)|website=webcache.googleusercontent.com|access-date=2019-06-11}}</ref> Dringo (''A. calamus L''.) dimanfaatkan sebagai tanaman obat anggota famili Acoraceae. Genus Acorus hanya beranggotakan 2 spesies yaitu A. calamus and A. gramineus (Liao and Hsiao, 1998). Dringo mengandung senyawa kimia monoterpen, seskuiterpen, fenilpropanoid, flavonoid, kuinin dan senyawa α dan β-asaron (Raja et al., 2009; Yende et al., 2008).<ref>{{Cite web|url=https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CD9a0Hmqs3cJ:https://media.neliti.com/media/publications/53747-ID-none.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id|title=KERAGAMAN GENETIK DRINGO (Acorus calamus L.) BERDASARKAN INTER–SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)|website=webcache.googleusercontent.com|access-date=2019-06-11}}</ref> Kandungan kimia tersebut bervariasi tergantung genotipe dan level ploidi tanamannya. Dringo diploid dilaporkan tidak mengandung β-asaron, sedangkan pada triploid kadar β-asaron sebesar 3–19%. Dringo tetraploid yang berasal dari India, Taiwan dan Indonesia mengandung β-asaron mencapai 96% (McGaw et al., 2002; Bertea et al., 2005).<ref>{{Cite web|url=https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CD9a0Hmqs3cJ:https://media.neliti.com/media/publications/53747-ID-none.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id|title=KERAGAMAN GENETIK DRINGO (Acorus calamus L.) BERDASARKAN INTER–SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)|website=webcache.googleusercontent.com|access-date=2019-06-11}}</ref>
Dringo (''A. calamus L''.) adalah salah satu tumbuhan penyusun ramuan anti malaria dan kanker serta termasuk peringkat ke–17 sebagai tumbuhan yang paling banyak digunakan pada semua ramuan di seluruh etnis yang diteliti. Hasil Ristoja 2012 menunjukkan Dringo digunakan oleh 104 etnis di Indonesia untuk mengobati berbagai penyakit selain malaria dan kanker, antara lain demam, sakit perut, kecacingan, perawatan bayi dan pasca melahirkan, serta masuk angin (Wahyono dkk., 2012).<ref>{{Cite web|url=https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CD9a0Hmqs3cJ:https://media.neliti.com/media/publications/53747-ID-none.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id|title=KERAGAMAN GENETIK DRINGO (Acorus calamus L.) BERDASARKAN INTER–SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)|website=webcache.googleusercontent.com|access-date=2019-06-11}}</ref> Dringo (''A. calamus L''.) dimanfaatkan sebagai tanaman obat anggota famili Acoraceae. Genus Acorus hanya beranggotakan 2 spesies yaitu A. calamus and A. gramineus (Liao and Hsiao, 1998). Dringo mengandung senyawa kimia monoterpen, seskuiterpen, fenilpropanoid, flavonoid, kuinin dan senyawa α dan β-asaron (Raja et al., 2009; Yende et al., 2008).<ref>{{Cite web|url=https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CD9a0Hmqs3cJ:https://media.neliti.com/media/publications/53747-ID-none.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id|title=KERAGAMAN GENETIK DRINGO (Acorus calamus L.) BERDASARKAN INTER–SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)|website=webcache.googleusercontent.com|access-date=2019-06-11}}</ref> Kandungan kimia tersebut bervariasi tergantung genotipe dan level ploidi tanamannya. Dringo diploid dilaporkan tidak mengandung β-asaron, sedangkan pada triploid kadar β-asaron sebesar 3–19%. Dringo tetraploid yang berasal dari India, Taiwan dan Indonesia mengandung β-asaron mencapai 96% (McGaw et al., 2002; Bertea et al., 2005).<ref>{{Cite web|url=https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CD9a0Hmqs3cJ:https://media.neliti.com/media/publications/53747-ID-none.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id|title=KERAGAMAN GENETIK DRINGO (Acorus calamus L.) BERDASARKAN INTER–SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)|website=webcache.googleusercontent.com|access-date=2019-06-11}}</ref>
=== Pandangan Yahudi ===
=== Pandangan Yahudi ===
Dalam bahasa [[Ibrani]], jeringau disebut ''qaneh besem'' (בֶּשֶׂם, BESEM, lit. manis; dan קָנֶה, QANEH), yaitu semacam tangkai atau alang-alang yang merupakan tumbuhan aromatik. Jeringau ini biasa digunakan sebagai minyak urapan dalam upacara atau ritual:
Dalam bahasa [[Ibrani]], jeringau disebut ''qaneh besem'' (בֶּשֶׂם, BESEM, lit. manis; dan קָנֶה, QANEH), yaitu semacam tangkai atau alang-alang yang merupakan tumbuhan aromatik. Jeringau ini biasa digunakan sebagai minyak urapan dalam upacara atau ritual:

Revisi per 29 Juni 2019 03.40

Jeringau
Jeringau
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
A. calamus
Nama binomial
Acorus calamus

Jeringau (Acorus calamus) adalah tumbuhan terna yang rimpangnya dijadikan bahan obat-obatan. Tumbuhan ini berbentuk mirip rumput, tetapi tinggi, menyukai tanah basah dengan daun dan rimpang yang beraroma kuat.[1] Diperkirakan, tumbuhan ini asli berasal dari anak benua India dan menyebar ke berbagai penjuru dunia melalui perdagangan rempah-rempah. di benua Amerika, jeringau kerap dipertukarkan dengan kerabatnya yang asli dari sana, Acorus americanus.

Dalam bahasa Jawa, tumbuhan ini dikenal sebagai dlingo.

Nama dalam bahasa lain

Nama Inggris: Sweet Flag, Sweet root, Calamus Nama Indonesia: Dringo, Jerangau Nama Daerah: Jeurunger (Aceh), Jerango (Gayo), Jarango (Batak), Daringo (Sunda), Dlingo (Jawa Tengah), jaranggu (Minangkabau), Ai wahu(Ambon) (Balakumbahan, 2010).[2]

Botani

Dringo (A. calamus L.) mempunyai rimpang yang berbau wangi. Kulit rimpangnya berwarna coklat muda dengan warna putih di dalamnya. Daunnya tebal dan keras berbentuk seperti pedang. Apabila daunnya dikoyakkan akan menghasilkan bau yang wangi. Jerangau merupakan tanaman yang mengandung minyak atsiri. Tanaman jerangau berkembang biak melalui tunas rimpang yang akan tumbuh menjadi sulur serta individu tanaman baru (Anonim I, 2006).[3]

Penggunaan

Dringo (A. calamus L.) adalah salah satu tumbuhan penyusun ramuan anti malaria dan kanker serta termasuk peringkat ke–17 sebagai tumbuhan yang paling banyak digunakan pada semua ramuan di seluruh etnis yang diteliti. Hasil Ristoja 2012 menunjukkan Dringo digunakan oleh 104 etnis di Indonesia untuk mengobati berbagai penyakit selain malaria dan kanker, antara lain demam, sakit perut, kecacingan, perawatan bayi dan pasca melahirkan, serta masuk angin (Wahyono dkk., 2012).[4] Dringo (A. calamus L.) dimanfaatkan sebagai tanaman obat anggota famili Acoraceae. Genus Acorus hanya beranggotakan 2 spesies yaitu A. calamus and A. gramineus (Liao and Hsiao, 1998). Dringo mengandung senyawa kimia monoterpen, seskuiterpen, fenilpropanoid, flavonoid, kuinin dan senyawa α dan β-asaron (Raja et al., 2009; Yende et al., 2008).[5] Kandungan kimia tersebut bervariasi tergantung genotipe dan level ploidi tanamannya. Dringo diploid dilaporkan tidak mengandung β-asaron, sedangkan pada triploid kadar β-asaron sebesar 3–19%. Dringo tetraploid yang berasal dari India, Taiwan dan Indonesia mengandung β-asaron mencapai 96% (McGaw et al., 2002; Bertea et al., 2005).[6]

Pandangan Yahudi

Dalam bahasa Ibrani, jeringau disebut qaneh besem (בֶּשֶׂם, BESEM, lit. manis; dan קָנֶה, QANEH), yaitu semacam tangkai atau alang-alang yang merupakan tumbuhan aromatik. Jeringau ini biasa digunakan sebagai minyak urapan dalam upacara atau ritual:

  • Penahbisan imam
  • Penahbisan raja (seperti Daud dan Salomo)

Ritual Kaharingan

Jeringau biasanya digunakan oleh orang Banjar sebagai penghalau kuyang dan pengusir roh-roh jahat. Jeringau juga digunakan sebagai pewarna merah pada ritual Mangkok Merah.

Pranala luar

http://www.sarapanpagi.org/tumbuhan-ganja-di-alkitab-vt4408.html#p24162

Catatan kaki

  1. ^ Ramawat, K. G., Ed. (2004). Biotechnology of Medicinal Plants: Vitalizer and Therapeutic Enfield, New Hampshire: Science Publishers, Inc. 5.
  2. ^ "21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Jerangau (Acorus calamus) Jerangau merupakan tumbuhan spora air yang banyak dijumpai di k" (PDF). webcache.googleusercontent.com. Diakses tanggal 2019-06-11. 
  3. ^ "21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Jerangau (Acorus calamus) Jerangau merupakan tumbuhan spora air yang banyak dijumpai di k" (PDF). webcache.googleusercontent.com. Diakses tanggal 2019-06-11. 
  4. ^ "KERAGAMAN GENETIK DRINGO (Acorus calamus L.) BERDASARKAN INTER–SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)". webcache.googleusercontent.com. Diakses tanggal 2019-06-11. 
  5. ^ "KERAGAMAN GENETIK DRINGO (Acorus calamus L.) BERDASARKAN INTER–SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)". webcache.googleusercontent.com. Diakses tanggal 2019-06-11. 
  6. ^ "KERAGAMAN GENETIK DRINGO (Acorus calamus L.) BERDASARKAN INTER–SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)". webcache.googleusercontent.com. Diakses tanggal 2019-06-11.