Muhammad Daud Syah dari Aceh: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 31: Baris 31:
Sejarawan berbeda pendapat dalam hal kapan Perang Aceh berakhir. Beberapa menyatakan pada tahun 1903, ketika Sultan Daud menyerah kepada Belanda. Tetapi sejarawan lainnya menyatakan bahwa perang tersebut tidak benar-benar berhenti pada tahun 1903, karena Belanda tetap menghadapi perang gerilya yang meningkat walaupun semenjak menyerahnya sultan.<ref name="history">{{en}}[http://www.aceh.net/acehinindonesiahistory.html ''History of Aceh'' by Ibrahim Alfian]</ref>
Sejarawan berbeda pendapat dalam hal kapan Perang Aceh berakhir. Beberapa menyatakan pada tahun 1903, ketika Sultan Daud menyerah kepada Belanda. Tetapi sejarawan lainnya menyatakan bahwa perang tersebut tidak benar-benar berhenti pada tahun 1903, karena Belanda tetap menghadapi perang gerilya yang meningkat walaupun semenjak menyerahnya sultan.<ref name="history">{{en}}[http://www.aceh.net/acehinindonesiahistory.html ''History of Aceh'' by Ibrahim Alfian]</ref>


Sultan Muhammad Daud sendiri memimpin perang gerilya dari Kutaraja, sekarang Banda Aceh, pada tahun 1907. Walaupun usaha ini gagal dan ia ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Ambon kemudian Batavia, perlawanannya ini kemudian menginspirasi pejuang gerilya. Belanda mendapatkan perlawanan kuat di Pidie, Aceh Tengah, Aceh Barat dan Aceh Tenggara. Belanda berhasil mengambil kendali sebagian besar Aceh pada tahun 1912. Tetapi sejumlah sejarawan lainnya menyatakan bahwa perang Aceh tidak benar-benar berhenti sampai Belanda menyerah kepada Jepang pada 1942.<ref name="history"/>
Sultan Muhammad Daud sendiri memimpin perang gerilya dari Kutaraja, sekarang Banda Aceh, pada tahun 1907. Walaupun usaha ini gagal dan ia ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Ambon kemudian Batavia, perlawanannya ini kemudian menginspirasi pejuang gerilya. Hingga akhir hayatnya Sultan Muhammad Daudsyah tidak pernah menyatakan tunduk dan menyerahkan kedaulatan Aceh kepada Belanda, hal inilah yang membuat Belanda berang dan mengasingkan Sultan ke Luar Aceh. Meskipun Sultan Telah ditangkap pada 1904, namun beliau masih menyusun strategi perlawanan dari tahanan rumah di Banda Aceh, hal ini diketahui pihak Belanda melalui surat yang diberikan kepada Pejuang dalam sebuah penyerangan terhadap pertahanan Belanda.
Belanda pun masih mendapatkan perlawanan kuat di Pidie, Aceh Tengah, Aceh Barat dan Aceh Tenggara. Hingga Sultan terpakasa di asingkan keluar Aceh pada 1907. Belanda berhasil mengambil kendali sebagian besar Aceh pada tahun 1912. Tetapi sejumlah sejarawan lainnya menyatakan bahwa perang Aceh tidak benar-benar berhenti sampai Belanda menyerah kepada Jepang pada 1942.
<ref name="history"/>


The surrender of Sultan Muhammad Daud Syah marked the fall of Aceh Darussalam. It also marked the end of the sultanate system in Aceh, which was abolished by the Dutch, making Muhammad Daud Syah the last sultan of Aceh. The Dutch appointed a governor to rule Aceh and installed district chiefs, locally known as uleebalang. The recruitment of uleebalang by the Dutch East Indies deepened the division and conflict with the ulema, who considered the Dutch administration kaphee, the unbeliever according to Islamic teaching.<ref name="history"/> -->
The surrender of Sultan Muhammad Daud Syah marked the fall of Aceh Darussalam. It also marked the end of the sultanate system in Aceh, which was abolished by the Dutch, making Muhammad Daud Syah the last sultan of Aceh. The Dutch appointed a governor to rule Aceh and installed district chiefs, locally known as uleebalang. The recruitment of uleebalang by the Dutch East Indies deepened the division and conflict with the ulema, who considered the Dutch administration kaphee, the unbeliever according to Islamic teaching.<ref name="history"/> -->

Revisi per 24 April 2019 23.03

Muhammad Daud Syah
Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat
Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat, sultan Aceh yang terakhir
Kesultanan Aceh
Berkuasa1874–1903
PendahuluSultan Mahmud Syah
Penerus-
Informasi pribadi
Kematian1939
Batavia, Hindia Belanda
AgamaAgama Islam

Muhammad Daud Syah merupakan Sultan Aceh terakhir atau Sultan ke-35. Sultan Daud dinobatkan menjadi sultan di Masjid Tua Indrapuri pada tahun 1874[1] sampai menyerah kepada Belanda pada tanggal 10 Januari 1903. Ia kemudian diasingkan oleh Hindia Belanda ke Ambon dan terakhir dipindah ke Batavia sampai wafatnya pada tanggal 6 Februari 1939.[2] Sultan Daud merupakan cucu dari Sultan Mansur Syah, yang sampai tahun 1884 merupakan Wali dari Tuanku Hasyim, anak dari Sultan sebelumnya yang juga merupakan pamannya yaitu Sultan Mahmud Syah.[3]

Sumber

  1. ^ Uli Roslaini. Revitalisasi Bangunan Bersejarah di Banda Aceh
  2. ^ Panglima Polem di situs NAD
  3. ^ REID, Anthony. Asal Usul Konflik Aceh: Dari Perebutan Pantai Timur Sumatra hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Halaman 335. ISBN 979-461-534-X

Lihat pula


Didahului oleh:
Sultan Mahmud Syah
Sultan Aceh
18741903
Diteruskan oleh:
pemerintahan Aceh Belanda