Hedonisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 180.254.109.199 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh AABot
Tag: Pengembalian
Rantemario (bicara | kontrib)
k k
Baris 39: Baris 39:
=== Epikuros ===
=== Epikuros ===
[[Berkas:Epicurus bust2.jpg|jmpl|125px|kiri|[[Epikuros]]]]
[[Berkas:Epicurus bust2.jpg|jmpl|125px|kiri|[[Epikuros]]]]
[[Epikuros]] lahir tahun [[342 SM]] di kota [[Yunani]], [[Samos]], dan meninggal di [[Atena]] [[tahun 270 SM]].<ref name="Suseno.">Franz Magnis-Suseno.1997, 13 Tokoh Etika. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 49-50.</ref> Ajaran Epikuros menitikberatkan persoalan kenikmatan.<ref name="Bertens"/><ref name="Suseno."/> Apa yang baik adalah segala sesuatu yang mendatangkan kenikmatan, dan apa yang buruk adalah segala sesuatu yang menghasilkan ketidaknikmatan.<ref name="Suseno."/> Namun demikian, bukanlah kenikmatan yang tanpa aturan yang dijunjung Kaum [[Epikurean,]] melainkan kenikmatan yang dipahami secara mendalam.<ref name="Bertens"/> Kaum Epikurean membedakan keinginan alami yang perlu (seperti makan) dan keinginan alami yang tidak perlu (seperti makanan yang enak), serta keinginan yang sia-sia (seperti kekayaan/harta yang berlebihan).<ref name="Bertens"/> Keinginan pertama harus dipuaskan dan pemuasannya secara terbatas menyebabkan kesenangan yang paling besar. Oleh sebab itu kehidupan sederhana disarankan oleh Epikuros.<ref name="Bertens"/> Tujuannya untuk mencapai [[''Ataraxia'']], yaitu ketenteraman jiwa yang tenang, kebebasan dari perasaan risau, dan keadaan seimbang.<ref name="Bertens"/><ref name="Suseno."/>
[[Epikuros]] lahir tahun [[342 SM]] di kota [[Samos]], [[Yunani]], dan meninggal di [[Atena]] [[tahun 270 SM]].<ref name="Suseno.">Franz Magnis-Suseno.1997, 13 Tokoh Etika. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 49-50.</ref> Ajaran Epikuros menitikberatkan persoalan kenikmatan.<ref name="Bertens"/><ref name="Suseno."/> Apa yang baik adalah segala sesuatu yang mendatangkan kenikmatan, dan apa yang buruk adalah segala sesuatu yang menghasilkan ketidaknikmatan.<ref name="Suseno."/> Namun demikian, bukanlah kenikmatan yang tanpa aturan yang dijunjung Kaum [[Epikurean,]] melainkan kenikmatan yang dipahami secara mendalam.<ref name="Bertens"/> Kaum Epikurean membedakan keinginan alami yang perlu (seperti makan) dan keinginan alami yang tidak perlu (seperti makanan yang enak), serta keinginan yang sia-sia (seperti kekayaan/harta yang berlebihan).<ref name="Bertens"/> Keinginan pertama harus dipuaskan dan pemuasannya secara terbatas menyebabkan kesenangan yang paling besar. Oleh sebab itu kehidupan sederhana disarankan oleh Epikuros.<ref name="Bertens"/> Tujuannya untuk mencapai [[''Ataraxia'']], yaitu ketenteraman jiwa yang tenang, kebebasan dari perasaan risau, dan keadaan seimbang.<ref name="Bertens"/><ref name="Suseno."/>


Epikuros sangat menegaskan kebijaksanaan ''[[(phoronesis)]]''.<ref name="Suseno."/> Menurutnya, orang yang bijaksana adalah seorang [[seniman]] yang dapat mempertimbangkan pilihan nikmat atau rasa sakit.<ref name="Suseno."/> Orang bijaksana bukanlah orang yang memperbanyak kebutuhan, tetapi mereka yang membatasi kebutuhan agar dengan cara membatasi diri, ia akan mencapai kepuasan.<ref name="Suseno."/> Ia menghindari tindakan yang berlebihan.<ref name="Suseno."/> Oleh karena itu, ada sebuah perhitungan yang dilakukan oleh Kaum Epikurean dalam mempertimbangkan segi-segi positif dan negatif untuk mencapai kenikmatan jangka panjang dan mendekatkan diri kepada ''ataraxia''.<ref name="Suseno."/>
Epikuros sangat menegaskan kebijaksanaan ''[[(phoronesis)]]''.<ref name="Suseno."/> Menurutnya, orang yang bijaksana adalah seorang [[seniman]] yang dapat mempertimbangkan pilihan nikmat atau rasa sakit.<ref name="Suseno."/> Orang bijaksana bukanlah orang yang memperbanyak kebutuhan, tetapi mereka yang membatasi kebutuhan agar dengan cara membatasi diri, ia akan mencapai kepuasan.<ref name="Suseno."/> Ia menghindari tindakan yang berlebihan.<ref name="Suseno."/> Oleh karena itu, ada sebuah perhitungan yang dilakukan oleh Kaum Epikurean dalam mempertimbangkan segi-segi positif dan negatif untuk mencapai kenikmatan jangka panjang dan mendekatkan diri kepada ''ataraxia''.<ref name="Suseno."/>
Baris 60: Baris 60:
-->
-->


== referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}



Revisi per 19 Desember 2018 12.27

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.[1] Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.[2] Terdapat tiga aliran pemikiran dalam hedonis yakni Cyrenaics, Epikureanisme, dan Utilitarianisme.

Etimologi

Kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani ἡδονισμός hēdonismos dari akar kata ἡδονή hēdonē, artinya "kesenangan".[3] Paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri.[4]

Latar belakang

Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM.[4] Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" [4] Hal ini diawali dengan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia.[4] Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan.[4] Aristippos memaparkan bahwa manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang 'kesenangan' (hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros (341-270 SM).[4] Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat alamiah.[4] Meskipun demikian, hedonisme Epikurean lebih luas karena tidak hanya mencakup kesenangan badani saja—seperti Kaum Aristippos--, melainkan kesenangan rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan.[4]

Tokoh

Aristippus

Ἀρίστιππος Aristippus
Lahirc. 433 SM
Kyrene
Meninggalc. 355 SM
Kyrene
EraFilsafat Kuno
KawasanFilsafat Barat
AliranMazhab Hedonis/Mazhab Kyrene
Minat utama
Hedonisme
Dipengaruhi

Aristippus dari Kyrene adalah seorang filsuf Yunani yang memperlajari ajaran-ajaran Protagoras.[5] Ini dilakukannya selama berada di kota asalnya, yaitu Kyrene, Afrika Utara.[5] Aristippus kemudian mencari Sokrates dan menjalin hubungan baik dengannya.[5] Setelah Sokrates wafat, Aristippos tampil sebagai "Sofis" dan menjadi guru profesional di Atena.[5] Lalu di Kyrene ia mendirikan sekolah yang dinamakan ''Cyrenaic School'' yang merupakan salah satu sekolah Sokratik yang tidak dominan.[5][6] Sekolah ini mengajarkan perasaan-perasaan sebagai kebenaran yang paling tepat dalam hidup.[5] Kesenangan adalah baik—termasuk juga kepuasan badani--.[5] Kehidupan orang bijak selalu mencari jaminan kesenangan maksimal.[5]

Aristippus menyetujui pendapat Sokrates bahwa keutamaan adalah mencari "yang baik".[7] Akan tetapi, ia menyamakan "yang baik" ini dengan kesenangan "hedone".[4] Menurutnya, akal (rasio) menusia harus memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan kesusahan.[4] Hidup yang baik berkaitan dengan kerangka rasional tentang kenikmatan.[4]

Kesenangan menurut Aristoppus bersifat badani (gerak dalam badan).[4] Ia membagi gerakan itu menjadi tiga kemungkinan:

  • Gerak kasar, yang menyebabkan ketidaksenangan seperti rasa sakit
  • Gerak halus, yang membuat kesenangan
  • Tiada gerak, yaitu sebuah keadaan netral seperti kondisi saat tidur.

Aristippus melihat kesenangan sebagai hal aktual, artinya kesenangan terjadi kini dan di sini.[4] Kesenangan bukan sebuah masa lalu atau masa depan. Menurutnya, masa lalu hanya ingatan akan kesenangan (hal yang sudah pergi) dan masa depan adalah hal yang belum jelas.[4]

Meskipun kesenangan dijunjung tinggi oleh Aristoppus, ada batasan kesenangan itu sendiri.[4] Batasan itu berupa pengendalian diri.[1][4] Meskipun demikian, pengendalian diri ini bukan berarti meninggalkan kesenangan.[4] Misalnya, orang yang sungguh-sungguh mau mencapai nikmat sebanyak mungkin dari kegiatan makan dan minum bukan dengan cara makan sebanyak-banyaknya atau rakus, tetapi harus dikendalikan/dikontrol agar mencapai kenikmatan yang sebenarnya.[1]

Epikuros

Epikuros

Epikuros lahir tahun 342 SM di kota Samos, Yunani, dan meninggal di Atena tahun 270 SM.[8] Ajaran Epikuros menitikberatkan persoalan kenikmatan.[4][8] Apa yang baik adalah segala sesuatu yang mendatangkan kenikmatan, dan apa yang buruk adalah segala sesuatu yang menghasilkan ketidaknikmatan.[8] Namun demikian, bukanlah kenikmatan yang tanpa aturan yang dijunjung Kaum Epikurean, melainkan kenikmatan yang dipahami secara mendalam.[4] Kaum Epikurean membedakan keinginan alami yang perlu (seperti makan) dan keinginan alami yang tidak perlu (seperti makanan yang enak), serta keinginan yang sia-sia (seperti kekayaan/harta yang berlebihan).[4] Keinginan pertama harus dipuaskan dan pemuasannya secara terbatas menyebabkan kesenangan yang paling besar. Oleh sebab itu kehidupan sederhana disarankan oleh Epikuros.[4] Tujuannya untuk mencapai ''Ataraxia'', yaitu ketenteraman jiwa yang tenang, kebebasan dari perasaan risau, dan keadaan seimbang.[4][8]

Epikuros sangat menegaskan kebijaksanaan (phoronesis).[8] Menurutnya, orang yang bijaksana adalah seorang seniman yang dapat mempertimbangkan pilihan nikmat atau rasa sakit.[8] Orang bijaksana bukanlah orang yang memperbanyak kebutuhan, tetapi mereka yang membatasi kebutuhan agar dengan cara membatasi diri, ia akan mencapai kepuasan.[8] Ia menghindari tindakan yang berlebihan.[8] Oleh karena itu, ada sebuah perhitungan yang dilakukan oleh Kaum Epikurean dalam mempertimbangkan segi-segi positif dan negatif untuk mencapai kenikmatan jangka panjang dan mendekatkan diri kepada ataraxia.[8]

Kebahagiaan yang dituju oleh Kaum Epikurean adalah kebahagiaan pribadi (privatistik).[8] Epikuros menasihatkan orang agar tidak mendekatkan diri kepada kehidupan umum (individualisme).[7][8] Ini bukanlah egoisme. Menurut Epikuros, kebahagiaan terbesar bagi manusia adalah persahabatan.[8] Berkumpul dan berbincang-bincang dengan para kawan dan membina persahabatan jauh lebih menguntungkan dan membantu mencapai ketenangan jiwa.[7][8]

Jeremy Bentham

Bentham adalah pendiri pandangan utilitarian, dia memiliki hubungan erat dengan John Stuart Mill. Bentham membagi prinsip manusia kepada tiga hal yakni ascesticism, sympathy, dan anthipathy. Menurut Bentham tugas negara adalah mengarahkan warganya kepada kesenangan, untuk menjamin kesenangan adalah tugas dari negara untuk menggunakan metode hadiah dan hukuman pada warganya

Pengertian hedonisme semula berasal dari Bahasa Yunani “hedone” yang berarti “kepuasan”. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary, “Hedonism” diartikan sebagai “the belief that pleasure should be the main aim in life.“


Referensi

  1. ^ a b c Franz Magnis-Suseno.1987, Etika Dasar; Masalah-masalah pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 114.
  2. ^ Lorens Bagus.2000, Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. Hlm. 282.
  3. ^ Henk ten Napel.2009, Kamus Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 158.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Dr. K. Bertens.2000, Etika. Jakarta: Gramedia. Hlm. 235-238.
  5. ^ a b c d e f g h Eduard Zeller.1957, Outlines of the History of Greek Philosophy. New York: Meridian Books. Hlm. 129-133.
  6. ^ Albert E. Avey.1954, Handbook in the History of Philosophy. New York: Barnes & Noble, Inc. Hlm. 23.
  7. ^ a b c Simon Petrus L. Tjahjadi.2004, Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Petualangan Intelektual. Hlm. 43-44.
  8. ^ a b c d e f g h i j k l m Franz Magnis-Suseno.1997, 13 Tokoh Etika. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 49-50.