Kerajaan Kutai Martapura: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 185: Baris 185:
# Maharaja Wijaya Warman
# Maharaja Wijaya Warman
# Maharaja Sri Aji Dewa Warman
# Maharaja Sri Aji Dewa Warman

# Maharaja Mulia Putera Warman
== Maharaja Mulia Putera Warman ==

# Maharaja Nala Pandita Warman
# Maharaja Nala Pandita Warman
# Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
# Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
Baris 237: Baris 239:
=== Pranala luar ===
=== Pranala luar ===
* {{id}}[http://kutaihulu.blogspot.com/2010/08/sejarah-pemerintahan-di-kota-bangun.html SEJARAH PEMERINTAHAN DI KOTA BANGUN]
* {{id}}[http://kutaihulu.blogspot.com/2010/08/sejarah-pemerintahan-di-kota-bangun.html SEJARAH PEMERINTAHAN DI KOTA BANGUN]
* {{id}} [[Http://www.bongkar.co.id/news/25-technology/1124-labok-sosok-yang-dikagumi.html|Labok keturunan Kutai Martapura]]
* {{id}} [[Http://www.bongkar.co.id/news/25-technology/1124-labok-sosok-yang-dikagumi.html|Labok keturunan Kutai Martapura]]
*kutai.org


{{Kerajaan di Kalimantan}}
{{Kerajaan di Kalimantan}}

Revisi per 17 Oktober 2018 14.01

Kerajaan Kutai Martadipura
350[1]–1635
Ibu kotaMuara Kaman, Kalimantan Timur
Bahasa yang umum digunakanBahasa Melayu (dialek Kutai)
Agama
Hindu
PemerintahanMonarki
Maharaja 
• 350-375
Kudungga
• 400-446
Mulawarman Nala Dewa
• 1534-1635
Derma Setiya
Sejarah 
• Didirikan 017 Masehi
350[1]
• Diambil alih oleh VOC
1635
Digantikan oleh
Hindia Belanda
Sekarang bagian dari Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.[2][3] Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.

Kerajaan Kutai Bermula Dari Sejarah Kekaisaran Sungga Ibukota Sungga Adalah Pataliputra, Kekaisaran Shungga  Berkuasa Dari Tahun 185 Sm–73 Sm Kekaisaran Shungga Atau Sungga Adalah Dinasti Magadha Yang Menguasai India Utara Bagian Tengah Dan Timur.    Sungga Didirikan Setelah Runtuhnya Dinasti Maurya Dengan Raja Memerintah Sebagaimana Berikut :

1.      Kaisar Pusyamitra Sungga (185 - 149 Sm),

2. Kaisar Agnimitra (149 - 141 Sm)

3. Kaisar Vasujyeshtha (141 - 131 Sm),

4. Kaisar Vasumitra (131 - 124 Sm),

5. Kaisar Andhraka (124 - 122 SM),

6. Kaisar Pulindaka (122 - 119 SM),

7. Kaisar Ghosha (?),

8. Kaisar Vajramitra (?),

9. Kaisar Bhagabhadra (?),

10. Kaisar Devabhuti (83 - 73 SM)

Kekaisaran Sungga Digantikan Oleh Dinasti Kanva Sekitar Tahun 73 Sm. Maka Banyak Bangsawan Sungga Mengarungi Lautan Dan Menjadi Saudagar Di Antaranya Dewawarman Berhasil Menguasai Perdagangan Di Nusantara.

Mitroga Masih Di India Yang Berputra Atwanga Yang Melahirkan Kudungga Dan Radjendra Menurunkan Raja-Raja Di Nusantara Yang Berputrakan Antara Lain :

1.  Maharaja Kundungga Menjadi Raja Kutai Di Negeri Martapura Di Naladwipa (Kalimantan Sekarang).

2. Maharaja Selendra Radjendrawarman Menjadi Raja Pertama Di Kerajaan Gemilang Kaca Di Campa (Kamboja Sekarang), Ibunya Adalah Kakak Ratu Kerajaan Negeri Perak (Salaka Domas) Di Tanah Sunda Purwa Ujung Kulon Pandegelang.

DINASTY WANGSAWARMAN

Kudungga Ditahun 350 Masehi Menjadi Raja Kutai di Tebalarung Dengan Gelar Maharaja Sri Kundungga Anak Dari Atwangga Cucu Dari Mitrongga Keturunan Warga Sungga Raja Dari Negeri Magada Kawin Dengan Putri Gamboh Gelar Mahasuri Sri Gabok Anak Tan Serdang Raja Melaya Dan Atas Perkawinan Tersebut Lahirlah Lima Orang Putri Antara Lain:

1. Mahaputri Karang Kelungsu.

2. Mahaputri Ragel Mayang.

3. Mahaputri Ragel Kemuning.

4. Mahaputri Ragel Mayang Sari.

5. Mahaputri Seri Gari Bergelar Mahasuri Seri Gari.

Mahasuri Sri Gari Anak Kudungga Raja Kutai Di Tebalarung (Tebalai Indah Sekarang) Dengan Gelar Maharaja Sri Kundungga Kawin Dengan Aswawarman Anak Raja Salakanegara Danawarman Ke VIII Yang Mendapat Hadiah Sebidang Tanah Dari Maharaja Kudungga Daerah Tersebut Bernama Qwitaire Maradapur (Kutai Martapura) Atas Perkawinan Tersebut Lahirlah Anak Antara Lain :

1.  Wamseragen Gelar Maharaja Sri Mulawarman Nala Dewa Yang Membangun Istana Didaerah Tepian Batu (Berubus) Tanjung Gelumbang Serta Atas Anugerah Ayahdanya Aswawarman Dalam Kurban Agastya Di Kutai Martapura Tepi Sungai Mahakama, Maharaja Sri Mulawarman Diberi Hak Memerintah Dari Tahun (400-446 Masehi), Dan Membangun Pesangrahan Tiang Kayu Besi (Telihan Sepuhun) Di Tanjung Serai Dan Tempat Pemujaan Pure Atau 9 Candi Di Gunung Berubus (Benua Lawas) Maka Sepanjang Sejarah Raja Mulawarman Pernah Melaksanakan Kurban Diantaranya Bahuswarnakam, Waprakswara, Kalpataru, Jiwandana Dan Bahagrata Dengan Bukti Pendirian 7 Buah Perasasti Yupa Dan Pendirian Yoni Serta Tiang Batu Dikenal Dengan Lesung Batu Dan Gerbang Istana Dari Batu Merah Dengan Dua Ekor Patung Bernama Lembu Ngeram Sebagai Lambang Kerajaannya Bermoto Tuah Emba Arai, Dan Dari Semua Bangunan Serta Kurban Ini Menandakan Raja Mulawarman Menjadi Raja Kuat Dan Berkuasa Dan Dialah Raja Pertama Kutai Martapura (Muara Kaman).

2 Wamsajenjat Bergelar Maharaja Dijayawarman Memperisteri Putri Raja Campa (Sempat Menjadi Raja Campa), Dan Kemudian Membangun Kerajaan Negeri Perak Di Malaya Dan Terkenal Dengan Nama Gemilang Kaca Dan Menurunkan Raja Sriwidajaya Di Sumatra Yang Bermula Dari Putri Linggawarman, Raja Tarumanagara Memiliki Putri Bernama Sobakancana Menjadi Isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa Pendiri Kerajaan Sriwijaya Berkuasa Dari Tahun 696-717M. Dialah Yang Menaklukan Raja Melayu Sumatra Melahirkan Anak Bernama Darmaputra Menjadi Raja Sriwidjaya II Memerintah Tahun 717-729M.

3. Wamsateku Gelar Maharaja Gunawarman Kawin Dengan Putri Raja Tarumanegara Dan Menjadi Bangsawan Di Tarumanegara Keturunannya Bernama Putri Suklawarmandewi Menjadi Permaisuri Maharaja Wisnuwarman Raja Tarumanegara ke IV Akan Tetapi Meninggal Dunia Dan Tidak Memiliki Keturunan.

Catatan Perubahan Didasari DARK AGE KINGDOM OF KUTAI MULAWARMAN FROM THE YEARS 17 TO 300

THE KINGDOM OF KUTAI MULAWARMAN WAS CAPITALIZED IN THE CITY OF TEBALA RIUNG YEAR 300-1635 AD

THE CAPITAL OF THE KINGDOM WAS NAMED MARTAPURA IN 1635 TO 1910 AD THE KINGDOM KUTAI MULAWARMAN BECAME A VILLAGE UNDER THE COLONIAL BATAVIA VOC IN 1910, IN 1942, THE KINGDOM OF KUTAI MULAWARMAN BECAME THE TERRITORY OF THE ONDERDISTRICT OF THE OOST - BORNEO RESIDENCY BASED IN THE NETHERLANDS FROM 1942 TO 1945 BECOME A SON TERRITORY UNDER JAPANESE SYU GOVERNMENT IN 1945 UNTIL NOW ACCORDING TO THE CHANGES IN 1950 THE KINGDOM OF KUTAI MULAWARMAN WAS IN THE TERRITORY OF THE UNITARY REPUBLIC OF INDONESIA

Sejarah

Yupa

Salah satu yupa dengan inskripsi, kini di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta.

Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Dapat diketahui bahwa menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman 36, transliterasi prasasti di atas adalah sebagai berikut:

śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ.

Artinya:

Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.

Aswawarman

Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga.Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.

Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.

Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

Mulawarman

Prasasti Kerajaan Kutai

Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Hindu.

Berakhir

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan 7 Buah Kapal VOC Tahun 1635 , Pimpinan Thomass Tomsen Poll. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) Beribukota Di Muara Kaman Yang berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu ibukota di Kutai Lama (Tanjung Kute).

Kutai Kartanegara inilah, pada tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Nama-Nama Raja Kutai

Pada Tahun 17 Masehi Di Kalimantan Berdiri Sebuah Pemerintahan Kerajaan Sagara Sadiva Malaya Dipimpin Oleh Para Tahani Atau Raja Raja Naladwiva Memerintah Dari Tahun 17-350 Masehi Sebagai Berikut  :

1.   Tan Samburakai. 17-78

2.   Tan Mampi Beristeri Tahani Yang Raja Perempuan. 78-139

3.   Tan  Pihatu Beristeri Puan Putri Tumbau. 139-214

4.   Tan  Meretam Berputrakan Tan  Tembayat. 214-263

5.   Tan  Tembayat Berputrakan. 263-313

6.   Tan Seredang 313-350

Tan Seredang Memiliki Anak Perempuan Bernama  Puan Putri Gamboh Alis Puan Gabok Yang Diperisteri Oleh Bangsawan Raja Cri Ga Dong Ga (Maharaja Sri Kudungga). Pemerintahan Diteruskan Sampai Masa Ibukota Kerajaan Di Martapura Dari Tahun 350-1635 Masehi:

Peta Kecamatan Muara Kaman
  1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
  2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
  3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
  4. Maharaja Marawijaya Warman
  5. Maharaja Gajayana Warman
  6. Maharaja Tungga Warman
  7. Maharaja Jayanaga Warman
  8. Maharaja Nalasinga Warman
  9. Maharaja Nala Parana Tungga Warman
  10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
  11. Maharaja Indra Warman Dewa
  12. Maharaja Sangga Warman Dewa
  13. Maharaja Candrawarman
  14. Maharaja Sri Langka Dewa Warman
  15. Maharaja Guna Parana Dewa Warman
  16. Maharaja Wijaya Warman
  17. Maharaja Sri Aji Dewa Warman

Maharaja Mulia Putera Warman

  1. Maharaja Nala Pandita Warman
  2. Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
  3. Maharaja Dharma Setia Warman

Silsilah Keturunan Maharaja Kutai Mulawarman Muara Kaman Dari Tahun 1635 Menjadi Wilayah Hindia Belanda Diantaranya :

1.  Nala Perana                                                    (Adipati)

2.  Nala Singga                                                    (Adipati)

3.  Singa Yuda                                                      (Adipati)

4.  Nala Marta                                                          (Adipati)

5.  Nala Mayang                                                      (Adipati)

6.  Lingka  Gelar Nala Pati                                (Penjawat Purus)

7.  Danda  Gelar Nala Guna                                (Penjawat Purus)

8.  Maja Gelar Nala Raja Tuha                            (Penjawat Purus)

9.  Salong Gelar Nala Mayang                            (Penjawat Purus)

10.  Kerincing Gelar Srinala Wangsa Warman (Penjawat Purus)

11.  Jamal Gelar Srinala Wangsa Dipura        (Penjawat Purus)

12.  Dedong Gelar Maharatu Indra Mulia Sadewi  (Penjawat Purus)

13.  Maskoer Gelar Maharaja Srinala Prabu Wangsawarman (Penjawat Purus)

14.  DR.Hc. M.S. Rakni. DG. Ph.D. Gelar Mahasuri Srinila Rakni Dewi Gari (Penjawat Purus)

15.  Duli Yang Maha Mulia Sripaduka Baginda Berdaulat Agung Maharaja Kutai Mulawarman Prof. DR. Hc. Maharaja Srinala Praditha   

        Alpiansyahrechza  Fachlevie Wangsawarman, Ph.D.  Berdaulat Agung Sejak Pada Tanggal, 3 September 2001.

        Maharatu Agung DR.Hc. M.S. Karmila, PD.Ph.D. Didaulat Tahun 2007. Putra Mahkota Maharaja Muda Nala Indra Fachrucha Dilaya.

        Didaulat Pada Tanggal, 20 Desember 2017.

Lain-lain

Nama Maharaja Kudungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India. Sementara putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya Hindu. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari bahasa Sanskerta. Kata itu biasanya digunakan untuk ahkiran nama-nama masyarakat atau penduduk India bagian Selatan.

Referensi

  1. ^ Krisna Bayu Aji (2014). Ensiklopedia Raja-Raja Nusantara: Menyingkap Tuntas Riwayat Hidup Raja-Raja Nusantara. Indonesia: Araska. ISBN 9786023000005. 
  2. ^ Hinduism and Buddhism in the archipelago, 4th-13th centuries
  3. ^ States and courts in the archipelago, ca A.D. 450

Pranala luar