Status quo ante bellum: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
Pierrewee (bicara | kontrib)
Baris 13: Baris 13:
=== Perang Tujuh Tahun ===
=== Perang Tujuh Tahun ===
[[Perang Tujuh Tahun]] antara Prusia dan Austria berlangsung dari tahun 1756 hingga 1763 dan berakhir dengan ''status quo ante bellum.''<ref>{{cite book |last=Schweizer |first=Karl W.|title=England, Prussia, and the Seven Years War: Studies in Alliance Policies and Diplomacy|url=https://books.google.com/books?id=rfacoIz38n0C&pg=PA250|year=1989 |publisher=Edwin Mellen Press |isbn=9780889464650 |page=250 }}</ref> Austria mencoba merebut kembali wilayah [[Silesia]], kalah dalam [[Perang Penerus Austria]] delapan tahun sebelumnya, namun wilayah itu tetap berada di tangan Prusia.
[[Perang Tujuh Tahun]] antara Prusia dan Austria berlangsung dari tahun 1756 hingga 1763 dan berakhir dengan ''status quo ante bellum.''<ref>{{cite book |last=Schweizer |first=Karl W.|title=England, Prussia, and the Seven Years War: Studies in Alliance Policies and Diplomacy|url=https://books.google.com/books?id=rfacoIz38n0C&pg=PA250|year=1989 |publisher=Edwin Mellen Press |isbn=9780889464650 |page=250 }}</ref> Austria mencoba merebut kembali wilayah [[Silesia]], kalah dalam [[Perang Penerus Austria]] delapan tahun sebelumnya, namun wilayah itu tetap berada di tangan Prusia.

=== Perang tahun 1812 ===
Another example of a war that ended ''status quo ante bellum'' is the [[War of 1812]] between the United States and the [[United Kingdom of Great Britain and Ireland|United Kingdom]], which was concluded with the [[Treaty of Ghent]] in 1814.<ref>{{cite web|url=https://www.pbs.org/wned/war-of-1812/essays/american-perspective/|title=An American Perspective on the War of 1812|author=Donald Hickey|publisher=PBS|accessdate=January 28, 2013}}</ref> During negotiations, British diplomats had suggested ending the war ''[[uti possidetis]]'',<ref>{{cite web|url=https://www.pbs.org/wned/war-of-1812/essays/treaty-ghent//|title=Treaty of Ghent: War of 1812|publisher=''PBS''|accessdate=January 28, 2013}}</ref> While American diplomats also demanded cession from Canada,<ref>carl benn the war of 1812 pg82</ref> the final treaty, due in large part to pressure from the British government to secure peace early left neither gains nor losses in land for the United States or the United Kingdom's [[British North America|Canadian colonies]].


== Lihat juga ==
== Lihat juga ==

Revisi per 15 Oktober 2018 08.53

Istilah status quo ante bellum (sering disingkat menjadi status quo ante) adalah sebuah frasa bahasa Latin yang berarti "keadaan sebagaimana adanya sebelum perang".[1]

Istilah ini awalnya digunakan dalam perjanjian internasional untuk mengacu pada penarikan pasukan musuh dan pemulihan kepemimpinan sebelum perang. Ketika digunakan sedemikian, hal tersebut berarti bahwa tidak ada pihak yang memperoleh tambahan atau kehilangan wilayah atau hak-hak ekonomi dan politik. Ini berlawanan dengan uti possidetis, di mana masing-masing pihak mempertahankan wilayah apa pun dan properti lain yang dikuasainya pada akhir perang.

Istilah ini telah digeneralisasikan untuk membentuk frasa status quo dan status quo ante. Di luar konteks ini, istilah antebellum adalah, di Amerika Serikat, biasanya dikaitkan dengan periode sebelum Perang Saudara Amerika, sementara di Eropa dan tempat lain dengan periode sebelum Perang Dunia I.

Contoh historis

Contoh awal adalah traktat yang mengakhiri Perang Romawi Timur-Sassaniyah 602-628 antara Kekaisaran Romawi Timur dan Sasaniyah Persia. Persia telah menduduki Asia Kecil, Palestina, dan Mesir. Setelah serangan balasan Romawi yang sukses di Mesopotamia akhirnya mengakhiri perang, integritas perbatasan timur Romawi seperti sebelum tahun 602 dipulihkan sepenuhnya. Kedua kekaisaran kehabisan tenaga setelah perang ini, dan tidak satu pun yang siap untuk mempertahankan diri ketika pasukan Islam muncul dari Jazirah Arab pada tahun 632.

Contoh lain adalah Perang Etiopia-Adal abad ke-16 antara Kesultanan Adal Muslim dan Kekaisaran Etiopia Kristen yang berakhir dengan jalan buntu. Kedua kekaisaran kehabisan tenaga setelah perang ini, dan tidak satu pun yang siap untuk mempertahankan diri melawan Migrasi Oromo kaum pagan.[2]

Perang Tujuh Tahun

Perang Tujuh Tahun antara Prusia dan Austria berlangsung dari tahun 1756 hingga 1763 dan berakhir dengan status quo ante bellum.[3] Austria mencoba merebut kembali wilayah Silesia, kalah dalam Perang Penerus Austria delapan tahun sebelumnya, namun wilayah itu tetap berada di tangan Prusia.

Perang tahun 1812

Another example of a war that ended status quo ante bellum is the War of 1812 between the United States and the United Kingdom, which was concluded with the Treaty of Ghent in 1814.[4] During negotiations, British diplomats had suggested ending the war uti possidetis,[5] While American diplomats also demanded cession from Canada,[6] the final treaty, due in large part to pressure from the British government to secure peace early left neither gains nor losses in land for the United States or the United Kingdom's Canadian colonies.

Lihat juga

Referensi

  1. ^ "status quo ante bellum". Merriam-Webster Online. Diakses tanggal January 28, 2013. 
  2. ^ Gikes, Patrick (2002). "Wars in the Horn of Africa and the dismantling of the Somali State". African Studies. University of Lisbon. 2: 89–102. Diakses tanggal 7 November 2016. 
  3. ^ Schweizer, Karl W. (1989). England, Prussia, and the Seven Years War: Studies in Alliance Policies and Diplomacy. Edwin Mellen Press. hlm. 250. ISBN 9780889464650. 
  4. ^ Donald Hickey. "An American Perspective on the War of 1812". PBS. Diakses tanggal January 28, 2013. 
  5. ^ "Treaty of Ghent: War of 1812". PBS. Diakses tanggal January 28, 2013. 
  6. ^ carl benn the war of 1812 pg82