Kerajaan Kusan: Perbedaan antara revisi
Alamnirvana (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Alamnirvana (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 12: | Baris 12: | ||
|publisher=HMSO |
|publisher=HMSO |
||
|year=1869}}</ref> |
|year=1869}}</ref> |
||
Pada tahun [[1855]], daerah ini dinamakan Tanah Boemboe yang terdiri ''rijk van Pagattan, Koessan, Batoe-Litjin, Laut-poeloe, Bangkalaan, Tjingal, Menoenggoel, Tjantong, Sampanahan, Boentar-Laut en Sabamban.''.<ref>{{nl}} {{cite book |
|||
|pages=242 |
|||
|url=https://books.google.co.id/books?id=0GM-AAAAcAAJ&pg=PA242&dq=Het+rijk+van+Pagattan,+Koessan,+Batoe-Litjin,+Laut-poeloe,+Bangkalaan,+Tjingal,+Menoeggoel,+Tjantong,+Sampanahan,+Poentar-Laut+en+Sabamhan.&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjXiMyzndvdAhWL6Y8KHZI5DCoQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Het%20rijk%20van%20Pagattan%2C%20Koessan%2C%20Batoe-Litjin%2C%20Laut-poeloe%2C%20Bangkalaan%2C%20Tjingal%2C%20Menoeggoel%2C%20Tjantong%2C%20Sampanahan%2C%20Poentar-Laut%20en%20Sabamhan.&f=false |
|||
|title=Bydragen tot de kennis van verschillende overzeesche landen, volken, enz |
|||
|volume=1 |
|||
|author=J. B. J Van Doren |
|||
|publisher=J. D. Sybrandi |
|||
|year=1860}}</ref> |
|||
Sejak tahun 1855 Landschap Koesan memiliki Pulau Laut sebagai bagian wilayahnya.<ref name="Veth">{{nl}} {{cite book |
Sejak tahun 1855 Landschap Koesan memiliki Pulau Laut sebagai bagian wilayahnya.<ref name="Veth">{{nl}} {{cite book |
Revisi per 27 September 2018 12.59
Kerajaan Kepangeranan Kusan (berdiri 1786), setelah bergabung dengan Hindia Belanda disebut Landschap Kusan adalah Landschap Landschap Koesan adalah salah satu kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Tanah Kusan atau daerah aliran sungai Kusan, dan Sela Selilau di kecamatan Karang Bintang, Tanah Bumbu. Wilayah ini sekarang termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Wilayah Tanah Kusan bertetangga dengan wilayah kerajaan Tanah Bumbu (yang terdiri atas negeri-negeri: Batu Licin, Cantung, Buntar Laut, Bangkalaan, Tjingal, Manunggul, Sampanahan). Di dalam wilayah Tanah Kusan tersebut juga terdapat Kerajaan Pagatan. Wilayah ini semula merupakan sebagian dari wilayah Kesultanan Banjar yang diserahkan oleh Sunan Nata Alam kepada VOC-Belanda pada 13 Agustus 1878.
Landschap Koesan terletak di subdivisi bagian timur Kalimantan. Subdivisi Timur mengelola urusan Kerajaan Tanah Bumbu, Pasir, Kutai, Sambaliung, Gunung Tabur, dan Bulungan, dan kabupaten Tidung dan Kusan, yang, sejak tahun 1845, juga memiliki Batu Licin dan Pulau Laut.[1]
Pada tahun 1855, daerah ini dinamakan Tanah Boemboe yang terdiri rijk van Pagattan, Koessan, Batoe-Litjin, Laut-poeloe, Bangkalaan, Tjingal, Menoenggoel, Tjantong, Sampanahan, Boentar-Laut en Sabamban..[2]
Sejak tahun 1855 Landschap Koesan memiliki Pulau Laut sebagai bagian wilayahnya.[3]
“ | Koesan, landschap in Borneo's Zuid- en Oosterafdeeling, grenzende ten Westen aan het voormalig rijk Bandjermasin, ten Zuid-Westen aan Tanah Laut, ten Zuid-Oosten aan zee, ten Oosten aan de straat die Poeloe Laut van den vasten wal scheidt en ten Noorden aan Tanah Boemboe. Het beslaat eene oppervlakte van 73.7 vierkante geographische mijlen, en is verdeeld in verscheidene distrikten, waarvan Koesan, Sela, Selillau en Tamoeni de voornaamste zijn. Onder dit landschap behoort Batoe Litjin en sedert 1855 Poeloe Laut. Het wordt door eenen Mohammedaanschen Pangeran bestuurd en het grootste gedeelte der bevolking, welke op ongeveer 1,600 zielen geschat wordt, is Mohammedaansch.
In Sela, Selillau cn Tamoeni worden goudmijnen gevonden en in de heuvelstreken zijn uitgestrekte en rijke diamantmijnen. Kuituur bestaat er niet; de bodem is bedekt met bosschen van ijzerhout en rotan, die overvloed van *as, honig en damar opleveren. De meeste levensbehoeften moeten van Pagatan worden aangebragt. De rivier van Koesan heeft harén oorsprong op den berg Happarie, is aanzienlijk, en valt in eene noord-westwaartsche rigting in de straat van Poeloe Laut.te |
” |
“ | Koesan, lansekap di bagian Selatan dan Timur Kalimantan, berbatasan dengan Barat di bekas kekaisaran Bandjermasin, barat daya di Tanah Laut, tenggara di tepi laut, timur di jalan Poeloe Laut dari daratan memisahkan dan ke utara ke Tanah Boemboe. Ini mencakup area seluas 73,7 mil persegi geografis, dan dibagi menjadi beberapa distrik, dimana Kusan, Sela, Selillau dan Tamoeni adalah yang paling penting. Di bawah lanskap ini Batoe Litjin dan sejak 1855 Poeloe Laut. Ini diperintah oleh Pangeran beragama Islam dan bagian terbesar dari populasi, diperkirakan sekitar 1.600 jiwa, adalah Mohammedan (Muslim).
Di Sela, Selillau dan Tamoeni, tambang emas ditemukan dan di perbukitan ada tambang berlian yang luas dan kaya. Tidak ada budaya; bagian bawah ditutupi dengan kayu dari kayu ulin dan rotan, yang menghasilkan kelimpahan abu, madu dan damar. Sebagian besar kebutuhan hidup harus dibawa dari Pagatan. Sungai Kusan berasal dari gunung Happarie, cukup besar, dan jatuh ke arah barat laut di jalan Poeloe Laut. |
” |
Kerajaan Kusan pada mulanya didirikan Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah, keturunan dari Sultan Kuning (Hamidullah), Sultan Banjar. Kerajaan Kusan lebih dulu berdiri sebelum Kerajaan Pagatan. Pada tahun 1832, Pangeran Haji Musa menjadi Raja Bangkalaan dan Raja Batulicin[4] merupakan ipar dari Sultan Adam, Sultan Banjarmasin. Pada tahun 1840, Pangeran Muhammad Nafis putera Pangeran Haji Musa sebagai Raja Kusan.
Penguasa kerajaan Kusan bergelar Pangeran (bukan Sultan), Belanda menyebutnya de Pangeran van Koessan[5].
Kampung-kampung
Kampung-kampung di Kerajaan Kusan :
- Selimoeran
- Setioeng
- Lienoe Troena
- Lassong
- Bedawangan (Praboekarta)
- Penghiangan
- Antasan
- Koentoer bintang
- Tangga bidadari
- Pinang Malingan
- Pinang Sekajoe
Sejarah
Pangeran Amir salah seorang putera Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Kuning (Hamidullah), Sultan Banjar antara tahun 1759-1761. Ketika Sultan Muhammad mangkat, ketiga anak-anaknya masih belum dewasa. Sepeninggal Sultan Muhammad kekuasaan kerajaan kembali dipegang oleh pamannya sekaligus mertuanya Sultan Tamjidullah I yang sebelumnya sudah pernah menjadi Penjabat Sultan sebelum pemerintahan Sultan Muhammad, tetapi dijalankan anak Tamjidullah I yaitu Pangeran Nata. Ketiga anak Sultan Muhammad yaitu Pangeran Abdullah, Pangeran Rahmat dan Pangeran Amir. Pangeran Abdullah dan Pangeran Rahmat tewas karena dicekik. Pangeran Amir yang merasa terancam keselamatannya, berusaha menghindar dengan berpura-pura hendak naik haji, tetapi perahu tidak diarahkan menuju Mekkah tetapi ke arah negeri Tanah Bumbu di Kalimantan Tenggara mendatangi saudara ibunya yaitu Ratu Intan I yang jadi penguasa di Cantung dan Batu Licin. Ratu Intan I adalah anak Ratu Mas binti Pangeran Dipati Tuha. Ratu Intan I menikah dengan Sultan Pasir, Sultan Dipati Anom Alamsyah Aji Dipati (1768-1799). Dengan dukungan bibinya Pangeran Amir mendirikan kerajaan Kusan dan menjadi Raja Kusan I.
Tetapi kemudian pemerintah pusat yaitu penguasa Kerajaan Kayu Tangi (Kesultanan Banjar) yang dikuasai dinasti Tamjidullah I yaitu Panembahan Batu (Pangeran Nata bin Tamjidullah I) juga mengakui La Pangewa sebagai Raja Pagatan I, di kawasan yang sama. La Pangewa, pemimpin suku Bugis Pagatan adalah sekutu Panembahan Batu. La Pangewa (Kapitan Laut Pulo) dengan pasukan suku Bugis-Pagatan akhirnya berhasil mengusir Pangeran Amir hingga ke Kuala Biaju (sekarang Kuala Kapuas).
Pangeran Amir yang merupakan cucu Sultan Kuning berusaha menuntut tahta Kesultanan Banjar dengan dukungan Ratu Intan I dengan pasukan Bugis-Paser menyerang pelabuhan Tabonio di Kesultanan Banjar akhirnya tertangkap VOC yang sudah mengikat perjanjian dengan Panembahan Batu. Pangeran Amir tertangkap pada 14 Mei 1787, kemudian diasingkan ke Srilangka. Pangeran Amir merupakan kakek dari Pangeran Antasari (Pahlawan Nasional), kelak Pangeran Antasari menjadi Panembahan (Raja Banjar) pasca diasingkannya ke pulau Jawa tiga Pangeran penerus Dinasti Tamjidullah I, sehingga kepemimpinan Kesultanan Banjar kembali ke tangan keturunan Sultan Kuning.
Dengan diusirnya Pangeran Amir maka pemerintahan kerajaan Kusan kemudian beralih kepada keturunan Panembahan Batu dari dinasti Tamjidullah I yaitu dilanjutkan oleh Pangeran Musa bin Sultan Sulaiman menjadi Raja Kusan II. Raja-raja Kusan merupakan trah Sultan Sulaiman dari Banjar. Ketika pemerintahan raja ke-4, Pangeran Jaya Sumitra, pusat kerajaan dipindahkan ke daerah Sigam, Pulau Laut. Pangeran Jaya Sumitra kemudian bergelar Raja Pulau Laut I dan Batu Licin II. Wilayah kerajaan Kusan yang ditinggalkan ini digabung ke dalam kerajaan Pagatan sehingga Raja Kusan selanjutnya dipegang oleh Raja Pagatan. Federasi kedua negeri ini kemudian disebut kerajaan Pagatan dan Kusan.
Raja Kusan[6][7]
- Raja Kusan I : Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah (1786)
- Raja Kusan II : Pangeran Aji Musa bin Pangeran Aji Muhammad sebagai raja Bangkalaan, Batulicin, Kusan (1830-1840).[8] Pangeran Aji Musa meninggal pada bulan Januari 1840.[9]
- Raja Kusan III : Pangeran Muhammad Nafis bin Pangeran Aji Musa Raja Bangkalaan(1840-1845), mangkubumi Gusti Jamaluddin, berkedudukan di negeri Kusan sendiri.
- Raja Kusan V : Pangeran Jaya Sumitra bin Pangeran Aji Musa (sejak 1845), sebagai mangkubumi Pangeran Abdul Kadir, berkedudukan di negeri Kusan sendiri. Pangeran Jaya Sumitra pindah kampung Salino di pulau Laut dan menjadi Raja Pulau Laut I.
- Pangeran Abdul Khadir (Raja Sigam) bin Pangeran Aji Musa, Raja negeri Kusan, Batulicin & Pulau Laut.[10][11] Belakangan negeri Kusan diserahkan kepada Raja Pagatan.
- La Paliweng Arung Abdul Rahim, Raja negeri Pagatan dan Kusan
- Ratu Arung Daeng Makau atau Ratu Senggeng[12][13][14][15]
SULTAN BANJAR
KEPANGERANAN KUSAN
Raja Kusan 2, Raja Batulicin 2 dan Raja Bangkalaan 6 (1830-1840)
Raja Kusan 3 dan Raja Batulicin
Raja Kusan 4 dan Raja Pulau Laut 1(1850-1861)[17]
Raja Kusan 5, Raja Batulicin, dan Raja Pulau Laut 2 (10 April 1845-1861)
|
SULTAN BANJAR
ARUNG PAGATAN
|
- Raja Arung Abd al-Karim (1855-1871) [anak]
- Raja Arung Abd al-Dżabbar (1871-1875; regencja 1871-1875) [saudara lelaki]
- Ratu Arung Daeng Mengkau (Makau) (1875-1883) [saudara perempuan]
- Sjarif Taha dengan Batulicin (regent 1883-1885) [menantu Abd a-Rahima II]
- Pangeran Mangkoe Boemi Daëng Machmoed (regent 1885-1893) [anak Mengkau]
- Raja Arung Abd al-Rahim II Andi Sallo (1893-1908) [saudara lelaki]
- Kerapatan (regent) (1908-1912)
Pangeran Jaya Sumitra
Pangeran Djaja Soemitra adalah anak dari pangeran M. Nafis dan menjadi Raja Kusan IV tahun 1840-1850, kemudian ia pindah ke Kampoeng Malino dan menjadi Raja Pulau Laut I pada tahun 1850-1861
Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe
Kerajaan Kusan merupakan salah satu daerah leenplichtige landschappen dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178.
Lihat pula
- Kecamatan Kusan Hulu, Tanah Bumbu
- Kecamatan Kusan Hulu, Tanah Bumbu
Pranala luar
- (Indonesia) Silsilah Pangeran Amir bin Sultan Muhammad
- (Indonesia) Silsilah Raja Kusan
- (Indonesia) Silsilah Ratu Intan I
Catatan kaki
- ^ (Inggris)Great Britain, House of Commons (1869). House of Commons papers. 61. HMSO.
- ^ (Belanda) J. B. J Van Doren (1860). Bydragen tot de kennis van verschillende overzeesche landen, volken, enz. 1. J. D. Sybrandi. hlm. 242.
- ^ (Belanda) Veth, Pieter Johannes (1869). Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie: bewerkt naar de jongste en beste berigten. 3. P. N. van Kampen.
- ^ Pangeran Haji Musa
- ^ (Belanda) Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën, Jilid 13, 1853
- ^ Truhart P., Regents of Nations. Systematic Chronology of States and Their Political Representatives in Past and Present. A Biographical Reference Book, Part 3: Asia & Pacific Oceania, München 2003, s. 1245-1257, ISBN 3-598-21545-2.
- ^ Administrative sub-divisions in Dutch Borneo, ca 1879
- ^ (Belanda) Willem Adriaan Rees, De bandjermasinsche krijg van 1859-1863, Volume 2, D. A. Thieme, 1865
- ^ (Belanda) Philippus Pieter Roorda van Eysinga, Beknopte Maleische spraakkunst en chrestomathie met Italiaansch en Arabisch karakter: benevens een volledig hoog en laag Maleisch en Nederduitsch woordenboek met Italiaansch karakter, Broese & comp., 1839
- ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 31. Lands Drukkery. hlm. 134.
- ^ (Belanda) Verhandelingen en berigten betrekkelijk het zeewezen en de zeevaartkunde, Volume 13, 1853
- ^ Utrechtsche bijdragen tot de geschiedenis, het staatsrecht en de economie van Nederlandsch-Indië, Volume 14
- ^ De Indische gids, Volume 17,Masalah 1, 1895
- ^ Tijdschrift voor Nederlandsch Indië, Ter Lands-drukkerij, 1883
- ^ Truhart P., Regents of Nations. Systematic Chronology of States and Their Political Representatives in Past and Present. A Biographical Reference Book, Part 3: Asia & Pacific Oceania, München 2003, s. 1245-1257, ISBN 3-598-21545-2.
- ^ http://julakbungsu.blogspot.com/2013/11/kerajaan-kusan-dan-kerajaan-pagatan.html
- ^ http://www.bappeda-kotabaru.info/umum/96/
- ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1862). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 35. Lands Drukkery. hlm. 152.