Kitab Ester: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 30: Baris 30:


== Istana raja ==
== Istana raja ==
Kerajaan Persia sangat luas, jadi raja mempunyai istana di semua tiga kota terbesar. Pada waktu kisah ini, raja tinggal di kota Susan. Istana raja yang di Susan itu sangat luas. Kompleks istana dibangun di atas tanah yang tinggi/berbukit yang sedikit jauh dari kota Susan dan dikelilingi [[benteng]]. Kompleks istana, atau “benteng istana” itu (lihat {{Alkitab|Ester 1:2, 5; 2:3, 5, 8; 3:15; 8:14; 9:6, 11, 12}}) sekitar 120 [[hektar]] luasnya. Ribuan pelayan, pejabat, tentara, dan orang lain tinggal di dalam kompleks istana itu.
Kerajaan Persia sangat luas, jadi raja mempunyai istana di semua tiga kota terbesar. Pada waktu kisah ini, raja tinggal di [[Susan (kota)|kota Susan]]. Istana raja yang di Susan itu sangat luas. Kompleks istana dibangun di atas tanah yang tinggi/berbukit yang sedikit jauh dari kota Susan dan dikelilingi [[benteng]]. Kompleks istana, atau “benteng istana” itu (lihat {{Alkitab|Ester 1:2, 5; 2:3, 5, 8; 3:15; 8:14; 9:6, 11, 12}}) sekitar 120 [[hektar]] luasnya. Ribuan pelayan, pejabat, tentara, dan orang lain tinggal di dalam kompleks istana itu.


Banyak pelayanan raja ada [[sida-sida]] ([[kasim]]), yaitu, orang laki-laki yang sudah dikebiri. Orang sida-sida dihargai karena dikenal sebagai orang yang sangat setia. Sida-sida khusus dipercayai menjaga istri-istri ([[gundik]]) raja. Tidak ada laki-laki lain yang diizinkan masuk ke rumah para wanita itu.
Banyak pelayanan raja ada [[sida-sida]] ([[kasim]]), yaitu, orang laki-laki yang sudah dikebiri. Orang sida-sida dihargai karena dikenal sebagai orang yang sangat setia. Sida-sida khusus dipercayai menjaga istri-istri ([[gundik]]) raja. Tidak ada laki-laki lain yang diizinkan masuk ke rumah para wanita itu.


Raja mempunyai kuasa total. Apa yang dia ucapkan, itu menjadi [[titah]], atau perintah yang harus ditaati. Tidak ada seorang pun yang dapat menghadap raja kecuali raja sendiri memanggil. Kalau ada orang yang masuk tanpa izin, orang itu dihukum mati. Namun ada satu kekecualian: kalau ada orang yang menghadap raja dan raja mengulurkan tongkat emas, lambang kekuasaan, baru orang itu dapat maju dan menghadap raja.
Raja mempunyai kuasa total. Apa yang dia ucapkan, itu menjadi titah, atau perintah yang harus ditaati. Tidak ada seorang pun yang dapat menghadap raja kecuali raja sendiri memanggil. Kalau ada orang yang masuk tanpa izin, orang itu dihukum mati. Namun ada satu kekecualian: kalau ada orang yang menghadap raja dan raja mengulurkan tongkat emas, lambang kekuasaan, baru orang itu dapat maju dan menghadap raja.


== Nama Allah ==
== Nama Allah ==

Revisi per 6 Juni 2018 15.57

Ester dan Mordekhai, oleh Aert de Gelder

Kitab Ester adalah bagian dari Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, yang termasuk golongan kitab-kitab Ketuvim. Berisi riwayat orang Yahudi pada zaman kerajaan Persia pada abad ke-5 SM, yang kemudian memulai hari raya Purim yang diperingati sampai sekarang. Kitab ini ditulis dalam bentuk melodrama.[1] Kitab ini dibacakan pada perayaan Purim (sekitar bulan Maret)[2] Dalam kitab ini nama Allah ataupun nama YHWH tidak disebutkan.[3] Namun, itu tidak berarti bahwa tidak ada pimpinan Tuhan di dalam kitab ini (lihat bagian "Nama Allah"). Kejadian yang ada di dalam kitab ini berlokasi di Susa, ibukota Persia, pada musim dingin.[4] Kemungkinan besar kitab ini ditulis di Persia setelah abad ke 5 SM.

Kitab ini menceritakan perkawinan seorang perempuan Israel yang bernama Hadasa anak Abihail (mengganti namanya dengan nama Persia, Ester) dengan raja Ahasyweros. Ester terpilih menjadi seorang permaisuri menggantikan ratu Wasti yang dipecat karena berani membantah perintah dan mempermalukan raja Ahasyweros di hadapan tamu-tamunya. Ester kemudian menjadi permaisuri di Kerajaan Persia. Suatu ketika muncullah masalah ketika Haman, seorang pejabat tinggi yang baru saja dinaikkan pangkatnya membuat ulah. Haman mengeluarkan perintah agar semua orang berlutut dan sujud kepadanya setiap kali ia lewat. Perintah ini memberatkan orang Yahudi yang karena agamanya hanya bersedia sujud kepada Tuhan. Salah seorang Yahudi yang terkenal berani berbuat demikian adalah Mordekhai, saudara sepupu Ester. Haman sangat murka menyaksikan pembangkangan ini. Ia menyusun muslihat untuk memusnahkan orang Yahudi. Namun berkat pertolongan Ester, bangsa Yahudi berhasil selamat dari rancangan itu. Bahkan akhirnya justru Haman sendiri yang menemui ajalnya di tiang gantungan.[3]

Isi

Bagian awal dari gulungan yang bertulisan tangan dari Kitab Ester, dengan tongkat penunjuk bacaan.

Kitab Ester adalah kisah tentang orang Yahudi yang tinggal di kerajaan Persia dulu pada waktu Raja Ahasyweros (memerintah tahun 485-465 SM). Mereka diselamatkan waktu ada rencana memusnahkan mereka. Peristiwa dalam kisah ini terjadi di kota Susan, salah satu kota penting di kerajaan Persia. Orang Yahudi yang tinggal di situ dan di beberapa daerah lain di kerajaan itu, adalah keturunan dari orang Yahudi yang dibuang ke Babilon beberapa tahun sebelumnya. Waktu orang Yahudi itu mendapat kesempatan untuk kembali ke tanah asal mereka, beberapa dari mereka memilih untuk tinggal di Babilon. Sesudah itu, Babilon menjadi bagian dari kerajaan Persia. Orang Yahudi tidak bercampur baur dengan suku lain di kerajaan itu dan mempertahankan adat, budaya, dan agama mereka. Karena itu, banyak orang lain membenci mereka.

Kisah ini menceritakan seorang pejabat Persia yang bernama Haman menjadi marah dengan seorang Yahudi yang bernama Mordekhai. Akibatnya, Haman membuat rencana membunuh semua orang Yahudi yang tinggal di kerajaan itu. Tuhan menyelamatkan orang Yahudi melalui seorang wanita Yahudi yang dipilih oleh Raja Ahasyweros menjadi istrinya dan ratu baru. Nama wanita itu adalah Ester anak Abihail. Pada akhir kisah ini, Haman dibunuh dan orang Yahudi diselamatkan, musuh mereka dimusnahkan dan Mordekhai menjadi pejabat tertinggi di kerajaan itu, hanya raja sendiri yang lebih tinggi. Semua orang Yahudi di seluruh kerajaan Persia merayakan keselamatan yang ajaib itu. Sampai sekarang orang Yahudi masih merayakan peristiwa ini tiap tahun pada Hari Raya Purim. Purim jatuh sekitar satu bulan sebelum Paskah Yahudi. Tiap kali orang Yahudi disiksa dan dianiaya, kisah Ester ini memberi orang Yahudi harapan bahwa Tuhan akan menyelamatkan mereka lagi.

Penulis dan tanggal

Gulungan kitab Ester (Megillah)

Tidak diketahui siapa yang menulis Kitab Ester ini, tetapi diperkirakan seorang Yahudi yang tinggal di kerajaan Persia, karena jelas si penulis itu tahu adat dan kebiasaan Persia; dan tidak disebut sama sekali tentang tanah Yudea atau kota Yerusalem. Paling cepat kitab ini ditulis sekitar tahun 460 SM, tidak lama sesudah peristiwa-peristiwa ini terjadi.

Waktu

Peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam kitab ini menurut perkiraan para sejarawan terjadi antara tahun 482 SM - 473 SM.[5] Orang Yahudi kembali dari pembuangan di Babel ke Yerusalem pada tahun 536 SM. Kemudian di bawah pimpinan gubernur Zerubabel dan Imam Besar Yesua Bait Suci dibangun kembali di Yerusalem (536-516 SM; selama 20 tahun). Ester menjadi ratu pada tahun 478 SM dan menyelamatkan orang Yahudi dari pemusnahan pada tahun 473 SM. Jadi Ester muncul sekitar 40 tahun setelah Bait Suci selesai dibangun kembali dan sekitar 30 tahun sebelum tembok Yerusalem dibangun kembali.[5]

Latar belakang

Perjamuan antara Haman, Ester, dan Raja Ahasyweros oleh Rembrandt (1660)

Pada waktu peristiwa dalam kisah ini terjadi, kerajaan Persia cukup besar dan kuat. Kerajaan itu meliputi semua tanah dari India di bagian timur sampai daerah Etiopia/Sudan di bagian barat Kerajaan itu dibagi 127 provinsi atau wilayah. Memang perlu banyak pejabat dan petugas pemerintah untuk mengurus daerah yang begitu luas. Dalam Kitab Ester pejabat itu diberi beberapa jabatan: misalnya pembesar, pegawai, bangsawan, biduanda, sida-sida.

Waktu raja ingin mengeluarkan perintah atau titah untuk seluruh kerajaan titah itu ditulis di kertas yang panjang. Kertas itu digulung dan ujungnya ditutup dengan lilin yang meleleh. Kemudian raja memasang segelnya, yaitu dia menekan lilin yang masih lembek itu dengan cincin yang khusus yang dia selalu pakai. Pola cincin itu tertinggal di lilin dan menjadi tanda bahwa raja yang mensahkan surat itu. Segel raja itu adalah seperti tanda tangan yang dipakai di dokumen dan surat sekarang. Kalau raja memberi cincin itu kepada orang lain, berarti orang itu juga bisa mengeluarkan titah apa saja dengan kuasa raja. Sesudah perintah atau titah ditulis, langsung diterjemahkan ke dalam semua bahasa yang dipakai oleh semua suku-suku yang ada di kerajaan itu. Beberapa bahasa itu memakai abjad sendiri, jadi titah itu ditulis menurut abjad tiap bahasa. Lalu pesuruh naik kuda dan membawa terjemahan titah itu ke setiap wilayah kerajaan. Kalau raja sudah mengeluarkan titah, titah itu sama sekali tidak bisa ditarik kembali (Ester 1:18, Ester 8:8).

Berpesta adalah sebagian kehidupan sosial yang penting untuk raja-raja Persia. Raja sering membuat perjamuan atau pesta makan besar untuk pejabatnya dan kadang-kadang juga untuk masyarakat umum. Kalau banyak orang diundang, pesta itu diadakan di luar di taman halaman yang dihiasi khusus untuk pesta itu. Dalam Kitab Ester ada 10 pesta yang disebut. Peristiwa utama dalam kitab ini, yaitu Ratu Wasti menolak perintah raja (Ester 1:12) dan permohonan Ester kepada raja untuk menyelamatkan orang Yahudi (Ester 7:2–4), keduanya terjadi pada waktu pesta.

Istana raja

Kerajaan Persia sangat luas, jadi raja mempunyai istana di semua tiga kota terbesar. Pada waktu kisah ini, raja tinggal di kota Susan. Istana raja yang di Susan itu sangat luas. Kompleks istana dibangun di atas tanah yang tinggi/berbukit yang sedikit jauh dari kota Susan dan dikelilingi benteng. Kompleks istana, atau “benteng istana” itu (lihat Ester 1:2, 5; 2:3, 5, 8; 3:15; 8:14; 9:6, 11, 12) sekitar 120 hektar luasnya. Ribuan pelayan, pejabat, tentara, dan orang lain tinggal di dalam kompleks istana itu.

Banyak pelayanan raja ada sida-sida (kasim), yaitu, orang laki-laki yang sudah dikebiri. Orang sida-sida dihargai karena dikenal sebagai orang yang sangat setia. Sida-sida khusus dipercayai menjaga istri-istri (gundik) raja. Tidak ada laki-laki lain yang diizinkan masuk ke rumah para wanita itu.

Raja mempunyai kuasa total. Apa yang dia ucapkan, itu menjadi titah, atau perintah yang harus ditaati. Tidak ada seorang pun yang dapat menghadap raja kecuali raja sendiri memanggil. Kalau ada orang yang masuk tanpa izin, orang itu dihukum mati. Namun ada satu kekecualian: kalau ada orang yang menghadap raja dan raja mengulurkan tongkat emas, lambang kekuasaan, baru orang itu dapat maju dan menghadap raja.

Nama Allah

Nama TUHAN Allah yaitu YHWH bagi orang Israel tidak ditemukan dalam seluruh Kitab Ester. Namun dalam naskah bahasa Ibrani kuno, terdapat catatan kaki yang disebut Massorah, yang menunjukkan bahwa nama "YHWH" (terdiri dari 4 huruf dalam bahasa Ibrani) tersembunyi dalam 4 ayat di mana 4 huruf itu terpisah pada 4 kata yang berurutan (gaya akrostik (Inggris: "acrostic"). Demikian pula dalam 1 ayat dijumpai nama TUHAN yang lain yaitu "EHYH" (אהיה, eh•yeh] yang berarti "Aku ada"[6] dengan cara yang serupa. Dalam (paling sedikit) 3 naskah kuno ditemukan bahwa huruf-huruf yang membentuk nama YHWH ini ditulis dengan gaya Majuscular (lebih besar dari huruf-huruf lain), sehingga tampak menonjol.[7]

Ayat-ayat yang mengandung nama YHWH adalah:

  1. Ester 1:20
  2. Ester 5:4
  3. Ester 5:13 dan
  4. Ester 7:7.

Sedangkan ayat yang mengandung nama EHYH adalah Ester 7:5.

Fenomena berikut diamati pada 4 ayat yang mengandung nama "YHWH":

  • Dalam setiap kasus, 4 kata yang membentuk nama kudus itu terletak berurutan.
  • Kecuali di pasal 1, kata-kata itu masing-masing membentuk kalimat lengkap.
  • Tidak ada akrostik lain semacam itu di seluruh kitab Ester, kecuali nama EHYH. Akrostik "YHWH" ditemukan juga dalam Mazmur 96 yaitu di ayat Mazmur 96:11.
  • Tidak ada bentuk serupa; setiap pembentukan nama mengikuti aturan yang khusus dan berbeda untuk keempat ayat itu.
  • Setiap pembentukan nama diucapkan oleh orang yang berbeda.
    • Yang pertama oleh Memukan (1:20)
    • Yang kedua oleh Ester (5:4)
    • Yang ketiga oleh Haman (5:13)
    • Yang keempat oleh pengarang kitab (7:7).
  • Dua akrostik yang pertama adalah sepasang, dibentuk dari huruf-huruf awal setiap kata.
  • Dua akrostik yang terakhir juga sepasang, dibentuk dari huruf-huruf akhir setiap kata.
  • Akrostik pertama dan ketiga adalah sepasang, di mana nama YHWH dieja terbalik (dari belakang ke depan)
  • Akrostik kedua dan keempat juga sepasang, di mana nama YHWH dieja sesuai urutan lazimnya.
  • Akrostik pertama dan ketiga (yang dieja terbalik dari belakang) merupakan sepasang, diucapkan oleh orang bukan Yahudi.
  • Akrostik kedua dan keempat (yang dieja dari depan) juga sepasang, diucapkan oleh orang Yahudi.
  • Akrostik pertama dan kedua adalah sepasang, berhubungan dengan ratu dan pesta perjamuan.
  • Akrostik ketiga dan keempat juga sepasang, berhubungan dengan Haman.
  • Akrostik pertama dan keempat adalah sepasang, diucapkan mengenai seorang ratu (Wasti) dan Haman
  • Akrostik kedua dan ketiga juga sepasang, diucapkan oleh seorang ratu (Ester) dan Haman.

Dengan demikian terbentuk struktur:

Nama kudus "YHWH"
urutan dibentuk dari dieja diucapkan oleh berhubungan dengan
1 Huruf awal Dari belakang Memukan (bukan Yahudi) perjamuan dengan ratu (Wasti)
2 Huruf awal Dari depan Ester (Yahudi) perjamuan dengan ratu (Ester)
3 Huruf akhir Dari belakang Haman (bukan Yahudi) Haman
4 Huruf akhir Dari depan pengarang kitab (Yahudi) Haman
  • Menakjubkan bahwa pada 2 kasus di mana nama kudus itu dibentuk dari huruf-huruf awal, kejadian yang dicatat bersifat permulaan pula dan perbuatan Allah segera dimulai. Pada dua kasus di mana nama kudus itu dibentuk dari huruf-huruf akhir, kejadiannya bersifat penutup, segera menuju kepada penggenapan rencana Allah.
  • Demikian pula pada 2 kasus di mana nama kudus itu dieja dari belakang, Allah membalikkan rencana orang-orang bukan Yahudi menjadi perbuatan-Nya, dan pada 2 kasus di mana nama kudus itu dieja dari depan sebagaimana lazimnya, Allah bekerja demi kebaikan umat-Nya, tanpa mereka ketahui.[7]

Struktur

Kitab Ester dalam Alkitab Protestan dibagi menjadi 10 pasal:

  • Pasal 1: 22 ayat
    • 1:1-22 Ratu Wasti dibuang
  • Pasal 2: 23 ayat
    • 2:1-18 = Ester diangkat menjadi ratu
    • 2:19-23 = Mordekhai mengetahui suatu sekongkolan
  • Pasal 3: 15 ayat
    • 3:1-15 = Muslihat Haman untuk memunahkan orang Yahudi
  • Pasal 4: 17 ayat
    • 4:1-17 = Usaha Mordekhai untuk menolong orang Yahudi
  • Pasal 5: 14 ayat
    • 5:1-8 = Ester menghadap raja
    • 5:9-14 = Haman menyuruh mendirikan tiang penyulaan untuk Mordekhai
  • Pasal 6: 14 ayat
    • 6:1-14 = Mordekhai dihormati
  • Pasal 7: 10 ayat
    • 7:1-10 = Haman diadukan oleh Ester dan dihukum mati
  • Pasal 8: 17 ayat
    • 8:1-17 = Perintah raja yang menguntungkan orang Yahudi
  • Pasal 9: 32 ayat
    • 9:1-19 = Tindakan orang Yahudi terhadap musuhnya
    • 9:20-32 = Penetapan hari raya Purim
  • Pasal 10: 3 ayat
    • 10:1-3 = Kebesaran Mordekhai

Tambahan-tambahan pada Kitab Ester

Enam pasal (bab) tambahan tersebar dalam Kitab Ester di Septuaginta, yakni terjemahan Alkitab dalam bahasa Yunani. Hal ini dicatat oleh Hieronimus ketika menyusun Vulgata yang berbahasa Latin. Selain itu, teks Yunani tersebut mengandung banyak perubahan kecil terkait makna teks utamanya. Hieronimus mengenalinya sebagai tambahan yang tidak terdapat dalam Teks Ibrani dan menempatkannya di akhir terjemahan Latin yang dibuatnya sebagai pasal 10:4 – 16:24. Namun beberapa Alkitab Katolik modern berbahasa Inggris mengintegrasikan kembali tambahan-tambahan ini di antara 10 pasal dan mengembalikan urutannya sesuai Septuaginta, seperti halnya Kitab Ester dalam New American Bible.[8]

Kaitan dengan bagian Alkitab yang lain

Pada Alkitab Protestan kitab Ester ditempatkan dalam urutan setelah Kitab Ezra dan Kitab Nehemia. Kitab Nehemia dan Ester mencakup masa sekitar 100 tahun, yaitu antara tahun 536 SM - 432 SM.[5] Ada dua periode utama yang tercatat di dalamnya:

  1. 536-516 SM (20 tahun), yaitu di bawah gubernur Zerubabel dan Imam Besar Yesua, Bait Suci dibangun kembali di Yerusalem setelah sejumlah umat Israel kembali dari pembuangan di Babel (Ezra 3-6). Dalam periode ini bekerja nabi-nabi Hagai dan Zakharia, yang masing-masing tercatat dalam Kitab Hagai dan Kitab Zakharia.[5]
  2. 457-432 SM (25 tahun), yaitu di bawah gubernur Nehemia dan imam Ezra, tembok kota Yerusalem dibangun kembali, dan Yerusalem dipulihkan sebagai kota berbenteng. Dalam periode ini nabi Maleakhi menyampaikan nubuat yang tercatat dalam Kitab Maleakhi.[5]

Kitab Ezra mencatat peristiwa dalam kedua periode ini. Kitab Nehemia mencatat hanya periode kedua. Kitab Ester mencatat peristiwa yang terjadi di antara kedua periode tersebut.[5]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Diane Bergant (ed.). Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. 2002. Yogyakarta. Penerbit:Kanisius.
  2. ^ W.R.F. Browning. Kamus Alkitab. 2008. Jakarta. Penerbit: BPK Gunung Mulia
  3. ^ a b F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987, hal. 621.
  4. ^ W.S. LaSor, Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005. hal. 451.
  5. ^ a b c d e f Henry H. Halley. Halley's Bible Handbook. An abbreviated Bible commentary. (Formerly called "Pocket Bible Handbook") Zondervan Publishing House. Minneapolis, Minnesota. 1964.
  6. ^ Keluaran 3:14
  7. ^ a b Ethelbert William Bullinger. The Companion Bible. Kregel Publications. 1906-1922. Appendix 60.
  8. ^ "Esther: "Missing" Sections? Explanation". Element Christian Church. July 7, 2010. 

Pranala luar

Terjemahan Yahudi

Relikui fisik

Kitab Ester
Didahului oleh:
Pengkhotbah
Alkitab Ibrani Diteruskan oleh:
Daniel
Didahului oleh:
Nehemia
Perjanjian Lama
Protestan
Diteruskan oleh:
Ayub
Didahului oleh:
Yudit
Perjanjian Lama
Katolik Roma
Diteruskan oleh:
1 Makabe
Perjanjian Lama
Ortodoks Timur