Lokomotif C26: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{Infobox Lokomotif |image =C2606.jpg |caption =Lokomotif C2606 |powertype =Uap |serialnumber =C26 |fuel...'
 
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up
Baris 3: Baris 3:
|caption =Lokomotif C2606
|caption =Lokomotif C2606
|powertype =[[Uap]]
|powertype =[[Uap]]
|serialnumber =[[C26]]
|serialnumber =C26
|fueltype =[[Kayu jati]] dan [[Batu Bara]]<br/>
|fueltype =[[Kayu jati]] dan [[Batu Bara]]<br/>
|gauge =1.067 mm
|gauge =1.067 mm
Baris 31: Baris 31:
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, tingkat produktivitas pertanian dan perkebunan di kota Kediri dapat dikatakan cukup besar, banyak tanah yang disewakan untuk menjadi perkebunan tebu, karet, kakao dan kopi. Transportasi kereta api milik perusahaan kereta api swasta Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) menjadi sarana transportasi utama untuk membawa komoditas hasil perkebunan dan komoditas hasil pertanian.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, tingkat produktivitas pertanian dan perkebunan di kota Kediri dapat dikatakan cukup besar, banyak tanah yang disewakan untuk menjadi perkebunan tebu, karet, kakao dan kopi. Transportasi kereta api milik perusahaan kereta api swasta Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) menjadi sarana transportasi utama untuk membawa komoditas hasil perkebunan dan komoditas hasil pertanian.


Pada tahun 1897 – 1900, KSM telah berhasil membangun jalan rel dengan panjang 121 km di kota Kediri dan sekitarnya. Dengan semakin meningkatnya aktifitas ekonomi di kota Kediri dan sekitarnya, KSM menambah sarana lokomotif dengan mendatangkan 10 lokomotif uap C26 dari pabrik Henschel (Jerman) pada tahun 1914 – 1926. Lokomotif ini beroperasi pada rute Kediri – Pare – Jombang (50 km).
Pada tahun 1897 – 1900, KSM telah berhasil membangun jalan rel dengan panjang 121&nbsp;km di kota Kediri dan sekitarnya. Dengan semakin meningkatnya aktifitas ekonomi di kota Kediri dan sekitarnya, KSM menambah sarana lokomotif dengan mendatangkan 10 lokomotif uap C26 dari pabrik Henschel (Jerman) pada tahun 1914 – 1926. Lokomotif ini beroperasi pada rute Kediri – Pare – Jombang (50&nbsp;km).


Lokomotif C26 dengan susunan roda 0-6-0T merupakan lokomotif yang memiliki silinder berdimensi 290 mm X 430 mm pada sisi luar dengan roda penggerak berdiameter 800 mm. Berat keseluruhan 21 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 25 km/jam. Lokomotif C26 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara. Posisi tangki berada di samping dan memiliki kapasitas air sebanyak 1,8 m3.
Lokomotif C26 dengan susunan roda 0-6-0T merupakan lokomotif yang memiliki silinder berdimensi 290&nbsp;mm X 430&nbsp;mm pada sisi luar dengan roda penggerak berdiameter 800&nbsp;mm. Berat keseluruhan 21 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 25&nbsp;km/jam. Lokomotif C26 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara. Posisi tangki berada di samping dan memiliki kapasitas air sebanyak 1,8 m3.


Karena KSM mengalami kesulitan keuangan maka 4 lokomotif C26 dipindah ke kota Madiun untuk melayani rute Madiun – Ponogoro – Slahung (jalan rel milik perusahaan kereta api Staats Spoorwegen) dan 4 lokomotif C26 dipindah ke pulau Madura untuk melayani rute Kamal – Bangkalan (jalan rel milik perusahaan kereta api swasta Madoera Stoomtram Maatschappij).
Karena KSM mengalami kesulitan keuangan maka 4 lokomotif C26 dipindah ke kota Madiun untuk melayani rute Madiun – Ponogoro – Slahung (jalan rel milik perusahaan kereta api Staats Spoorwegen) dan 4 lokomotif C26 dipindah ke pulau Madura untuk melayani rute Kamal – Bangkalan (jalan rel milik perusahaan kereta api swasta Madoera Stoomtram Maatschappij).


Di akhir masa dinasnya, pada tahun 1979, 2 lokomotif C26 (yaitu C26 04 dan C26 09) masih melayani rute Kediri – Pare (24 km). Dari 10 lokomotif C26, saat ini masih tersisa 1 lokomotif C26, yaitu C26 06 (mulai operasional tahun 1921). C26 06 dipajang di dekat stasiun Madiun (Jawa Timur).
Di akhir masa dinasnya, pada tahun 1979, 2 lokomotif C26 (yaitu C26 04 dan C26 09) masih melayani rute Kediri – Pare (24&nbsp;km). Dari 10 lokomotif C26, saat ini masih tersisa 1 lokomotif C26, yaitu C26 06 (mulai operasional tahun 1921). C26 06 dipajang di dekat stasiun Madiun (Jawa Timur).


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 43: Baris 43:


{{DaftarLokomotifIndonesia}}
{{DaftarLokomotifIndonesia}}
{{lokomotif-stub}}


[[Kategori:Lokomotif]]
[[Kategori:Lokomotif]]
[[Kategori:Transportasi rel di Indonesia]]
[[Kategori:Transportasi rel di Indonesia]]


{{lokomotif-stub}}

Revisi per 3 Juni 2018 08.25

Lokomotif C26
Lokomotif C26
Lokomotif C2606
Data teknis
Sumber tenagaUap
ProdusenHenschel, Jerman
Nomor seriC26
Tanggal dibuat1914-1926
Jumlah dibuat10 unit
Spesifikasi roda
Notasi Whyte0-6-0T
Susunan roda AARC
Klasifikasi UICC
Dimensi
Lebar sepur1.067 mm
Diameter roda800 mm
Panjang?? mm
Berat
Berat kosong21 ton
Bahan bakar
Jenis bahan bakarKayu jati dan Batu Bara
Sistem mesin
Ukuran silinder290 mm × 430 mm
Kinerja
Kecepatan maksimum25 km/jam
Daya mesin?? HP
Lain-lain

Lokomotif C26 adalah lokomotif uap buatan pabrik Henschel, Jerman. Lokomotif ini memiliki susunan gandar 0-6-0T dan berat 21 ton. Lokomotif ini dapat menggunakan bahan bakar: kayu jati atau batu bara.

Sejarah [1]

Kota Kediri bagian timur dan kota Kediri bagian barat dipisahkan oleh sungai Brantas. Karena kota Kediri memiliki dataran rendah dan lahan yang subur serta didukung dengan kelembaban udara yang cukup stabil maka kota Kediri cocok untuk pertanian dan perkebunan. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 di pinggiran Sungai Brantas dikuasai oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan perkebunan, khususnya perkebunan tebu dan industri gula. Saat itu, luas lahan untuk pertanian dan perkebunan menjadi bagian terbesar di kota Kediri jika dibandingkan dengan luas lahan untuk perumahan dan yang lainnya.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, tingkat produktivitas pertanian dan perkebunan di kota Kediri dapat dikatakan cukup besar, banyak tanah yang disewakan untuk menjadi perkebunan tebu, karet, kakao dan kopi. Transportasi kereta api milik perusahaan kereta api swasta Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) menjadi sarana transportasi utama untuk membawa komoditas hasil perkebunan dan komoditas hasil pertanian.

Pada tahun 1897 – 1900, KSM telah berhasil membangun jalan rel dengan panjang 121 km di kota Kediri dan sekitarnya. Dengan semakin meningkatnya aktifitas ekonomi di kota Kediri dan sekitarnya, KSM menambah sarana lokomotif dengan mendatangkan 10 lokomotif uap C26 dari pabrik Henschel (Jerman) pada tahun 1914 – 1926. Lokomotif ini beroperasi pada rute Kediri – Pare – Jombang (50 km).

Lokomotif C26 dengan susunan roda 0-6-0T merupakan lokomotif yang memiliki silinder berdimensi 290 mm X 430 mm pada sisi luar dengan roda penggerak berdiameter 800 mm. Berat keseluruhan 21 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 25 km/jam. Lokomotif C26 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara. Posisi tangki berada di samping dan memiliki kapasitas air sebanyak 1,8 m3.

Karena KSM mengalami kesulitan keuangan maka 4 lokomotif C26 dipindah ke kota Madiun untuk melayani rute Madiun – Ponogoro – Slahung (jalan rel milik perusahaan kereta api Staats Spoorwegen) dan 4 lokomotif C26 dipindah ke pulau Madura untuk melayani rute Kamal – Bangkalan (jalan rel milik perusahaan kereta api swasta Madoera Stoomtram Maatschappij).

Di akhir masa dinasnya, pada tahun 1979, 2 lokomotif C26 (yaitu C26 04 dan C26 09) masih melayani rute Kediri – Pare (24 km). Dari 10 lokomotif C26, saat ini masih tersisa 1 lokomotif C26, yaitu C26 06 (mulai operasional tahun 1921). C26 06 dipajang di dekat stasiun Madiun (Jawa Timur).

Referensi