Perang Banjar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Nasrie (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Nasrie (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Baris 11: Baris 11:
|combatant1={{flag|Kerajaan Belanda}}
|combatant1={{flag|Kerajaan Belanda}}
|combatant2=[[File:Banjar Sultanate Flag.svg|22px|link=Kesultanan Banjar|border]] [[Kesultanan Banjar|Kesultanan Banjarmasin]]
|combatant2=[[File:Banjar Sultanate Flag.svg|22px|link=Kesultanan Banjar|border]] [[Kesultanan Banjar|Kesultanan Banjarmasin]]
|commander1=[[Kolonel AJ Andresen]]<br />[[Letnan-Kolonel GM Verspyck]]
|commander1=[[Kolonel AJ Andresen]]<br />[[Gustave Verspyck (1822-1909) |Letnan-Kolonel GM Verspyck]]
|commander2= [[Hidayatullah II dari Banjar|Pangeran Hidayatullah]] {{POW}}<br/>[[Demang Lehman]] {{POW}} <br />[[Amin Ullah]] <br />[[Pangeran Antasari]]
|commander2= [[Hidayatullah II dari Banjar|Pangeran Hidayatullah]] {{POW}}<br/>[[Demang Lehman]] {{POW}} <br />[[Amin Ullah]] <br />[[Pangeran Antasari]]
|strength1=
|strength1=

Revisi per 12 April 2018 18.30

Perang Banjar
Bagian dari Kampanye Militer Kerajaan Belanda

Kapal uap Celebes berperang melawan benteng rakit apung yang disebut Kotamara dikemudikan orang Dayak pada tanggal 6 Agustus 1859 di pulau Kanamit, sungai Barito.
LokasiKesultanan Banjarmasin
Hasil Kemenangan pihak Hindia Belanda
Pihak terlibat
 Kerajaan Belanda Kesultanan Banjarmasin
Tokoh dan pemimpin
Kolonel AJ Andresen
Letnan-Kolonel GM Verspyck
Pangeran Hidayatullah  (POW)
Demang Lehman  (POW)
Amin Ullah
Pangeran Antasari
Rute Operasi Perang
Bagian dari Kampanye Militer Kerajaan Belanda
Naskah peta keadaan dan operasi militer Belanda saat Perang Banjar. Lokasi militer Belanda ditunjukkan dengan adanya bendera Belanda. Angka Romawi, merujuk ke distrik militer, distrik militer yang lebih besar dalam garis merah ganda. Pawai Letnan Kolonel Verspyck melalui hutan ke Bayan Begok.
Lingkup operasiKesultanan Banjar
LokasiKesultanan Banjar
PerencanaKolonel Verspyck
PemimpinKolonel Verspyck
TanggalOktober-November 1862

Perang Banjar (1859-1905)[1][2][3] adalah perang perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda yang terjadi di Kesultanan Banjar yang meliputi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Perang Banjar[4][5][6] berlangsung antara 1859 -1905 (menurut sumber Belanda 1859-1863[7][8]). Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar. Dengan ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan makin bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota, mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1785-1808) dan membunuh semua putra almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris tahta yang selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan pamannya Gusti Kasim (Arung Turawe), tetapi gagal. Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari) akhirnya tertangkap dan dibuang ke Ceylon (kini Sri Langka).[9][10]

Strategi Perang

Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari menggunakan strategi perang gerilya dengan membuat kerajaan baru di pedalaman dan membangun benteng-benteng pertahanan di hutan-hutan. Semangat perlawanan dari persatuan rakyat Banjar dan Dayak diikat dengan relasi kekeluargaan dan kekerabatan melalui ikatan pernikahan. Ikatan tersebut melahirkan status pegustian dan temenggung yang menjadi sarana pemersatu dan solidaritas Banjar-Dayak menghadapi Belanda.[11]

Pangeran Antasari juga menggalang kerja sama dengan Kesultanan Kutai Kertanegara melalui kerabatnya di Tenggarong. Pangeran Antasari menyurati pangeran-pangeran lainnya dari Kutai seperti Pangeran Nata Kusuma, Pangeran Anom, dan Kerta. Mereka semua adalah mata rantai penyelundupan senjata api dari Kutai ke Tanah Dusun (Banjar). Namun, ketika Perang Banjar dilanjutkan oleh keturunan Pangeran Antasari, Sultan Kutai Aji Muhammad Sulaiman tidak merespons positif permintaan bantuan dari Pangeran Perbatasari. Bahkan, Pangeran Perbatasari diserahkan kepada Belanda pada 1885.[11]

Tokoh-tokoh

  • Tokoh rakyat Banjar:
  1. Pangeran Hidayatullah
  2. Pangeran Antasari
  3. Aling
  4. Tumenggung Antaludin - pemimpin benteng Gunung Madang
  5. Tumenggung Surapati
  6. Demang Lehman
  7. Panglima Bukhari
  8. Tumenggung Jalil - pemimpin benteng Tundakan
  9. Panembahan Muhammad Said
  10. Panglima Batur
  11. Panglima Umbung
  12. Panglima Wangkang
  13. Penghulu Muda
  14. Penghulu Rasyid
  15. Penghulu Suhasin
  16. Raden Djaija - Kepala Pulau Petak Hilir
  17. Tagab Obang
  18. Pambakal Sulil - pemimpin perjuangan di sungai Kapuas Murung
  19. Muhammad Seman.
  20. Kiai Suta Kara - pemimpin benteng Martagiri-Tapin
  21. Pangeran Tjitra Kasoema - pemimpin benteng Gunung Jabuk
  22. Kiai Raksapati
  23. Toemenggoong Aria Pattie - Kepala Dusun Hilir)
  24. Ratu Zaleha
  25. Wulan Jihad - pejuang wanita Dayak Kenyah
  26. Tumenggung Gamar
  27. Pangeran Miradipa - gugur dalam pertempuran Paringin
  28. Pangeran Syarif Umar (ipar P. Hidayatullah) - gugur dalam pertempuran Paringin
  29. Tumenggung Naro
  30. Haji Buyasin[12]
  31. Kiai Tjakrawati
  32. Galuh Sarinah - isteri Kiai Tjakrawati
  33. Aji Pangeran Kusumanegara - Raja Cantung-Buntar Laut
  34. Panglima Unggis, dimakamkan di desa Ketapang, Gunung Timang, Barito Utara.
  35. Panglima Sogo, yang turut menenggelamkan kapal Onrust milik Belanda 26 Desember 1859 di Lewu Lutung Tuwur, makamnya di desa Malawaken, Teweh Tengah, Barito Utara.
  36. Panglima Batu Balot (Tumenggung Marha Lahew), panglima wanita yang pernah menyerang Fort Muara Teweh tahun 1864-1865, makamnya di desa Malawaken (Teluk Mayang), Kecamatan Teweh Tengah, Barito Utara.
  37. Dammung Sayu, kepala suku Dayak Maanyan Kampung Magantis
  38. Patih Gangsarmas, kepala suku Dayak Taboyan
  39. Gusti Buasan, pejuang dari desa Marindi, Haruai, Tabalong
  40. Gusti Berakit (Berkek), cucu Pangeran Antasari
  41. Panglima Amir, pejuang suku Aceh
  42. Panglima Usup, pejuang suku Aceh
  43. Pangeran Perbatasari
  44. Pangeran Aminullah, menantu Pangeran Prabu Anom
  45. Antung Durrahman
  46. Gusti Atjil
  47. Kiai Sari Kodaton, Kepala Distrik Margasari
  48. Aluh Idut
  49. Habib Ali, pemimpin Arab Kalimantan Barat
  50. Panglima Mat Narung dari Putussibau
  51. Panglima Wangkang
  52. Tamanggung Awan
  53. Tamanggung Balere
  54. Tamanggung Ecut
  55. Raden Sahidar
  56. Raden Timbang
  57. Panglima Kumis Baja
  58. H.M.Amin
  59. Panglima Bitik Bahe (dari Lanjas),
  60. Damang Luntung (dari Pendreh),
  61. Damang Laju (dari Jingah)
  62. Tamanggung Danom
  63. Tamanggung Angis (dari Montallat)
  64. Raden Joyo
  65. Panglima Inti
  66. Upeng
  67. Tamanggung Jadam (dari Sungai Teweh)
  68. Panglima Bahi
  69. Tamanggung Lawas (dari Sungai Lahei)
  • Tokoh pihak kolonial Belanda :
  1. Augustus Johannes Andresen
  2. George Frederik Willem Borel
  3. Karel Cornelis Bunnik
  4. F.P. Cavaljé
  5. P.P.H. van Ham
  6. Karel van der Heijden
  7. Christiaan Antoon Jeekel
  8. H.L. Kilian
  9. Franz Lodewijk Ferdinand Karel von Pestel
  10. Evert Willem Pfeiffer
  11. Joost Hendrik Romswinckel
  12. Charles de Roy van Zuydewijn
  13. C.E. Uhlenbeck
  14. Gustave Verspijck
  15. Johannes Jacobus Wilhelmus Eliza Verstege
  16. Jacobus Agustinus Vetter
  17. Stephanus Johannes Boers
  18. Pangeran Djaija Pamenang - Regent Martapura
  19. Radhen Adipati Danoe Redjo - Regent Amuntai
  20. Toemenggoeng Nicodemus Djaija Negara - Kepala distrik Pulau Petak
  21. Pangeran Sjarif Hamid - Raja Batulicin
  22. Soeto Ono - Kepala distrik Sihoeng
  23. Toemenggoeng Djaja Kartie - Kepala distrik Patai
  24. Haji Kuwit
  25. Kiai Ranga Nitie
  26. Tumenggung Silam
  27. Demang Sylvanus

Medan Perang

Daerah pertempuran berada di daerah Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah. Termasuk di daerah sungai Barito.

Akhir perang

Setelah Pangeran Hidayatullah tertangkap dan Pangeran Antasari wafat, perjuangan tetap berlanjut yang di pimpin oleh Gusti Mat Seman, Gusti Acil, Gusti Muhammad Arsyad, dan Antung Durrahman. Oleh pemimpin-pemimpin tersebut, rakyat masih bergerilya dengan se-sekali melakukan serangan kepada Belanda sampai awal abad ke-20.

Akibat perang

  • Bidang politik.
  1. Daerah Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda.
  2. Dibubarkannya negara Kesultanan Banjar.
  • Bidang ekonomi

Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah Kalimantan Selatan.

Referensi

  1. ^ menurut diorama di Monas, Perang Banjar berlangsung tahun 1859-1905.
  2. ^ Colonial warfare and indigenous resistance, 1815-1910
  3. ^ (Indonesia) Mayur, Gusti (1979). Perang Banjar. Rapi. hlm. 120. 
  4. ^ (Indonesia) Drs. Tugiyono Ks. Pengetahuan Sosial Sejarah 2. Grasindo. hlm. 37. ISBN 9797323838. ISBN 9789797323837
  5. ^ (Indonesia) Eryadi, S.Pd. Intisari Pengetahuan Sosial Lengkap (IPSL) SMP. Kawan Pustaka. hlm. 278. ISBN 9797570053. ISBN 9789797570057
  6. ^ (Indonesia) Mila Saraswati & Ida Widaningsih. Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial. PT Grafindo Media Pratama. hlm. 34. ISBN 6020000710. ISBN 9786020000718
  7. ^ (Belanda) Everhardus Johannes Potgieter, Johan Theodoor Buijis, Pieter Nicolaas Muller, Hendrik Peter Godfried Quack, Jakob Nikolaas van Hall (1866). De Gids. 30. Stichting de Gids. hlm. 33. 
  8. ^ (Belanda) (1865)De tijdspiegel. Fuhri. hlm. 179. 
  9. ^ (Indonesia)Nasution, Harun (1992). Ensiklopedi Islam Indonesia. 
  10. ^ (Indonesia)SEJARAH Untuk SMP dan MTs. Grasindo. ISBN 979025198X.  ISBN 9789790251984
  11. ^ a b Sjamsuddin, Helius (2001). Pegustian & Temenggung Akar Sosial, Politik, Etnis, dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859–1906. Balai Pustaka & Penerbit Ombak. 
  12. ^ http://kabarbanjarmasin.com/posting/di-mana-kuburan-pahlawan-haji-buyasin.html

Pranala luar