Usmar Ismail: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 125.161.139.30 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot
Tag: Pengembalian
Penggunaaan kata pribumi telah dilarang UU No 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras Dan Etnis.
Baris 15: Baris 15:
}}
}}


'''Usmar Ismail''' ({{lahirmati||20|3|1921||2|1|1971}}) adalah seorang sastrawan dan [[sutradara]] film [[Indonesia]]. Ia dianggap sebagai warga pribumi pelopor [[Sinema Indonesia|perfilman di Indonesia]]. Usmar meninggal dunia karena [[stroke]].
'''Usmar Ismail''' ({{lahirmati||20|3|1921||2|1|1971}}) adalah seorang sastrawan dan [[sutradara]] film [[Indonesia]]. Ia dianggap sebagai warga Indonesia pelopor [[Sinema Indonesia|perfilman di Indonesia]]. Usmar meninggal dunia karena [[stroke]].


== Pendidikan dan Karier<ref>Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 825</ref> ==
== Pendidikan dan Karier<ref>Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 825</ref> ==

Revisi per 20 Maret 2018 04.57

Usmar Ismail
Lahir(1921-03-20)20 Maret 1921
Belanda Bukittinggi, Sumatera Barat, Hindia Belanda
Meninggal2 Januari 1971(1971-01-02) (umur 49)
Indonesia Jakarta, Indonesia[1]
KebangsaanIndonesia
PekerjaanSutradara, produser film, penulis
Tahun aktif1950 - 1970

Usmar Ismail (20 Maret 1921 – 2 Januari 1971) adalah seorang sastrawan dan sutradara film Indonesia. Ia dianggap sebagai warga Indonesia pelopor perfilman di Indonesia. Usmar meninggal dunia karena stroke.

Pendidikan dan Karier[2]

Ia pernah sekolah di HIS, MULO-B, AMS-A II Yogyakarta. Ia memperoleh B.A. di bidang sinematografi dari Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat pada tahun 1952.

Pada masa pendudukan Jepang dia tergabung dalam Pusat Kebudayaan. Pada masa itu pula ia mendirikan dan menjadi ketua Sandiwara Penggemar "Maya" bersama El Hakim, Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, Sudjojono, H.B. Jassin, dll..

Ketika Belanda kembali bersama tentara Sekutu, ia menjadi anggota TNI di Yogyakarta dengan pangkat mayor.

Ia aktif sebagai pengurus lembaga yang berkaitan dengan teater dan film. Ia pernah menjadi ketua Badan Permusyawaratan Kebudayaan Yogyakarta (1946-1948), ketua Serikat Artis Sandiwara Yogyakarta (1946-1948), ketua Akademi Teater Nasional Indonesia, Jakarta (1955-1965), dan ketua Badan Musyawarah Perfilman Nasional (BMPN). BMPN mendorong pemerintah melahirkan "Pola Pembinaan Perfilman Nasional" pada tahun 1967. Ia dikenal sebagai pendiri Perusahaan Film Nasional Indonesia bersama Djamaluddin Malik dan para pengusaha film lainnya. Lalu, ia menjadi ketuanya sejak 1954 sampai 1965.[3]

Dalam bidang keredaksian dan kewartawanan, ia pernah menjadi pendiri dan redaktur Patriot, redaktur majalah Arena, Yogyakarta (1948), "Gelanggang", Jakarta (1966-1967). Ia juga pernah menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (1946-1947).

Ia pernah aktif dalam bidang politik. Ia pernah menjadi ketua umum Lembaga Seniman Muslimin Indonesia (Lesbumi) (1962-1969), anggota Pengurus Besar Nahdatul Ulama (1964-1969), anggota DPRGR/MPRS (1966-1969).

Setelah sempat membantu Andjar Asmara menyutradarai Gadis Desa pada 1949, ia memulai debut penyutradaraan film lewat film Harta Karun. Ia dikenal luas secara internasional setelah menyutradarai film berjudul Pedjuang pada tahun 1961, yang mendokumentasikan kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Film ini ditayangkan dalam Festival Film Internasional Moskwa ke-2, dan menjadi film karya anak negeri pertama yang diputar dalam festival film internasional.[4]

Di luar bidang-bidang tersebut, ia menjadi orang Indonesia pertama yang mendirikan kelab malam, yakni Miraca Sky, di puncak gedung Sarinah pada akhir tahun 1960-an. Selain itu, ia juga pernah menjadi pemimpin PT. Triple T.

Pengaruh

Ketika mempersiapkan Kafedo, Usmar memberi kesempatan dan mendidik anak muda yang berminat dalam penyutradaraan film. Melalui program inilah Nya Abbas Acup masuk ke dunia film. Ia juga dikenal sebagai pencetak bintang. Nurnaningsih dan Indriati Iskak adalah dua contoh orang yang karirnya dilejitkannya.

Darah dan Doa dianggap sebagai film nasional pertama di Indonesia.

Tanggapan Publik[5]

Kritikus film menganggap karya-karyanya, seperti Enam Djam di Jogja dan Dosa Tak Berampun, mengandung ciri Indonesiawi.

Pada masa penayangannya di Metropole Krisis menarik penonton berjubel selama lima minggu.

Anak Perawan di Sarang Penyamun sempat diboikot peredarannya pada tahun 1962.

Penghargaan

Tahun 1962 ia mendapatkan Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno. Pada tahun 1969 ia menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI. Setelah meninggal dia diangkat menjadi Warga Teladan DKI. Namanya diabadikan sebagai pusat perfilman Jakarta, yakni Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.[6] Selain itu, sebuah ruang konser di Jakarta, yakni Usmar Ismail Hall, merupakan tempat pertunjukan opera, musik, dan teater, yang dinamai sesuai namanya.[7]

Karya Tulis[8]

Drama

Mutiara dari Nusa Laut (1943)

Mekar Melati (1945)

Sedih dan Gembira (1950)

Kumpulan Puisi

Puntung Berasap (1950)

Karya lainnya

Pengantar ke Dunia Film

Usmar Ismail Membawa Film (editor J.E. Siahaan) (1983)

Filmografi

Referensi

  1. ^ "Usmar Ismail", IMDb
  2. ^ Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 825
  3. ^ Sinematek Indonesia & Badan Penelitian dan Pengembangan, Penerangan, Departemen Penerangan RI. (1979). Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978. hlm. 521-522
  4. ^ "2nd Moscow International Film Festival (1961)". MIFF. Diakses tanggal 2012-11-09. 
  5. ^ Sinematek Indonesia & Badan Penelitian dan Pengembangan, Penerangan, Departemen Penerangan RI. (1979). Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978. hlm. 521-523
  6. ^ Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 825-826
  7. ^ Usmar Ismail Hall - The First Integrated Cinema & Concert Hall
  8. ^ Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 826

Pranala luar