Bengawan Solo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
MyStori (bicara | kontrib)
MyStori (bicara | kontrib)
Baris 61: Baris 61:


== Ikan Bengawan Solo ==
== Ikan Bengawan Solo ==
[[Berkas:Program PISCES REBORN.JPG|jmpl|Program PISCES telah berhasil melakukan Restocking benih Wader ke Kabupaten Ngawi sebanyak 40.000 ekor pada acara susur sungai Sungai Bengawan Solo Tahun 2016]]
Beberap jenis ikan di sungai Bengawan Solo antara lain:
Beberap jenis ikan di sungai Bengawan Solo antara lain:
* Rengkik (Hemibragus nemurus)
* Rengkik (Hemibragus nemurus)

Revisi per 20 Maret 2018 01.43

Berkas:Bengawan Solo.jpg
Peta Bengawan Solo
Bagian Bengawan Solo di Bojonegoro
Berkas:Bengawan Solo di Kota Cepu, Kabupaten Blora.jpg
Bagian Bengawan Solo di Cepu
Bengawan Solo pada tahun 1860-an (litografi berdasarkan lukisan oleh Abraham Salm)
Peta Lokasi Wilayah Sungai Bengawan Solo

Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa, Indonesia dengan dua hulu sungai yaitu dari daerah Pegunungan Sewu, Wonogiri dan Ponorogo, selanjutnya bermuara di daerah Gresik. "Bengawan" dalam bahasa Jawa berarti "sungai yang besar". Pada masa lalu, sungai ini pernah dinamakan Wuluyu[1], Wulayu, dan Semanggi (dieja Semangy dalam naskah bahasa Belanda abad ke-17)[2].

Wilayah Administratif

Sungai ini panjangnya sekitar 548,53 km dan mengaliri dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kabupaten yang dilalui meliputi tiga bagian yaitu:

Wilayah Administratif Hulu

  1. Wonogiri, Hulu utama pertama (Daerah Tangkapan Air Gajah Mungkur)
  2. Karanganyar
  3. Ponorogo, Hulu utama kedua (Daerah Tangkapan Air Kali Madiun)
  4. Boyolali,
  5. Sragen,
  6. Klaten

Wilayah Administratif Tengah

  1. Sukoharjo,
  2. Solo,
  3. Ngawi,
  4. Madiun,
  5. Magetan,
  6. Blora,
  7. Cepu

Wilayah Administratif Hilir

  1. Bojonegoro,
  2. Tuban,
  3. Lamongan, dan
  4. Gresik [3].[4].

Bagian Sungai

Bengawan Solo Purba

Berkas:Bengawanpurba.jpg
Dahulu aliran sungai Bengawan Solo ini keselatan dan sekarang mengalir ke utara. Perubahan aliran sungai bengawan solo ini diperkirakan terjadi sekitar 2 atau paling tidak sejuta tahun lalu. Coba tengok gambar ini yang menujukkan sungai purba Bengawan Solo yang sudah menjadi sebuah lembah yang berkelok-kelok.

Aliran Bengawan Solo masa kini terbentuk kira-kira empat juta tahun yang lalu. Sebelumnya terdapat aliran sungai yang mengalir ke selatan, diduga dari hulu yang sama dengan sungai yang sekarang. Karena proses pengangkatan geologis akibat desakan lempeng Indo-Australia yang mendesak daratan Jawa, aliran sungai itu beralih ke utara.[5] Pantai Sadeng di bagian tenggara Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai "muara" Bengawan Solo Purba.[6]

Daerah Hulu

Daerah ini mayoritas meliputi daerah Hulu Kali Tenggar, Hulu Kali Muning, Hulu Waduk Gajah Mungkur serta sebagian Kabupaten Wonogiri dengan penampang sungai yang berbentuk V. Vegetasi pada daerah ini didominasi oleh tumbuhan akasia. Aktivitas yang banyak dilakukan di dareah ini adalah pertanian, seperti padi dan kacang tanah. Dinding sungai pada daerah ini rata-rata bertebing curam dan tinggi. Karena banyak digunakan untuk pertanian, daerah sekitar sungai pada bagian ini banyak mengalami erosi dan sedimentasi yang cukup tinggi.

Daerah Tengah

Bengawan Solo di kawasan Jurug, Surakarta.
Bendungan Gerak di Bojonegoro

Daerah ini mayoritas meliputi daerah Hilir Waduk Gajah Mungkur, sebagian Kabupaten Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Solo, Sragen, sebagian Kabupaten Ngawi dan sebagian Tempuran (hilir) Kali Madiun (Bengawan Madiun). Selain itu daerah ini merupakan daerah yang padat penduduk. Pada umumnya kegiatan ekonomi di daerah bagian sungai ini lebih tinggi daripada bagian hulu dan hilir, dan didominasi oleh kegiatan industri. Akibatnya, banyak limbah yang masuk ke sungai dan mencemari vegetasi di daerah ini. Aktivitas masyarakat yang paling menonjol di daerah ini adalah pertanian, pemanfaatan air sebagai kebutuhan sehari-hari, peternakan dan industri.

Daerah Hilir

Daerah ini meliputi daerah sebagian Tempuran (hilir) Kali Madiun, sebagian kabupaten Ngawi, Blora, Bojonegoro, Lamongan, Tuban dan berakhir di Desa Ujungpangkah, Gresik[7].

Berkas:Pangkah.jpg
Delta Pangkah merupakan salah satu hasil modifikasi sungai Bengawan Solo di bagian hilir. Salah satu tujuan dimodifikasinya bagian hilir dari Bengawan Solo ini adalah untuk mengindari pendangkalan di selat Madura.

Delta Sungai Bengawan Solo berada di daerah Sedayu wilayah kabupaten Gresik. Pada Delta ini sengaja dibuat kanal oleh manusia, tepatnya sejak zaman Hindia Belanda. Delta Bengawan Solo ini menghasilkan sedimentasi sebanyak 17 juta ton lumpur per tahun. Delta Pangkah merupakan hasil modifikasi sungai Bengawan Solo di bagian hilir.

Salah satu tujuan dimodifikasinya bagian hilir dari Bengawan Solo ini adalah untuk mengindari pendangkalan di selat Madura. Endapan dibawa oleh aliran Bengawan Solo dari ujung hingga hilir. Delta buatan yang merupakan hasil rekayasa yang berada di sebelah utara kota Gresik. Salah satu tujuan dimodifikasinya bagian hilir dari Bengawan Solo ini adalah untuk mengindari pendangkalan di selat Madura. Delta tersebut bernama Delta Pangkah karena berada di wilayah administratif Desa Ujung Pangkah.

Bendungan Gajah Mungkur

Waduk Gajah Mungkur berada 3 KM di sebelah selatan Kota kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Bendungan atau waduk ini dibangun mulai tahun 1970-an dan mulai beroperasi pada tahun 1978. Waduk dengan wilayah luas genangan kurang lebih 8800 ha. Beberapa fungsi dari waduk ini antara lain : untuk mengairi sawah seluas 24 000 ha di daerah Sukoharjo, Klaten, Karanganyar hingga ke Sragen. Selain itu juga untuk memasok air minum Kota Wonogiri. Fungsi lainnya adlah menghasilkan listrik dari PLTA yang awalnya di design untuk sebesar 12,4 MegaWatt.

Waduk yang didesign berusia 100 tahun ini ternyata mengalami pendangkalan yang sangat cepat. Sehingga usia waduk ini menjadi lebih pendek dari yang diperkirakan sebelumnya. Pendangkalan ini sangat mungkin merupakan akibat dari kesalahan dari pemeliharaan. Ketika sebuah waduk dibuat, maka tentu saja akses ke jalan-jalan disini semakin berkembang.

Ikan Bengawan Solo

Beberap jenis ikan di sungai Bengawan Solo antara lain:

  • Rengkik (Hemibragus nemurus)
  • Jambal (Pangasius Djambalis)
  • Jendil (Pangasius nemurus)

Selain itu masih banyak jenis ikan yang terdapat di Bengawan Solo. Mulai bader (tawes), areng-areng, garingan, wader, gabus, nila, hingga lempuk. Tapi, dari sekian jenis ikan itu, hanya jendil yang jadi menu kuliner favorit masyarakat.

Ikan jendil adalah ikan asli Sungai Bengawan Solo. Ikan berlendir warna putih hijau ini sejenis dengan ikan patin yang hidup di sejumlah sungai di Sumatera. Bedanya, bentuknya agak kecil dan memanjang. Warga di Bojonegoro, Tuban, dan Cepu menyukai ikan ini, karena lemaknya relatif sedikit dan tekstur dagingnya lembut. Ini berbeda dengan ikan patin hasil budi daya, yang biasanya banyak lemak.

Pada musim kemarau Sungai Bengawan Solo surut dan ikan jendil melimpah. Biasanya ikan ini hidup di kedalaman air 2-3 meter dan cenderung berada di air mengalir. Para pemancing menggunakan umpan, mulai dari cacing, jangkrik, ulat daun, atau makanan campuran.

Lokasi pemancingan di Sungai Bengawan Solo, cukup banyak, seperti Bendung Gerak di Kecamatan Kalitidu-Trucuk, sungai sebelah utara Pasar Besar Bojonegoro, an di Desa Sale, Kalitidu. Biasanya, ikan jenis rengkik berada di kedalaman lebih dari empat meter. Sedangkan ikan jendil cenderung berada di permukaan.

Kehidupan purba Bengawan Solo

Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo merupakan DAS terbesar dan aliran sungai terpanjang di Pulau Jawa, terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. DAS Begawan Solo memiliki karakteristik topografi yang relatif datar dan sebagian besar berada di daerah dataran rendah sehingga terbentuk aliran sungai yang berkelok-kelok (meander). Aliran meander Sungai Bengawan Solo ini merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi besar terhadap tinggalan paleoantropologi dan arkeologi. Bentukan teras dikanan kiri sungai inilah yang banyak mengandung sisa-sisa fauna purba, artefak, serta tulang dan specimen Homo erectus. Tinggalan tersebut terendapkan bersama dengan deposisi teras sungainya.

Berdasarkan hasil penelitian kehidupan manusia purba yang sebelumnya, wilayah yang teridentifikasi teras purba Bengawan Solo memiliki riwayat penemuan yang menakjubkan. Banyak fosil-fosil yang ditemukan diwilayah sepanjang teras Sungai Bengawan Solo ini. Seperti penemuan tengkorak dan tulang Homo erectus serta penemuan rangka utuh gajah purba. Wilayah-wilayah penemuan tersebut antara lain Sangiran, Sambungmacan, Cemeng, Trinil, Selopuro, dan Ngandong. Penemuan fosil tengkorak di wilayah Sambungmacan, Trinil dan Ngandong merupakan salah satu bukti peradaban manusia di wilayah aliran sungai. Pertanggalan dari temuan-temuan yang didapatkan menunjukan bahwa Homo erectus yang mendiami wilayah ini lebih muda (Progresif) dibandingkan dengan Homo erectus yang tinggal di Sangiran (Arkaik dan Tipik). Bukti tersebut menunjukan adanya pergeseran hunian Homo erectus di kearah hilir Sungai Bengawan Solo.

Sejak tahun 2012 sampai tahun 2014, BPSMP Sangiran bekerja sama dengan Puslit Arkenas melakukan kajian manusia purba sepanjang DAS Bengawan Solo. Berdasarkan survey yang telah dilakukan, mulai dari Medalem sampai Ngandong telah teridentifikasi sebanyak 41 teras purba yang berpotensi mengandung temuan arkeologi terutama fosil dan artefak. Selain survei, dilakukan pula kegiatan ekskavasi di Situs Matar yang letaknya diseberang Situs Ngandong. Hasil kajian yang didapat, di situs ini menemukan banyak artefak dan fosil fauna namun belum ditemukan fosil manusia. Seluruh hasil kajian ini akan menambah pengetahuan dan informasi tentang manusia purba di sepanjang aliran hilir Bengawan Solo.

Museum Trinil

Museum Trinil banyak menyimpan fosil – fosil purba seperti tengkorak manusia, gajah serta peralatan – peralatan yang digunakan pada masa manusia purba. Museum Trinil terletak di Dukuh Pilang, Desa Kawu, Kec. Kedunggalar, Kabupaten Ngawi dengan jarak tempuh sekitar 14 km dari Kota Ngawi ke arah barat. Ketika masuk ke area Museum Trinil pengunjung akan disambut dengan gapura museum dengan latar belakang gajah purba.

Patung gajah ini cukup besar dengan gading yang sangat panjang. Anatomi gajah ini memiliki kemiripan dengan mammoth namun tanpa bulu. Di belakang pendopo terdapat tanaman hias dan beberapa pohon. Pada belakang taman terdapat monumen penemuan Pithecantropus erectus oleh Eugene Dubois. Pada monumen itu tertulis “P.e. 175 cm (gambar anak panah), 1891/95”. Tulisan tersebut bermaksud Pithecantropus erectus (P.e.) ditemukan sekitar 175 meter dari monumen tersebut.

Terdapat beberapa bangunan di Museum Trinil. Salah satunya adalah pendopo (gazebo) yang terletak di tengah area dan ruang – ruang situs purba yang dapat digunakan pengunjung untuk beristirahat. Pada ruang situs purba terdapat dua pintu masuk yaitu bagian depan dan samping. Pada bagaian depan pintu masuk terdapat ornamen gading stegodon yang akan menyambut anda.

Menurut penelitian, Situs Trinil merupakan salah satu tempat hunian manusia purba pada zaman Pleistosen Tengah sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. Sesampainya di dalam museum, pengunjung dapat menggali informasi lebih jauh dengan melihat koleksi fosil yang berjumlah 1.200 yang terdiri dari 130 jenis.

Didalam museum dipamerkan replika manusia purba berupa replika dari Pithecantropus erectus yang ditemukan di Trinil (Ngawi) serta fosil yang berasal dari Afrika (Australopithecus Africanus) dan Jerman (Homo Neanderthalensis). Koleksi lain yang terdapat di Museum Trinil yaitu fosil tengkorak manusia purba yang ditata dengan penjelasan mengenai penyebarannya di dunia, kemudian fosil gading stegodon dan kerbau purba.

Ekspedisi Bengawan Solo

Buku ini merupakan rangkuman perjalanan jurnalistik harian Kompas. Ekspedisi ini berusaha memotret secara mendasar masalah-masalah sungai tersebut dari sejarahnya, bagaimana peran manusia di sekitarnya, apa manfaat yang diperoleh dari sungai, hinggga kerusakan yang diakibatkan olehn ulah manusia.

Lewat ekspedisi ini banyak aspek kehidupan berhasil disingkapkan, termasuk kehidupan budayanya . Bengawan Solo tidak hanya menjangkau lintas area, tetapi juga lintas masa. Sebagai sungai purba berbagai peristiwa berlangsung di dalamnya, di lembah atau di sekitar daerah alirannya. Bengawan sepanjang kurang lebih 527 km ini menuliskan peristiwa dari zaman prasejarah, zaman kerajaan Hindu dan Budha, kerajaan Islam, Perang Diponegoro, zaman revolusi sampai pendaratan darurat pesawat Garuda.

Hulu Bengawan Solo berupa Kali Muning dan Kali Tenggar di Desa Jeblogan, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, berbatasan dengan Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Punung kaya akan gua karts (kapur), yang di antaranya pernah menjadi hunian masa "berburu" dan "mengumpulkan makanan tingkat lanjut". Daerah Pacitan adalah tempat penting dalam riset teknologi paleolitik sebab terdapat banyak perangkat prasejarah dalam bentuk yang jelas. Bukti kehidupan prasejarah juga didapati di sejumlah tempat yang berada lebih ke arah hilir Bengawan Solo, yaitu daerah Sragen, Karanganyar, Blora dan Ngawi.

Lain-lain

Sungai ini dikagumi masyarakat di seluruh dunia khususnya Jepang karena terinspirasi dari lagu keroncong karangan Gesang berjudul sama, Bengawan Solo.

Selain itu tempat ini pernah menjadi tempat utama kecelakaan pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 421.

Referensi

  1. ^ Noorduyn, J. 1982. BKI 138:412-442
  2. ^ Noorduyn J. 1968. Further topographical notes on the Ferry Charter of 1358, with the appendices on Djipang and Bodjanegara. BTL 124:460-481.
  3. ^ "Hulu Bengawan Solo Terancam Jika Tidak Turun Hujan, Sumber Air Nyaris Hilang", Kompas, diakses Juni 2007
  4. ^ Rencana Tindak DAS Melalui RHL di Bagian Hulu DAS Solo dalam Rangka Pengendalian Banjir dan Tanah Longsor, DEPARTEMEN KEHUTANAN, Februari 2009
  5. ^ Keindahan Tersembunyi Jejak Purba Bengawan Solo. Kompas.com. Edisi 12 Oktober 2009.
  6. ^ Utomo YW. Pantai Sadeng, Mengunjungi Muara Bengawan Solo Purba. Laman yogyes.com
  7. ^ "Ekspedisi Bengawan Solo Berakhir di Gresik", Kompas, diakses Juni 2007

Pranala luar