Kerajaan Janggala: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Antapurwa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 1: Baris 1:
'''Janggala''' adalah salah satu dari dua pecahan kerajaan yang dipimpin oleh [[Airlangga]] dari [[Wangsa Isyana]]. Kerajaan ini berdiri tahun 1042, dan berakhir sekitar tahun 1130-an. Lokasi pusat kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di wilayah [[Kabupaten Sidoarjo]], [[Jawa Timur]].
'''Janggala''' adalah salah satu dari dua pecahan kerajaan yang dipimpin oleh [[Airlangga]] dari [[Wangsa Isyana]]. Kerajaan ini berdiri tahun 1042, dan berakhir sekitar tahun 1130-an. Lokasi pusat kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di wilayah [[Kabupaten Sidoarjo]], [[Jawa Timur]].


==Pembagian Kerajaan oleh Airlangga==
== Pembagian Kerajaan oleh Airlangga ==
Pusat pemerintahan Janggala terletak di [[Kahuripan]]. Menurut prasasti Terep, kota [[Kahuripan]] didirikan oleh [[Airlangga]] tahun 1032, karena ibu kota yang lama, yaitu Watan Mas direbut seorang musuh wanita.
Pusat pemerintahan Janggala terletak di [[Kahuripan]]. Menurut prasasti Terep, kota [[Kahuripan]] didirikan oleh [[Airlangga]] tahun 1032, karena ibu kota yang lama, yaitu Watan Mas direbut seorang musuh wanita.


Baris 10: Baris 10:
Akhir November 1042, [[Airlangga]] terpaksa membagi dua wilayah kerajaannya. [[Sri Samarawijaya]] mendapatkan [[Kerajaan Kadiri]] di sebelah barat yang berpusat di kota baru, yaitu [[Daha]]. Sedangkan [[Mapanji Garasakan]] mendapatkan Kerajaan Janggala di sebelah timur yang berpusat di kota lama, yaitu [[Kahuripan]].
Akhir November 1042, [[Airlangga]] terpaksa membagi dua wilayah kerajaannya. [[Sri Samarawijaya]] mendapatkan [[Kerajaan Kadiri]] di sebelah barat yang berpusat di kota baru, yaitu [[Daha]]. Sedangkan [[Mapanji Garasakan]] mendapatkan Kerajaan Janggala di sebelah timur yang berpusat di kota lama, yaitu [[Kahuripan]].


==Raja-Raja Janggala==
== Raja-Raja Janggala ==
Pembagian kerajaan sepeninggal [[Airlangga]] terkesan sia-sia, karena antara kedua putranya tetap saja terlibat perang saudara untuk saling menguasai.
Pembagian kerajaan sepeninggal [[Airlangga]] terkesan sia-sia, karena antara kedua putranya tetap saja terlibat perang saudara untuk saling menguasai.


Baris 18: Baris 18:
# [[Samarotsaha]], berdasarkan prasasti Sumengka (1059).
# [[Samarotsaha]], berdasarkan prasasti Sumengka (1059).


==Akhir Kerajaan Janggala==
== Akhir Kerajaan Janggala ==
Meskipun raja Janggala yang sudah diketahui namanya hanya tiga orang saja, namun kerajaan ini mampu bertahan dalam persaingan sampai kurang lebih 90 tahun lamanya. Menurut prasasti Ngantang (1035), Kerajaan Janggala akhirnya ditaklukkan oleh [[Sri Jayabhaya]] raja [[Kadiri]], dengan semboyannya yang terkenal, yaitu ''Panjalu Jayati'', atau ''Kadiri Menang''.
Meskipun raja Janggala yang sudah diketahui namanya hanya tiga orang saja, namun kerajaan ini mampu bertahan dalam persaingan sampai kurang lebih 90 tahun lamanya. Menurut prasasti Ngantang (1035), Kerajaan Janggala akhirnya ditaklukkan oleh [[Sri Jayabhaya]] raja [[Kadiri]], dengan semboyannya yang terkenal, yaitu ''Panjalu Jayati'', atau ''Kadiri Menang''.


Sejak saat itu Janggala menjadi bawahan [[Kadiri]]. Menurut ''[[Kakawin Smaradahana]]'', raja [[Kadiri]] yang bernama [[Sri Kameswara]], yang memerintah sekitar tahun 1182-1194, memiliki permaisuri seorang putri Janggala bernama '''Kirana'''.
Sejak saat itu Janggala menjadi bawahan [[Kadiri]]. Menurut ''[[Kakawin Smaradahana]]'', raja [[Kadiri]] yang bernama [[Sri Kameswara]], yang memerintah sekitar tahun 1182-1194, memiliki permaisuri seorang putri Janggala bernama '''Kirana'''.


==Janggala sebagai Bawahan Majapahit==
== Janggala sebagai Bawahan Majapahit ==
Setelah [[Kadiri]] ditaklukkan [[Singhasari]] tahun 1222, dan selanjutnya oleh [[Majapahit]] tahun 1293, secara otomatis Janggala pun ikut dikuasai.
Setelah [[Kadiri]] ditaklukkan [[Singhasari]] tahun 1222, dan selanjutnya oleh [[Majapahit]] tahun 1293, secara otomatis Janggala pun ikut dikuasai.


Pada zaman [[Majapahit]] nama [[Kahuripan]] lebih populer dari pada Janggala, sebagaimana nama [[Daha]] lebih populer dari pada [[Kadiri]]. Meskipun demikian, pada prasasti Trailokyapuri (1486), [[Girindrawardhana]] raja [[Majapahit]] saat itu menyebut dirinya sebagai penguasa ''Wilwatikta-Janggala-Kadiri''.
Pada zaman [[Majapahit]] nama [[Kahuripan]] lebih populer dari pada Janggala, sebagaimana nama [[Daha]] lebih populer dari pada [[Kadiri]]. Meskipun demikian, pada prasasti Trailokyapuri (1486), [[Girindrawardhana]] raja [[Majapahit]] saat itu menyebut dirinya sebagai penguasa ''Wilwatikta-Janggala-Kadiri''.


==Janggala dalam Karya Sastra==
== Janggala dalam Karya Sastra ==
Adanya Kerajaan Janggala juga muncul dalam ''[[Nagarakretagama]]'' yang ditulis tahun 1365. Kemudian muncul pula dalam naskah-naskah sastra yang berkembang pada zaman kerajaan-kerajaan [[Islam]] di [[Jawa]], misalnya ''[[Babad Tanah Jawi]]'' dan ''Serat Pranitiradya''.
Adanya Kerajaan Janggala juga muncul dalam ''[[Nagarakretagama]]'' yang ditulis tahun 1365. Kemudian muncul pula dalam naskah-naskah sastra yang berkembang pada zaman kerajaan-kerajaan [[Islam]] di [[Jawa]], misalnya ''[[Babad Tanah Jawi]]'' dan ''Serat Pranitiradya''.


Baris 39: Baris 39:
Tokoh Surya Amiluhur inilah yang kemudian menurunkan Jaka Sesuruh, pendiri [[Majapahit]] versi dongeng. Itulah sedikit kisah tentang Kerajaan Janggala versi babad dan serat yang kebenarannya sulit dibuktikan dengan fakta sejarah.
Tokoh Surya Amiluhur inilah yang kemudian menurunkan Jaka Sesuruh, pendiri [[Majapahit]] versi dongeng. Itulah sedikit kisah tentang Kerajaan Janggala versi babad dan serat yang kebenarannya sulit dibuktikan dengan fakta sejarah.


==Kepustakaan==
== Kepustakaan ==
* [[Andjar Any]]. 1989. ''Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon''. Semarang: Aneka Ilmu
* [[Andjar Any]]. 1989. ''Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon''. Semarang: Aneka Ilmu
* ''Babad Tanah Jawi''. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
* ''Babad Tanah Jawi''. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi

Revisi per 1 April 2008 04.31

Janggala adalah salah satu dari dua pecahan kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga dari Wangsa Isyana. Kerajaan ini berdiri tahun 1042, dan berakhir sekitar tahun 1130-an. Lokasi pusat kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Pembagian Kerajaan oleh Airlangga

Pusat pemerintahan Janggala terletak di Kahuripan. Menurut prasasti Terep, kota Kahuripan didirikan oleh Airlangga tahun 1032, karena ibu kota yang lama, yaitu Watan Mas direbut seorang musuh wanita.

Berdasarkan prasasti Pamwatan dan Serat Calon Arang, pada tahun 1042 pusat pemerintahan Airlangga sudah pindah ke Daha. Tidak diketahui dengan pasti mengapa Airlangga meninggalkan Kahuripan.

Pada tahun 1042 itu pula, Airlangga turun takhta. Putri mahkotanya yang bernama Sanggramawijaya Tunggadewi lebih dulu memilih kehidupan sebagai pertapa, sehingga timbul perebutan kekuasaan antara kedua putra Airlangga yang lain, yaitu Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.

Akhir November 1042, Airlangga terpaksa membagi dua wilayah kerajaannya. Sri Samarawijaya mendapatkan Kerajaan Kadiri di sebelah barat yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan Mapanji Garasakan mendapatkan Kerajaan Janggala di sebelah timur yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.

Raja-Raja Janggala

Pembagian kerajaan sepeninggal Airlangga terkesan sia-sia, karena antara kedua putranya tetap saja terlibat perang saudara untuk saling menguasai.

Pada awal berdirinya, Kerajaan Janggala lebih banyak meninggalkan bukti sejarah dari pada Kerajaan Kadiri. Beberapa orang raja yang diketahui memerintah Janggala antara lain:

  1. Mapanji Garasakan, berdasarkan prasasti Turun Hyang II (1044), prasasti Kambang Putih, dan prasasti Malenga (1052).
  2. Alanjung Ahyes, berdasarkan prasasti Banjaran (1052).
  3. Samarotsaha, berdasarkan prasasti Sumengka (1059).

Akhir Kerajaan Janggala

Meskipun raja Janggala yang sudah diketahui namanya hanya tiga orang saja, namun kerajaan ini mampu bertahan dalam persaingan sampai kurang lebih 90 tahun lamanya. Menurut prasasti Ngantang (1035), Kerajaan Janggala akhirnya ditaklukkan oleh Sri Jayabhaya raja Kadiri, dengan semboyannya yang terkenal, yaitu Panjalu Jayati, atau Kadiri Menang.

Sejak saat itu Janggala menjadi bawahan Kadiri. Menurut Kakawin Smaradahana, raja Kadiri yang bernama Sri Kameswara, yang memerintah sekitar tahun 1182-1194, memiliki permaisuri seorang putri Janggala bernama Kirana.

Janggala sebagai Bawahan Majapahit

Setelah Kadiri ditaklukkan Singhasari tahun 1222, dan selanjutnya oleh Majapahit tahun 1293, secara otomatis Janggala pun ikut dikuasai.

Pada zaman Majapahit nama Kahuripan lebih populer dari pada Janggala, sebagaimana nama Daha lebih populer dari pada Kadiri. Meskipun demikian, pada prasasti Trailokyapuri (1486), Girindrawardhana raja Majapahit saat itu menyebut dirinya sebagai penguasa Wilwatikta-Janggala-Kadiri.

Janggala dalam Karya Sastra

Adanya Kerajaan Janggala juga muncul dalam Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365. Kemudian muncul pula dalam naskah-naskah sastra yang berkembang pada zaman kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, misalnya Babad Tanah Jawi dan Serat Pranitiradya.

Dalam naskah-naskah tersebut, raja pertama Janggala bernama Lembu Amiluhur, putra Resi Gentayu alias Airlangga. Lembu Amiluhur ini juga bergelar Jayanegara. Ia digantikan putranya yang bernama Panji Asmarabangun, yang bergelar Prabu Suryawisesa.

Panji Asmarabangun inilah yang sangat terkenal dalam kisah-kisah Panji. Istrinya bernama Galuh Candrakirana dari Kediri. Dalam pementasan Ketoprak, tokoh Panji setelah menjadi raja Janggala juga sering disebut Sri Kameswara. Hal ini jelas berlawanan dengan berita dalam Smaradahana yang menyebut Sri Kameswara adalah raja Kadiri, dan Kirana adalah putri Janggala.

Selanjutnya, Panji Asmarabangun digantikan putranya yang bernama Kuda Laleyan, bergelar Prabu Surya Amiluhur. Baru dua tahun bertakhta, Kerajaan Janggala tenggelam oleh bencana banjir. Surya Amiluhur terpaksa pindah ke barat mendirikan Kerajaan Pajajaran.

Tokoh Surya Amiluhur inilah yang kemudian menurunkan Jaka Sesuruh, pendiri Majapahit versi dongeng. Itulah sedikit kisah tentang Kerajaan Janggala versi babad dan serat yang kebenarannya sulit dibuktikan dengan fakta sejarah.

Kepustakaan

  • Andjar Any. 1989. Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon. Semarang: Aneka Ilmu
  • Babad Tanah Jawi. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara