Keberlanjutan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q219416
Baris 24: Baris 24:
[[Kategori:Lingkungan hidup]]
[[Kategori:Lingkungan hidup]]
[[Kategori:Keberlanjutan]]
[[Kategori:Keberlanjutan]]

[[en:Sustainability]]

Revisi per 1 Januari 2018 10.19

A view of the Earth from space.
Keberlanjutan memungkinkan Bumi terus mendukung kehidupan manusia.

Dalam ekologi, keberlanjutan' (Inggris: sustainablity), berasal dari kata 'sustain' yang artinya 'berlanjut' dan ability' yang artinya 'kemampuan'; yaitu sebuah sistem biologis yang tetap mampu menghidupi keanekaragaman hayati dan produktivitas tanpa batas. Suatu lahan dan hutan basah yang sehat dan berumur panjang adalah contoh sistem biologi berkelanjutan. Dalam istilah yang lebih umum, keberlanjutan adalah daya tahan suatu sistem dan proses. Prinsip pengorganisasian keberlanjutan merupakan suatu pembangunan berkelanjutan, yang mencakup empat ranah yang saling terhubung, yaitu ekologi, ekonomi, politik dan budaya.[1] Ilmu keberlanjutan merupakan kajian tentang pembangunan berkelanjutan dan ilmu lingkungan.[2]

Istilah 'keberlanjutan' dapat didefinisikan sebagai proses sosio-ekologis yang ditandai dengan pencapaian cita-cita yang sama.[3] Cita-cita menurut definisinya tak terjangkau dalam ruang dan waktu tertentu. Namun, dengan terus-menerus, juga dengan pendekatan yang dinamis, proses tersebut menghasilkan sistem berkelanjutan. Ekosistem dan lingkungan yang sehat diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia dan organisme lainnya. Cara mengurangi dampak negatif manusia adalah dengan rekayasa kimia ramah lingkungan, pengelolaan sumber daya lingkungan dan perlindungan lingkungan. Informasi diperoleh dari kimia hijau, ilmu bumi, ilmu lingkungan dan biologi konservasi. Ilmu ekologi mempelajari bidang penelitian akademis yang bertujuan untuk mengatasi ekonomi manusia dan ekosistem alamiah.[4]

Petak sawah Batad, situs Warisan Dunia di Filipina (UNESCO).

Keberlanjutan juga merupakan tantangan sosial yang melibatkan hukum internasional dan nasional, perencanaan kota dan transportasi, gaya hidup lokal dan individual, serta konsumerisme etis. Cara hidup yang lestari dapat dilakukan dengan menata ulang kondisi kehidupan (misalnya, dengan adanya perkampungan dan kotamadya hijau, serta kota berkelanjutan); mengkaji ulang sektor ekonomi (permakultur, bangunan hijau, pertanian berkelanjutan); atau praktik kerja (arsitektur berkelanjutan), yang menggunakan sains untuk mengembangkan teknologi baru (seperti teknologi hijau, energi terbarukan, serta daya fisi dan fusi yang berkelanjutan); atau merancang sistem dengan cara yang fleksibel dan reversibel,[5][6] dan menyesuaikan gaya hidup individu dengan melestarikan sumber daya alam.[7]

"Istilah 'keberlanjutan' harus dipandang sebagai sasaran manusia menuju keseimbangan ekosistem manusia itu sendiri (homeostasis), sementara 'pembangunan berkelanjutan' mengacu pada pendekatan holistik dan proses sementara yang membawa kita pada titik akhir keberlanjutan." (305).[8] Terlepas dari meningkatnya penggunaan istilah 'keberlanjutan', kemungkinan besar masyarakat akan mencapai kelestarian lingkungan, yang terus berlanjut, dalam kaitannya dengan degradasi lingkungan, perubahan iklim, konsumsi berlebih, pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang tak terbatas dalam sistem tertutup.[9][10]

Catatan kaki

  1. ^ James, Paul; Magee, Liam; Scerri, Andy; Steger, Manfred B. (2015). Urban Sustainability in Theory and Practice:. London: Routledge. ; Liam Magee; Andy Scerri; Paul James; Jaes A. Thom; Lin Padgham; Sarah Hickmott; Hepu Deng; Felicity Cahill (2013). "Reframing social sustainability reporting: Towards an engaged approach". Environment, Development and Sustainability. Springer. 
  2. ^ Lynn R. Kahle, Eda Gurel-Atay, Eds (2014). Communicating Sustainability for the Green Economy. New York: M.E. Sharpe. ISBN 978-0-7656-3680-5. 
  3. ^ Wandemberg, JC (August 2015). Sustainable by Design. Amazon. hlm. 122. ISBN 1516901789. Diakses tanggal 16 February 2016. 
  4. ^ Bakari, Mohamed El-Kamel. The Dilemma of Sustainability in the Age of Globalization: A Quest for a Paradigm of Development. New York: Lexington Books, 2017. ISBN 978-1498551397
  5. ^ Fawcett, William; Hughes, Martin; Krieg, Hannes; Albrecht, Stefan; Vennström, Anders (2012). "Flexible strategies for long-term sustainability under uncertainty". Building Research. 40 (5): 545–557. doi:10.1080/09613218.2012.702565. 
  6. ^ Zhang, S.X.; V. Babovic (2012). "A real options approach to the design and architecture of water supply systems using innovative water technologies under uncertainty" (PDF). Journal of Hydroinformatics. 
  7. ^ Black, Iain R.; Cherrier, Helene (2010). "Anti-consumption as part of living a sustainable lifestyle: Daily practices, contextual motivations and subjective values" (PDF). Journal of Consumer Behaviour. 9 (6): 437. doi:10.1002/cb.337. 
  8. ^ Shaker, R.R. (2015). "The spatial distribution of development in Europe and its underlying sustainability correlations". Applied Geography. 63: 304–314. doi:10.1016/j.apgeog.2015.07.009. 
  9. ^ State of the World 2013: Is Sustainability Still Possible? worldwatch.org
  10. ^ Strong sustainable consumption governance — precondition for a degrowth path? degrowth.org