Notogiwang, Paninggaran, Pekalongan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Notogiwang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Notogiwang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 25: Baris 25:
karena letaknya didataran tinggi, desa notogiwang suasananya nyaman,sejuk,damai,sejahtera,aman dengan suhu udara dipagihari -+ 20 derajat celcius.Dengan semangat warganya, desa notogiwang terus berkembang membangun desa,seperti pengaspalan jalan yang menghubungkan desa-desa disekitarnya dan fasilitas-fasilitas umum lainnya....
karena letaknya didataran tinggi, desa notogiwang suasananya nyaman,sejuk,damai,sejahtera,aman dengan suhu udara dipagihari -+ 20 derajat celcius.Dengan semangat warganya, desa notogiwang terus berkembang membangun desa,seperti pengaspalan jalan yang menghubungkan desa-desa disekitarnya dan fasilitas-fasilitas umum lainnya....


wilayah Desa Notogiwang, yaitu Notowarih Atas, Notowarih Bawah, Rowadi, dan Setisuk.
Wilayah Desa Notogiwang, yaitu Notowarih Atas, Notowarih Bawah, Rowadi, dan Setisuk.
Dari kelima dusun tersebut, Losari merupakan dusun dengan jumlah penduduk paling sedikit
Dari kelima dusun tersebut, Losari merupakan dusun dengan jumlah penduduk paling sedikit
dan wilayah yang paling kecil. Sementara penduduk Dusun Notowarih berjumlah 400 KK
dan wilayah yang paling kecil. Sementara penduduk Dusun Notowarih berjumlah 700 KK
dan penduduk Rowadi berjumlah 99 KK, jumlah penduduk Dusun Losari hanya 44 KK.
dan penduduk Rowadi berjumlah 190 KK, jumlah penduduk Dusun Losari hanya 80 KK.
Berdasarkan Laporan Bulanan Desa Notogiwang bulan Desember tahun 2010, jumlah
Berdasarkan Laporan Bulanan Desa Notogiwang bulan Desember tahun 2010, jumlah
keseluruhan penduduk Notogiwang sebesar 3562 jiwa, dengan rincian 1799 laki-laki dan
keseluruhan penduduk Notogiwang sebesar 7862 jiwa, dengan rincian 3322 laki-laki dan
1748 perempuan.
4540 perempuan.
Dari Data Lembaga Masyarakat Desa Hutan Notogiwang tahun 2005, dapat diketahui
Dari Data Lembaga Masyarakat Desa Hutan Notogiwang tahun 2005, dapat diketahui
luas wilayah Notogiwang adalah 246 Ha. Penggunaan lahan untuk persawahan seluas 93 Ha,
luas wilayah Notogiwang adalah 246 Ha. Penggunaan lahan untuk persawahan seluas 93 Ha,
Baris 44: Baris 44:
bahwa mata pencaharian penduduk Notogiwang tentunya didominasi oleh petani dan buruh
bahwa mata pencaharian penduduk Notogiwang tentunya didominasi oleh petani dan buruh
tani yakni sebanyak 2000 orang, pedagang lima orang, buruh bangunan sepuluh orang,
tani yakni sebanyak 2000 orang, pedagang lima orang, buruh bangunan sepuluh orang,
PNS/TNI/POLRI lima orang. Taraf pendidikan di Desa Notogiwang masih tergolong rendah.
PNS/TNI/POLRI seratus lima puluh orang. Taraf pendidikan di Desa Notogiwang masih tergolong rendah.
Terdapat 300 penduduk yang tidak sekolah, tamat SD 600 orang, tamat SMP 92 orang, tamat
Terdapat 2000 penduduk yang tidak sekolah, tamat SD 1000 orang, tamat SMP 2300 orang, tamat
SMA 21 orang, tidak tamat SD 400 orang, dan belum tamat sekolah 428 orang. Sementara
SMA 500 orang, tidak tamat SD 500 orang, dan belum tamat sekolah 562 orang. Sementara
14itu, di Desa Notogiwang juga terdapat beberapa Organisasi Kelembagaan Desa, antara lain
14itu, di Desa Notogiwang juga terdapat beberapa Organisasi Kelembagaan Desa, antara lain
pemerintahan desa, Badan Perwakilan Desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa,
pemerintahan desa, Badan Perwakilan Desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa,

Revisi per 2 Desember 2017 06.18


Notogiwang
Peta lokasi Desa Notogiwang
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenPekalongan
KecamatanPaninggaran
Kode pos
51164
Kode Kemendagri33.26.02.2012
Jumlah penduduk-
Kepadatan-

NOTOGIWANG adalah desa didataran tinggi dikecamatan PANINGGARAN kabupaten PEKALONGAN Jawa Tengah Indonesia. Mayoritas penduduknya bekerja diladang/sawah,berdagang dll, ada juga sebagai buruh dikota-kota besar, seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya,semua itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti sandang,papan,pangan dll.karana hasil ladang/sawah tidak memenuhi kebutuhan hidupnya. karena letaknya didataran tinggi, desa notogiwang suasananya nyaman,sejuk,damai,sejahtera,aman dengan suhu udara dipagihari -+ 20 derajat celcius.Dengan semangat warganya, desa notogiwang terus berkembang membangun desa,seperti pengaspalan jalan yang menghubungkan desa-desa disekitarnya dan fasilitas-fasilitas umum lainnya....

Wilayah Desa Notogiwang, yaitu Notowarih Atas, Notowarih Bawah, Rowadi, dan Setisuk. Dari kelima dusun tersebut, Losari merupakan dusun dengan jumlah penduduk paling sedikit dan wilayah yang paling kecil. Sementara penduduk Dusun Notowarih berjumlah 700 KK dan penduduk Rowadi berjumlah 190 KK, jumlah penduduk Dusun Losari hanya 80 KK. Berdasarkan Laporan Bulanan Desa Notogiwang bulan Desember tahun 2010, jumlah keseluruhan penduduk Notogiwang sebesar 7862 jiwa, dengan rincian 3322 laki-laki dan 4540 perempuan. Dari Data Lembaga Masyarakat Desa Hutan Notogiwang tahun 2005, dapat diketahui luas wilayah Notogiwang adalah 246 Ha. Penggunaan lahan untuk persawahan seluas 93 Ha, lahan kering seluas 137 Ha, dan pekarangan seluas 16 Ha. Besarnya perbandingan antara luas lahan persawahan dan pekarangan mengindikasikan bahwa penduduk Desa Notogiwang sebagian sebagian besar memanfaatkan lahan untuk pertanian yang juga menjadi mata pencaharian dan komoditas utama. Telihat dari produksi di bidang pertanian, tiga ton dihasilkan dari komoditas padi, empat ton dari komoditas jagung, dan enam ton dari komoditas ubi kayu. Komoditas ubi kayu atau singkong menjadi perdagangan utama karena menghasilkan produksi terbesar. Data Lembaga Masyarakat Desa Hutan Notogiwang tahun 2005 juga menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Notogiwang tentunya didominasi oleh petani dan buruh tani yakni sebanyak 2000 orang, pedagang lima orang, buruh bangunan sepuluh orang, PNS/TNI/POLRI seratus lima puluh orang. Taraf pendidikan di Desa Notogiwang masih tergolong rendah. Terdapat 2000 penduduk yang tidak sekolah, tamat SD 1000 orang, tamat SMP 2300 orang, tamat SMA 500 orang, tidak tamat SD 500 orang, dan belum tamat sekolah 562 orang. Sementara 14itu, di Desa Notogiwang juga terdapat beberapa Organisasi Kelembagaan Desa, antara lain pemerintahan desa, Badan Perwakilan Desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kelompok tani Hutan, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan. Keadaan di atas tentunya mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Notogiwang, khususnya di Dusun Losari sebagai dusun terkecil. Dusun Losari terletak kurang lebih lima km dari jalan raya dan hanya mempunyai satu jalan utama yang terhubung dengan Dusun Notowarih. Akses masuknya pun cukup sulit karena jalan yang harus dileawati di sekitar Dusun Pejarakan rusak parah. Jalan yang harus dilewti pun sempit dan naik-turun. Tidak ada jalan penghubung Dusun Losari dengan dusun selain Notowarih, hanya terdapat jalan setapak melalui bukit sebagai penghubung Losari-Rowadi. Wilayah Dusun Losari pun didominasi oleh sawah dan ladang diikuti mata pencaharian utama penduduk sebagai petani. Walaupun terletak di dataran tinggi, pertanian Losari tidak menghasilkan buah-buahan dan sayuran. Hasil tani utama adalah padi dan singkong, yang biasanya hanya dikonsumsi sendiri, jika ada kelebihan baru dijual. Justru hasil tani sampingan seperti pisang dan cengkeh lah yang lebih banyak dijual. Pola distribusi perdagangan hasil tani di Losari masih tergolong tradisional, namun akhir-akhir ini sudah banyak berkembang sejak jalan dilebarkan dan adanya program pengaspalan jalan dari PNPM Mandiri. Ditambah lagi dua tahun terakhir terdapat dua warga Losari yang sudah memiliki kendaraan khas Paninggaran yaitu doplak (mobil pick up yang bagian samping dan belakang dipasangi teralis besi) yang menjadi angkutan umum bagi warga maupun kendaraan pengangkut barang material. Perdagangan dari dusun Losari terpusat di Pasar Paninggaran di mana warga menjual hasil pertanian seperti singkong dan pisang. Di Pasar Paninggaran pun kegiatan jual-beli hanya dilakukan pada hari pasaran tertentu, yakni Legi dan Wage. Saat hari pasaran tersebut, pagi-pagi sekitar pukul 05.30, warga Losari sudah bersiap-siap pergi ke Pasar Paninggaran dan berkumpul di sekitar doplak yang sedang dipanasi di tengah Dusun. Warga dengan berbagai keperluan, ada yang belanja kebutuhan rumah tangga, kulakan, atau menjual hasil tani naik doplak bersama hasil tani bahkan ternak yang akan dijual. Ongkos pulang pergi Losari-Pasar Paninggaran adalah Rp 10.000,- per orang. Doplak biasanya berangkat pukul 06.00 dan sampai di Pasar kurang lebih pukul 07.00. Doplak akan mengantarkan warga kembali ke dusun pukul 10.00. Doplak tidak hanya mengangkut warga Losari, tetapi juga mengangkut warga Notowarih sampai doplak penuh. Selain mengantarkan warga ke Pasar dan mengangkut bahan material, doplak juga 15bisa disewa untuk mengantar warga menyumbang di desa lain, tarifnya bervariasi sesuai jarak tujuan. Salah satu alasan warga Losari memilih mengkonsumsi hasil panen padi daripada dijual adalah karena harga jualnya rendah dan tidak sesuai dengan biaya perawatan yang dikeluarkan. Jika hasil panennya surplus, padi biasanya dijual dalam bentuk gabah. Hal itu dikarenakan jika dijual dalam bentuk beras harus mengeluarkan uang untuk jasa selep, yaitu per kilogram Rp 1.900,-. Padi C4 Super (beras merah) dihargai Rp 4.000,- per kilogram, sedangkan padi Sriwulan Rp 6.500,- per kilogram, ketan harganya paling mahal yaitu Rp 7.000,- per kilogram. Produksi cengkeh sebenarnya lebih menjanjikan, namun karena sudah dua tahun Paninggaran tidak mengalami musim kemarau, kebun cengkeh milik warga Losari tidak menghasilkan apa-apa untuk dipanen (cengkeh biasa dipanen pada musim kemarau). Satu kilogram cengkeh basah bisa dihargai Rp 15.000,-, sedangkan cengkeh yang sudah dikeringkan bahkan mencapai Rp 50.000,- per kilogram. Satu kebun dapat dipanen dengan sistem tebas (memborongkan hasil tanaman misalnya buah atau padi sebelum dituai atau dipetik) dapat menghasilkan Rp 10.000.000,-. Baik padi maupun cengkeh dapat dijual dengan dipanen sendiri kemudian dijual di pasar atau dengan sistem tebas. Selain perdagangan hasil pertanian warga Losari yang berpusat di Paninggaran, perdagangan di Dusun Losari sendiri tidak terlalu menonjol. Hanya terdapat dua warung sederhana yang menjual barang kebutuhan sehari-hari yang kurang beragam dan terbatas jumlahnya. Warung kecil yang terdapat di Losari adalah milik Bu Tasem dan Mbak Semi. Keduanya terletak berjauhan. Warung Bu Tasem terletak di tengah dusun, sedangkan warung Mbak Semi terletak di sebelah barat dusun. Keduanya tidak membangun kios di rumah, namun hanya mempergunakan salah satu ruangan di rumah untuk berjualan. Keduanya menjual makanan ringan untuk anak-anak (mayoritas), kebutuhan pokok seperti gula, teh, minyak, kopi, mie instan dan bumbu dapur tersedia namun terbatas, tetapi warung Bu Tasem menyediakan sayuran (biasanya yang tahan lama saja), tahu, dan tempe. Bu Tasem mendapatkan barang dagangan dengan berkulakan di Pasar Paninggaran tiap pasaran Wage dan Legi. Tentunya dengan naik doplak bersama warga. Dulu sebelum ada doplak Bu Tasem mengaku harus berjalan kaki sampai pasar. Ia lebih memilih naik doplak karena tarifnya lebih terjangkau dan dapat mengangkut barang kulakannya yang banyak. Jika menggunakan jasa ojek, ia akan menghabiskan Rp 30.000,- pulang-pergi. Sudah sepuluh tahun Bu Tasem mendirikan warung. Warungnya buka setiap saat, karena di desa, kapan pun tetangga 16membutuhkan dagangannya harus dilayani. Suasana kekeluargaan yang masih tinggi di Losari membuatnya rela dagangannya dibeli dengan sistem hutang tanpa bunga yang akan dibayar jika tetangganya mendapat kiriman dari kerabat yang merantau. Karena letak Losari yang jauh dari pusat kecamatan, kemungkinannya kecil bagi warganya untuk mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari denga mudah. Kedua warung yang terdapat di Losari pun kurang menyediakan aneka barang yang beragam dan lengkap. Sisa kebutuhan yang tidak dijual di kedua warung didapat dari pedagang keliling dan dari Pasar Paninggaran. Dari keadaan tersebut saya tertarik untuk mengamati dan menuliskan hasil observasi partisipasi selama 15 hari mengenai bagaimana cara masyarakat Losari mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari. Topik tersebut terkait dengan pola distribusi perdagangan di dusun Losari. Berdasarkan situasi di atas, para pedagang memanfaatan kesempatan untuk mendapatkan konsumen sehingga setiap harinya di Losari tidak pernah lepas dari pedagang keliling. Mulai dari sayuran, ikan, jajanan, kerupuk, sampai barang kebutuhan sehari-hari dan ternak bisa didapatkan tanpa harus beranjak dari dusun. Pedagang-pedagang keliling tersebut menjajakkan dagangan mereka dari dusun ke dusun dalam jangka waktu tertentu. Kebanyakan berhenti dua kali di dusun Losari, yakni di tengah dusun (di depan rumah kepala dusun) dan di Losari bagian bawah. Pedagang yang menjual jajanan antara lain adalah penjual “Es Piscok”. Cara berjualannya adalah dengan mengendarai sepeda motor. Es Piscok ternyata adalah singkatan dari es pisang coklat. Penjualnya berasal dari Kali Kuning. Satu batang Es Piscok dihargai Rp 500,-. Bahan utama pembuatannya adalah Pisang Rajanangka. Cara pembuatannya pun mudah, yaitu pisang diblender, ditaruh di cetakan, lalu dibekukan di dalam freezer. Setelah jadi ditusuk dengan batang dari bambu, lalu disajikan dengan dicelupkan ke dalam coklat goreng. Penjualnya mengaku alasannya berjualan adalah karena sudah banyak pedagang yang menjual es krim, es goreng, es potong, dll. Ia ingin menjual sesuatu yang berbeda asal bersih dan higienis. Datanglah ide usaha yang terinspirasi dari penjual Es Piscok di Jakarta waktu ia merantau dulunya. Ia bangga barang dagangannya dapat dikonsumsi semua kalangan, tidak hanya bagi anak-anak saja. Pedagang keliling yang juga menawarkan jajanan bagi warga Losari adalah pedagang bubur kacang hijau. Pedagang tersebut juga mengendarai sepeda motor. Ia berasal dari 17Rowadi. Sudah lima tahun ia keliling kampung-kampung dan sekolah menjual bubur seharga Rp 1.500 per plastik. Jika ada pembeli yang ingin membeli Rp 1.000,- atau Rp 500,- tetap ia layani. Bubur ini berisi kacang hijau, ketan hitam, roti tawar, dan santan. Cara memanaskannya ditaruh di dalam dandang. Strategi dagangnya adalah diselang-seling datang ke suatu dusun. Misalnya, sehari berhenti di Losari, sehari tidak. Ia membuat bubur pukul 03.00 pagi kemudian pukul 07.00 berangkat keliling. Biasanya ketika matahari telah berada di atas ubun-ubun dagangan sudah habis. Pedagang yang setiap hari mendatangi Losari adalah pedagang sayuran yang bernama Rian. Ia biasanya berhenti di dusun Losari bagian bawah. Ia berdagang dengan mengendarai sepeda motor dan dagangannya diletakkan di keranjang. Kebanyakan warga Losari memilih membeli sayuran yang dijual oleh Rian daripada di warung Bu Tasem karena harga yang ditawarkan lebih miring. Pedagang keliling lain yang sering mampir di Losari adalah pedagang ikan dari Kajen. Seperti kebanyakan pedagang keliling lain, ia juga menggunakan sepeda motor untuk menuju ke dusun-dusun, namun ada satu pedagang keliling yang masih berjalan kaki dari dusun ke dusun, yaitu pedagang kerupuk yang jualan dengan memikul dagangannya. Sementara pedagang keliling yang menggunakan doplak adalah pedagang ternak dan pemburu barang bekas. Pedagang ternak tersebut berasal dari Sawangan. Mereka membawa beberapa ekor peranakan sapi yang dihargai tiga jutaan. Mereka berkulakan di Kajen dan Limbung. Cara berjualan pedagang tersebut hanya berhenti di tengah dusun dan menunggu beberapa lama jika ada warga yang tertarik membeli, sedangkan pemburu barang bekas keliling dusun untuk mencari apakah ada warga yang mempunyai barang bekas yang dapat mereka beli. Ada juga pemburu barang bekas yang mengendarai sepeda motor. Yang paling menarik adalah pedagang keliling yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari. Pedagang tersebut berjumlah dua orang dan mengendarai dua buah sepeda motor. Mereka bersasal dari Lumeneng. Mereka selalu datang satu bulan sekali setiap hari Kamis Kliwon. Mereka menjual barang-barang yang sewajarnya dijual di toko-toko, antara lain sabun mandi, shampo, deterjen, hand and body lotion, sikat gigi, pasta gigi, sabun colek, pelembab dan pemutih wajah, bedak, dll. Memang barang-barang tersebut hanya bisa didapat di Pasar Paninggaran dan tidak tersedia di kedua warung di Losari. Saat mereka berhenti di tengah dusun (di depan rumah kepala dusun), warga langsung megerumuni kedua pedagang ini dan memilih sendiri barang yang akan dibeli. Harga yang ditawarkan sama dengan harga 18pasaran, bahkan pedagang ini menyediakan sistem kredit dengan jangka waktu tertentu bagi pembeli. Banyaknya pedagang keliling yang mendominasi perdagangan di dusun Losari menimbulkan suatu ketergantungan konsumsi pada masyarakat Losari. Hal ini membuat usaha kecil di antara warga kurang berkembang. Sebenarnya faktor utama kurang berkembangnya perdagangan desa di Losari sendiri adalah akses menuju dusun yang sulit. Jauhnya letak pasar dan pusat Kecamatan Paninggaran membuat warga kesusahan mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari. Bahkan sekadar membeli sabun saja mereka harus menunggu pedagang keliling yang datang sekali dalam sebulan. Ketergantungan ini didukung Pasar Paninggaran yang tidak setiap hari terdapat kegiatan jual-beli, sehingga tidak setiap hari pula masyarakat Paninggaran dapat membeli barang yang mereka perlukan. Dapat dilihat perbedaan reaksi yang signifikan antara masyarakat dusun dan masyarakat kota saat pedagang keliling lewat di depan rumah. Masyarakat kota kebanyakan merespon dengan biasa saja karena saat tidak ada pedagang keliling pun barang yang dijajakkan dapat didapatkan dengan mudah. Sementara di dusun Losari, barang dapat diperoleh dengan memanfaatkan kesempatan adanya pedagang keliling. Dapat dikatakan distribusi perdagangan di dusun Losari selalu berkisar pada mobilitas pedagang keliling yang mengantarkan barang konsumsi kepada warga Losari. Jadi, pedagang keliling lah yang paling berjasa bagi warga Losari dalam menyediakan jajanan, barang kebutuhan sehari-hari dan bahan pokok lainnya. Di samping itu, sepak terjang kendaraan doplak juga perlu diberi penghargaan dalam memudahkan warga Losari mendapatkan barang kebutuhan mereka, yakni mengantarkan warga ke Pasar Paninggaran, memberi tumpangan kepada kedua pemilik warung untuk berkulakan, dan yang paling utama memberikan jasa angkut bagi warga yang ingin menjual hasil pertanian ke Pasar.


Baca selengkapnya >>> http://farman.waper.co