Hegemoni: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Hegemoni''' ({{lang-el|ἡγεμονία hēgemonía}}) pada awalnya merujuk pada [[dominasi]] (kepemimpinan) suatu [[negara-kota]] [[Yunani]] terhadap negara-kota lain dan berkembang menjadi dominasi [[negara]] terhadap negara lain. Ahli politik [[Antonio Gramsci]] mengembangkan makna awal tersebut untuk merujuk pada dominasi suatu [[kelas sosial]] terhadap kelas sosial lain dalam [[masyarakat]] melalui [[hegemoni budaya]].<ref>K. J. Holsti, ''The Dividing Discipline: Hegemony and Diversity in International Theory'' (1985)</ref> Hegemoni juga merupakan suatu bentuk [[kekaisaran]] yang mengendalikan negara-negara bawahannya dengan ''kekuasaan'' (persepsi bahwa ia dapat memaksakan tujuan politiknya), dan bukannya dengan ''kekuatan'' (tindakan fisik langsung untuk memaksakan tujuan politiknya).<ref>Ross Hassig, ''Mexico and the Spanish Conquest'' (1994), p. 22</ref>
'''Hegemoni''' ({{lang-el|ἡγεμονία hēgemonía}}) pada awalnya merujuk pada [[dominasi]] (kepemimpinan) suatu [[negara-kota]] [[Yunani]] terhadap negara-kota lain dan berkembang menjadi dominasi [[negara]] terhadap negara lain. Ahli politik [[Antonio Gramsci]] mengembangkan makna awal tersebut untuk merujuk pada dominasi suatu [[kelas sosial]] terhadap kelas sosial lain dalam [[masyarakat]] melalui [[hegemoni budaya]].<ref>K. J. Holsti, ''The Dividing Discipline: Hegemony and Diversity in International Theory'' (1985)</ref> Hegemoni juga merupakan suatu bentuk [[kekaisaran]] yang mengendalikan negara-negara bawahannya dengan ''kekuasaan'' (persepsi yutyghgahwa ia dapat memaksakan tujuan politiknya), dan bukannya dengan ''kekuatan'' (tindakan fisik langsung untuk memaksakan tujuan politiknya).<ref>Ross Hassig, ''Mexico and the Spanish Conquest'' (1994), p. 22</ref>


Dalam [[hubungan internasional]], ''hegemon'' (pemimpin) menentukan politik negara bawahannya melalui [[imperialisme budaya]], misalnya [[bahasa]] (''[[lingua franca]]'' penguasa) dan [[birokrasi]] (sosial, ekonomi, pendidikan, pemerintahan), untuk memformalkan dominasinya. Hal ini membuat kekuasaan tidak bergantung pada seseorang, melainkan pada aturan tindakan. Segala pemberontakan karenanya dapat ditindas dengan polisi dan militer lokal tanpa campur tangan langsung hegemon, misalnya pada imperium [[Imperium Spanyol|Spanyol]] dan [[Imperium Britania|Britania]], serta [[penyatuan Jerman]].<ref>Henry Kissinger, ''Diplomacy'' (1994), pp. 137-8: "[...] European coalitions were likely to arise to contain Germany’s Nazis growing, potentially dominant, power"; p. 145: "Unified Germany was achieving the strength to dominate Europe all by itself — an occurrence which Great Britain had always resisted in the past when it came about by conquest".</ref>
Dalam [[hubungan internasional]], ''hegemon'' (pemimpin) menentukan politik negara bawahannya melalui [[imperialisme budaya]], misalnya [[bahasa]] (''[[lingua franca]]'' penguasa) dan [[birokrasi]] (sosial, ekonomi, pendidikan, pemerintahan), untuk memformalkan dominasinya. Hal ini membuat kekuasaan tidak bergantung pada seseorang, melainkan pada aturan tindakan. Segala pemberontakan karenanya dapat ditindas dengan polisi dan militer lokal tanpa campur tangan langsung hegemon, misalnya pada imperium [[Imperium Spanyol|Spanyol]] dan [[Imperium Britania|Britania]], serta [[penyatuan Jerman]].<ref>Henry Kissinger, ''Diplomacy'' (1994), pp. 137-8: "[...] European coalitions were likely to arise to contain Germany’s Nazis growing, potentially dominant, power"; p. 145: "Unified Germany was achieving the strength to dominate Europe all by itself — an occurrence which Great Britain had always resisted in the past when it came about by conquest".</ref>

Revisi per 8 Agustus 2017 07.37

Hegemoni (Yunani: ἡγεμονία hēgemonía) pada awalnya merujuk pada dominasi (kepemimpinan) suatu negara-kota Yunani terhadap negara-kota lain dan berkembang menjadi dominasi negara terhadap negara lain. Ahli politik Antonio Gramsci mengembangkan makna awal tersebut untuk merujuk pada dominasi suatu kelas sosial terhadap kelas sosial lain dalam masyarakat melalui hegemoni budaya.[1] Hegemoni juga merupakan suatu bentuk kekaisaran yang mengendalikan negara-negara bawahannya dengan kekuasaan (persepsi yutyghgahwa ia dapat memaksakan tujuan politiknya), dan bukannya dengan kekuatan (tindakan fisik langsung untuk memaksakan tujuan politiknya).[2]

Dalam hubungan internasional, hegemon (pemimpin) menentukan politik negara bawahannya melalui imperialisme budaya, misalnya bahasa (lingua franca penguasa) dan birokrasi (sosial, ekonomi, pendidikan, pemerintahan), untuk memformalkan dominasinya. Hal ini membuat kekuasaan tidak bergantung pada seseorang, melainkan pada aturan tindakan. Segala pemberontakan karenanya dapat ditindas dengan polisi dan militer lokal tanpa campur tangan langsung hegemon, misalnya pada imperium Spanyol dan Britania, serta penyatuan Jerman.[3]

Referensi

  • Joseph, Jonathan (2002), Hegemony: A Realist Analysis, New York: Routledge, ISBN 0-415-26836-2 .
  • Slack, Jennifer Daryl (1996), "The Theory and Method of Articulation in Cultural Studies", dalam Morley, David; Chen, Kuan-Hsing, Stuart Hall: Critical Dialogues in Cultural Studies, London: Routledge, hlm. 112–127 .

Catatan kaki

  1. ^ K. J. Holsti, The Dividing Discipline: Hegemony and Diversity in International Theory (1985)
  2. ^ Ross Hassig, Mexico and the Spanish Conquest (1994), p. 22
  3. ^ Henry Kissinger, Diplomacy (1994), pp. 137-8: "[...] European coalitions were likely to arise to contain Germany’s Nazis growing, potentially dominant, power"; p. 145: "Unified Germany was achieving the strength to dominate Europe all by itself — an occurrence which Great Britain had always resisted in the past when it came about by conquest".

Pranala luar