Tujuh dosa mematikan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Boschsevendeadlysins.jpg|thumb|"Tujuh Dosa Mematikan dan Empat Hal Terakhir" karya [[Hieronymus Bosch]]]]
[[Berkas:Boschsevendeadlysins.jpg|thumb|"Tujuh Dosa Mematikan dan Empat Hal Terakhir" karya [[Hieronymus Bosch]]]]
'''Tujuh dosa pokok''' ({{lang-en|seven capital sins}}) '''tujuh dosa mematikan''' ({{lang-en|seven deadly sins}}) adalah [[dosa]]-[[dosa]] yang mengakibatkan dosa-dosa lain dan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya.<ref name="kgk1866">{{cite web |url=http://imankatolik.or.id/katekismus.php?q=1866 |title=Katekismus Gereja Katolik #1866 |publisher=Iman Katolik}}</ref> Sebagai contohnya seseorang yang membiarkan dirinya terus dikuasai kemarahan, suatu saat dapat melakukan balas dendam dengan [[membunuh]]; seseorang yang dikuasai ketamakan dapat melakukan [[korupsi]] ([[mencuri]]) jika ada kesempatan. Membunuh dan mencuri merupakan dosa akibat dari dosa lain, yaitu dosa-dosa pokok.

'''Tujuh dosa pokok''' ({{lang-en|seven capital sins}}), atau disebut juga '''tujuh dosa mematikan''' ({{lang-en|seven deadly sins}}), adalah [[dosa]]-[[dosa]] yang mengakibatkan dosa-dosa lain dan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya.<ref name="kgk1866">{{cite web |url=http://imankatolik.or.id/katekismus.php?q=1866 |title=Katekismus Gereja Katolik #1866 |publisher=Iman Katolik}}</ref> Sebagai contohnya seseorang yang membiarkan dirinya terus dikuasai kemarahan, suatu saat dapat melakukan balas dendam dengan [[membunuh]]; seseorang yang dikuasai ketamakan dapat melakukan [[korupsi]] ([[mencuri]]) jika ada kesempatan. Membunuh dan mencuri merupakan dosa akibat dari dosa lain, yaitu dosa-dosa pokok.


Dosa-dosa pokok ini dihubungkan dengan kebiasaan buruk yang digolongkan menurut [[Tujuh kebajikan|kebajikan]] (''virtues'') yang adalah lawannya. Kebiasaan buruk merupakan lawan dari keutamaan atau kebajikan; diakibatkan oleh kebiasaan yang melenceng dari kebaikan, kebiasaan yang mengaburkan suara hati dan membuat seseorang cenderung melakukan hal buruk.<ref name="kompendium">{{cite web |url=http://www.vatican.va/archive/compendium_ccc/documents/archive_compendium-ccc_id.pdf |title=Kompendium Katekismus Gereja Katolik |publisher=Konferensi Waligereja Indonesia dan Penerbit Kanisius |author=Benedictus PP XVI |year=2005 |edition=2013 |isbn=978-979-21-2184-1}}</ref><ref name="kgk1866"/>
Dosa-dosa pokok ini dihubungkan dengan kebiasaan buruk yang digolongkan menurut [[Tujuh kebajikan|kebajikan]] (''virtues'') yang adalah lawannya. Kebiasaan buruk merupakan lawan dari keutamaan atau kebajikan; diakibatkan oleh kebiasaan yang melenceng dari kebaikan, kebiasaan yang mengaburkan suara hati dan membuat seseorang cenderung melakukan hal buruk.<ref name="kompendium">{{cite web |url=http://www.vatican.va/archive/compendium_ccc/documents/archive_compendium-ccc_id.pdf |title=Kompendium Katekismus Gereja Katolik |publisher=Konferensi Waligereja Indonesia dan Penerbit Kanisius |author=Benedictus PP XVI |year=2005 |edition=2013 |isbn=978-979-21-2184-1}}</ref><ref name="kgk1866"/>
Baris 10: Baris 9:
=== Kesombongan ===
=== Kesombongan ===
{{utama|Kesombongan}}
{{utama|Kesombongan}}
Kesombongan ({{lang-en|pride}}, {{lang-la|superbia}}), atau kecongkakan, adalah awal mula segala dosa; bukan semata-mata berarti bahwa semua dosa berasal dari kesombongan, tetapi karena semua dosa secara alami timbul dari kesombongan. Santo [[Thomas Aquinas]] yang menyatakan hal tersebut menjelaskan bahwa meninggalkan Tuhan adalah bagian pertama, atau awal mula, kesombongan ([http://imankatolik.or.id/alkitab.php?k=sir&b=10&a1=12&a2=12 Sirakh 10:12]).<ref name="st162">{{cite web |url=http://www.newadvent.org/summa/3162.htm |title=The Summa Theologica II-II.Q162.A7 (Pride) |publisher=New Advent |edition=1920, Second and Revised Edition |author=Thomas Aquinas}}</ref>
Kesombongan ({{lang-en|pride}} {{lang-la|superbia}}) atau kecongkakan atau keangkuhan adalah awal segala dosa; bukan semata-mata berarti bahwa semua dosa berasal dari kesombongan, tetapi karena semua dosa secara alami timbul dari kesombongan. Santo [[Thomas Aquinas]] yang menyatakan hal tersebut menjelaskan bahwa meninggalkan Tuhan adalah bagian pertama atau berawal dari kesombongan.<ref name="st162">{{cite web |url=http://www.newadvent.org/summa/3162.htm |title=The Summa Theologica II-II.Q162.A7 (Pride) |publisher=New Advent |edition=1920, Second and Revised Edition |author=Thomas Aquinas}}</ref>


Kesombongan adalah hasrat berlebihan dimana manusia menilai dirinya terlalu tinggi; dalam tahap kepenuhannya manusia menjadikan dirinya sendiri 'tuhan' karena penolakan untuk menundukkan akal budi dan keinginannya pada Tuhan, termasuk tunduk pada mereka yang dalam kewenangan mewakili-Nya. Kesombongan hanya dapat ditundukkan dengan mengembangkan kebajikan/keutamaan yang adalah lawannya, yaitu kerendahan hati.<ref name="10perintah">{{cite web |url=http://katolisitas.org/5684/10-perintah-allah-7-dosa-pokok |title=10 Perintah Allah & 7 dosa pokok |publisher=katolisitas.org |author=Ingrid Listiati}}</ref><ref name="apa">{{cite web |url=http://www.indocell.net/yesaya/pustaka2/id435.htm |title=Apa itu Dosa-Dosa Pokok? |publisher=www.indocell.net/yesaya |author=Fr. William P. Saunders}}</ref>
Kesombongan adalah hasrat berlebihan di saat manusia menilai dirinya terlalu tinggi; dalam tahap kepenuhannya manusia menjadikan dirinya sendiri 'tuhan' karena penolakan untuk menundukkan akal budi dan keinginannya pada Tuhan, termasuk tunduk pada mereka yang dalam kewenangan mewakili-Nya. Kesombongan hanya dapat ditundukkan dengan mengembangkan kebajikan/keutamaan yang adalah lawannya, yaitu kerendahan hati.<ref name="10perintah">{{cite web |url=http://katolisitas.org/5684/10-perintah-allah-7-dosa-pokok |title=10 Perintah Allah & 7 dosa pokok |publisher=katolisitas.org |author=Ingrid Listiati}}</ref><ref name="apa">{{cite web |url=http://www.indocell.net/yesaya/pustaka2/id435.htm |title=Apa itu Dosa-Dosa Pokok? |publisher=www.indocell.net/yesaya |author=Fr. William P. Saunders}}</ref>


=== Ketamakan ===
=== Ketamakan ===
Baris 30: Baris 29:
=== Hawa nafsu ===
=== Hawa nafsu ===
{{utama|Hawa nafsu}}
{{utama|Hawa nafsu}}
Hawa nafsu ({{lang-en|lust}}, {{lang-la|luxuria}}) yang dimaksudkan di sini adalah hawa nafsu seksual, atau sering diasosiasikan dengan [[cabul|percabulan]]; suatu hasrat yang berlebihan akan kenikmatan seksual. Ungkapan kebiasaan buruk hawa nafsu menghasilkan dosa berat melawan kemurnian yaitu: [[perzinahan]], [[masturbasi]], [[perselingkuhan]], [[pornografi]], [[pelacuran]], [[perkosaan]], dan tindakan [[homoseksual]] (yang merupakan dosa adalah tindakan/perbuatan seksualnya, bukan kecenderungan seksualnya).<ref name="kompendium"/> Perjuangan mengatasi hawa nafsu membutuhkan keutamaan kemurnian berupa pembersihan hati dan pengendalian diri.<ref name="kgk2517">{{cite web |url=http://imankatolik.or.id/katekismus.php?q=2517 |title=Katekismus Gereja Katolik #2517 |publisher=Iman Katolik}}</ref>
Hawa nafsu ({{lang-en|lust}}, {{lang-la|luxuria}}) yang dimaksudkan di sini adalah hawa nafsu seksual, atau sering diasosiasikan dengan [[cabul|percabulan]]; suatu hasrat yang berlebihan akan kenikmatan seksual. Ungkapan kebiasaan buruk hawa nafsu menghasilkan dosa berat melawan kemurnian yaitu: [[perzinaan]], [[masturbasi]], [[perselingkuhan]], [[pornografi]], [[pelacuran]], [[perkosaan]], dan tindakan [[homoseksual]] (yang merupakan dosa adalah tindakan/perbuatan seksualnya, bukan kecenderungan seksualnya).<ref name="kompendium"/> Perjuangan mengatasi hawa nafsu membutuhkan keutamaan kemurnian berupa pembersihan hati dan pengendalian diri.<ref name="kgk2517">{{cite web |url=http://imankatolik.or.id/katekismus.php?q=2517 |title=Katekismus Gereja Katolik #2517 |publisher=Iman Katolik}}</ref>


=== Kerakusan ===
=== Kerakusan ===
Baris 42: Baris 41:
Kemalasan ({{lang-en|sloth}}, {{lang-la|acedia}}) adalah suatu ketidakpedulian yang utamanya berkaitan dengan hal-hal rohani. St [[Yohanes dari Damaskus]], seorang [[Bapa Gereja]] dan [[Doktor Gereja]] dari Timur, mendefinisikan kemalasan sebagai suatu kepiluan atau kesusahan hati yang menindas yang begitu menekan pikiran atau [[budi]] seseorang sehingga ia tidak ingin melakukan apa-apa. Kemudian St. Thomas Aquinas menyatakan bahwa kemalasan adalah dosa karena kesusahan hati tersebut menghalangi seseorang untuk berbuat baik; baik kemalasan itu sendiri maupun dampak yang ditimbulkannya adalah jahat.<ref name="st035">{{en}} {{cite web |url=http://www.newadvent.org/summa/3035.htm |title=The Summa Theologica II-II.Q35.A1 (Sloth) |publisher=New Advent |edition=1920, Second and Revised Edition |author=[[Thomas Aquinas]]}}</ref> KGK #2094 menyatakan bahwa kejenuhan rohani atau kemalasan rohani dapat mengakibatkan seseorang menolak kegembiraan yang datang dari Allah dan membenci hal-hal ilahi. Kebencian terhadap Allah muncul dari [[kesombongan]] sehingga untuk mengatasinya, selain butuh keutamaan ketekunan, mutlak dibutuhkan [[kerendahan hati]].<ref name="kgk2094">{{KGK|2094|long=yes}}</ref>
Kemalasan ({{lang-en|sloth}}, {{lang-la|acedia}}) adalah suatu ketidakpedulian yang utamanya berkaitan dengan hal-hal rohani. St [[Yohanes dari Damaskus]], seorang [[Bapa Gereja]] dan [[Doktor Gereja]] dari Timur, mendefinisikan kemalasan sebagai suatu kepiluan atau kesusahan hati yang menindas yang begitu menekan pikiran atau [[budi]] seseorang sehingga ia tidak ingin melakukan apa-apa. Kemudian St. Thomas Aquinas menyatakan bahwa kemalasan adalah dosa karena kesusahan hati tersebut menghalangi seseorang untuk berbuat baik; baik kemalasan itu sendiri maupun dampak yang ditimbulkannya adalah jahat.<ref name="st035">{{en}} {{cite web |url=http://www.newadvent.org/summa/3035.htm |title=The Summa Theologica II-II.Q35.A1 (Sloth) |publisher=New Advent |edition=1920, Second and Revised Edition |author=[[Thomas Aquinas]]}}</ref> KGK #2094 menyatakan bahwa kejenuhan rohani atau kemalasan rohani dapat mengakibatkan seseorang menolak kegembiraan yang datang dari Allah dan membenci hal-hal ilahi. Kebencian terhadap Allah muncul dari [[kesombongan]] sehingga untuk mengatasinya, selain butuh keutamaan ketekunan, mutlak dibutuhkan [[kerendahan hati]].<ref name="kgk2094">{{KGK|2094|long=yes}}</ref>


== Tujuh dosa pokok vs tujuh kebajikan ==
== Tujuh dosa pokok lawan tujuh kebajikan ==
Tabel berikut adalah rangkuman seluruh dosa pokok beserta keutamaan atau kebajikan yang adalah lawannya.
Tabel berikut adalah rangkuman seluruh dosa pokok beserta keutamaan atau kebajikan yang adalah lawannya.



Revisi per 7 Agustus 2017 05.27

"Tujuh Dosa Mematikan dan Empat Hal Terakhir" karya Hieronymus Bosch

Tujuh dosa pokok (Inggris: seven capital sins) tujuh dosa mematikan (Inggris: seven deadly sins) adalah dosa-dosa yang mengakibatkan dosa-dosa lain dan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya.[1] Sebagai contohnya seseorang yang membiarkan dirinya terus dikuasai kemarahan, suatu saat dapat melakukan balas dendam dengan membunuh; seseorang yang dikuasai ketamakan dapat melakukan korupsi (mencuri) jika ada kesempatan. Membunuh dan mencuri merupakan dosa akibat dari dosa lain, yaitu dosa-dosa pokok.

Dosa-dosa pokok ini dihubungkan dengan kebiasaan buruk yang digolongkan menurut kebajikan (virtues) yang adalah lawannya. Kebiasaan buruk merupakan lawan dari keutamaan atau kebajikan; diakibatkan oleh kebiasaan yang melenceng dari kebaikan, kebiasaan yang mengaburkan suara hati dan membuat seseorang cenderung melakukan hal buruk.[2][1]

Daftar 7 dosa pokok

Daftar dosa-dosa pokok mengalami beberapa perkembangan atau penyesuaian sepanjang sejarah. Yang umum digunakan saat ini adalah hasil revisi dari Santo Gregorius Agung (Paus Gregorius I), sebagaimana dituliskan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) #1866.[1][3]

Kesombongan

Kesombongan (Inggris: pride bahasa Latin: superbia) atau kecongkakan atau keangkuhan adalah awal segala dosa; bukan semata-mata berarti bahwa semua dosa berasal dari kesombongan, tetapi karena semua dosa secara alami timbul dari kesombongan. Santo Thomas Aquinas yang menyatakan hal tersebut menjelaskan bahwa meninggalkan Tuhan adalah bagian pertama atau berawal dari kesombongan.[4]

Kesombongan adalah hasrat berlebihan di saat manusia menilai dirinya terlalu tinggi; dalam tahap kepenuhannya manusia menjadikan dirinya sendiri 'tuhan' karena penolakan untuk menundukkan akal budi dan keinginannya pada Tuhan, termasuk tunduk pada mereka yang dalam kewenangan mewakili-Nya. Kesombongan hanya dapat ditundukkan dengan mengembangkan kebajikan/keutamaan yang adalah lawannya, yaitu kerendahan hati.[5][6]

Ketamakan

Ketamakan (Inggris: greed, avarice, bahasa Latin: avaritia), atau keserakahan, adalah keinginan tak terkendali atas materi atau harta duniawi. Dalam Kitab Suci tertulis bahwa orang yang tamak tidak pernah memiliki uang yang cukup dan tidak pernah penghasilannya terpuaskan (Pengkhotbah 5:9).[7] Santo Paulus mengatakan bahwa cinta akan uang adalah akar segala kejahatan dan menyebabkan seseorang dapat menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya sendiri (1 Timotius 6:10); menggambarkan betapa seriusnya dosa pokok ini. Lawan dari dosa ketamakan adalah keutamaan kemurahan hati.[5]

St Gregorius, karya Juan Rizi

Iri hati

Iri hati (Inggris: envy, bahasa Latin: invidia) adalah suatu kekecewaan atau kecemburuan atas keuntungan orang lain dan menghendakinya untuk dimiliki sendiri dengan cara yang tidak adil. Sehingga seseorang melakukan dosa berat karena menginginkan yang jahat bagi sesamanya. St Gregorius Agung mengatakan bahwa iri hati menimbulkan kedengkian, fitnah, hujat, kegirangan akan kesengsaraan sesama, dan menyesalkan keberuntungannya. (KGK #2539)[8] Kebajikan yang adalah lawannya adalah kebaikan hati; namun mengingat kesombongan adalah 'ibu dosa' maka kerendahan hati mutlak dibutuhkan juga. (KGK #2540)[9]

Kemarahan

Kemarahan (Inggris: wrath, anger, bahasa Latin: ira) yang dimaksud di sini adalah kemurkaan berupa keinginan untuk membalas dendam. Kemurkaan yang besar sehingga orang ingin membunuh sesama, atau ingin melukainya, adalah kesalahan besar melawan cinta kasih dan merupakan dosa berat (Matius 5:22).[10] St. Thomas Aquinas menyatakan mengenai kemarahan yang diperbolehkan:[11]

"Tidaklah diperkenankan menginginkan pembalasan dendam, dengan suatu maksud jahat, kepada orang yang harus dihukum; tetapi sungguh terpuji jika menginginkan pembalasan dendam berupa suatu perbaikan atas kebiasaan buruk dan untuk mempertahankan keadilan."

Hawa nafsu

Hawa nafsu (Inggris: lust, bahasa Latin: luxuria) yang dimaksudkan di sini adalah hawa nafsu seksual, atau sering diasosiasikan dengan percabulan; suatu hasrat yang berlebihan akan kenikmatan seksual. Ungkapan kebiasaan buruk hawa nafsu menghasilkan dosa berat melawan kemurnian yaitu: perzinaan, masturbasi, perselingkuhan, pornografi, pelacuran, perkosaan, dan tindakan homoseksual (yang merupakan dosa adalah tindakan/perbuatan seksualnya, bukan kecenderungan seksualnya).[2] Perjuangan mengatasi hawa nafsu membutuhkan keutamaan kemurnian berupa pembersihan hati dan pengendalian diri.[12]

Kerakusan

Kerakusan (Inggris: gluttony, bahasa Latin: gula) di sini sehubungan dengan hasrat berlebihan akan makanan ataupun minuman. Dalam tulisannya di "Summa Theologiae" St. Thomas Aquinas mengutip kata-kata St. Agustinus ketika menjawab keberatan bahwa kerakusan bukanlah dosa:[13]

"Seseorang yang menikmati daging dan minum lebih dari yang dibutuhkan haruslah mengetahui bahwa hal ini termasuk salah satu dosa ringan."

Kebajikan yang adalah lawan dari kerakusan adalah penguasaan diri dengan berpantang, tindakan nyatanya yaitu berpuasa.[14]

St. Yohanes dari Damaskus

Kemalasan

Kemalasan (Inggris: sloth, bahasa Latin: acedia) adalah suatu ketidakpedulian yang utamanya berkaitan dengan hal-hal rohani. St Yohanes dari Damaskus, seorang Bapa Gereja dan Doktor Gereja dari Timur, mendefinisikan kemalasan sebagai suatu kepiluan atau kesusahan hati yang menindas yang begitu menekan pikiran atau budi seseorang sehingga ia tidak ingin melakukan apa-apa. Kemudian St. Thomas Aquinas menyatakan bahwa kemalasan adalah dosa karena kesusahan hati tersebut menghalangi seseorang untuk berbuat baik; baik kemalasan itu sendiri maupun dampak yang ditimbulkannya adalah jahat.[15] KGK #2094 menyatakan bahwa kejenuhan rohani atau kemalasan rohani dapat mengakibatkan seseorang menolak kegembiraan yang datang dari Allah dan membenci hal-hal ilahi. Kebencian terhadap Allah muncul dari kesombongan sehingga untuk mengatasinya, selain butuh keutamaan ketekunan, mutlak dibutuhkan kerendahan hati.[16]

Tujuh dosa pokok lawan tujuh kebajikan

Tabel berikut adalah rangkuman seluruh dosa pokok beserta keutamaan atau kebajikan yang adalah lawannya.

Dosa pokok (capital sins) Kebajikan (virtues)
Kesombongan (superbia) Kerendahan hati (humilitas)
Ketamakan (avaritia) Kasih (caritas)
Iri hati (invidia) Kebaikan hati (humanitas)
Kemarahan (ira) Kesabaran (patientia)
Hawa nafsu (luxuria) Kemurnian (castitas)
Kerakusan (gula) Penguasaan diri (temperantia)
Kemalasan (acedia) Ketekunan (industria)

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c "Katekismus Gereja Katolik #1866". Iman Katolik. 
  2. ^ a b Benedictus PP XVI (2005). "Kompendium Katekismus Gereja Katolik" (PDF) (edisi ke-2013). Konferensi Waligereja Indonesia dan Penerbit Kanisius. ISBN 978-979-21-2184-1. 
  3. ^ "Catechism of the Catholic Church 1865-1869 (V. The Proliferation of Sin)". Libreria Editrice Vaticana. 
  4. ^ Thomas Aquinas. "The Summa Theologica II-II.Q162.A7 (Pride)" (edisi ke-1920, Second and Revised Edition). New Advent. 
  5. ^ a b Ingrid Listiati. "10 Perintah Allah & 7 dosa pokok". katolisitas.org. 
  6. ^ Fr. William P. Saunders. "Apa itu Dosa-Dosa Pokok?". www.indocell.net/yesaya. 
  7. ^ "Katekismus Gereja Katolik #2536". Iman Katolik. 
  8. ^ "Katekismus Gereja Katolik #2539". Iman Katolik. 
  9. ^ "Katekismus Gereja Katolik #2540". Iman Katolik. 
  10. ^ "Katekismus Gereja Katolik #2302". Iman Katolik. 
  11. ^ Thomas Aquinas. "The Summa Theologica II-II.Q158.A1" (edisi ke-1920, Second and Revised Edition). New Advent. 
  12. ^ "Katekismus Gereja Katolik #2517". Iman Katolik. 
  13. ^ Thomas Aquinas. "The Summa Theologica II-II.Q148.A2 (Gluttony)" (edisi ke-1920, Second and Revised Edition). New Advent. 
  14. ^ Thomas Aquinas. "The Summa Theologica - Second Part of the Second Part" (edisi ke-1920, Second and Revised Edition). New Advent. 
  15. ^ (Inggris) Thomas Aquinas. "The Summa Theologica II-II.Q35.A1 (Sloth)" (edisi ke-1920, Second and Revised Edition). New Advent. 
  16. ^ (Inggris) "Paragraph 2094", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012