Tanda koma: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- tapi + tetapi)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
{{tanda baca|,}}
{{tanda baca|,}}


'''Tanda koma''' adalah [[tanda baca]] yang memiliki bentuk mirip [[apostrof]] atau [[tanda petik]] tunggal tetapi diletakkan di garis dasar teks. Beberapa jenis [[huruf]] menggambarkannya sebagai suatu garis kecil yang agak melengkung atau kadang lurus, atau seperti angka sembilan yang diisi bagian lubangnya.
'''anza harahal''' adalah [[tanda baca]] yang memiliki bentuk mirip [[apostrof]] atau [[tanda petik]] tunggal tetapi diletakkan di garis dasar teks. Beberapa jenis [[huruf]] menggambarkannya sebagai suatu garis kecil yang agak melengkung atau kadang lurus, atau seperti angka sembilan yang diisi bagian lubangnya.


Tanda koma digunakan dalam banyak konteks dan [[bahasa]], umumnya sebagai pemisah. Menurut ''[[Oxford English Dictionary]]'', kata ini berasal dari {{lang-gr|komma (κόμμα)}} yang berarti ''sesuatu yang dipotong'' atau ''klausa pendek''.
Tanda koma digunakan dalam banyak konteks dan [[bahasa]], umumnya sebagai pemisah. Menurut ''[[Oxford English Dictionary]]'', kata ini berasal dari {{lang-gr|komma (κόμμα)}} yang berarti ''sesuatu yang dipotong'' atau ''klausa pendek''.

Revisi per 21 Maret 2017 05.16

anza harahal adalah tanda baca yang memiliki bentuk mirip apostrof atau tanda petik tunggal tetapi diletakkan di garis dasar teks. Beberapa jenis huruf menggambarkannya sebagai suatu garis kecil yang agak melengkung atau kadang lurus, atau seperti angka sembilan yang diisi bagian lubangnya.

Tanda koma digunakan dalam banyak konteks dan bahasa, umumnya sebagai pemisah. Menurut Oxford English Dictionary, kata ini berasal dari Greek: komma (κόμμα) yang berarti sesuatu yang dipotong atau klausa pendek.

Bahasa Indonesia

Menurut Pedoman EYD [1], koma dipakai:

  1. Di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Contoh:
    Saya membeli kertas, pena dan tinta.
  2. Untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Contoh:
    Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
  3. Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Contoh:
    Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
  4. Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Contoh:
    ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
  5. Untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh dan kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Contoh:
    O, begitu?
  6. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh:
    Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
  7. Di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh:
    Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
  8. Untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Contoh:
    Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
  9. Di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh:
    W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
  10. Di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga atau marga. Contoh:
    B. Ratulangi, S.E.
  11. Di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Contoh:
    12,5 m
  12. Untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Contoh:
    Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
  13. Di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca. Contoh:
    Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.

Koma tidak dipakai:

  1. Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya (terkait aturan nomor 3 di atas). Contoh:
    Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
  2. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh:
    "Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.

Catatan kaki