Faisal dari Arab Saudi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 34: Baris 34:
Dalam didikan keluarga dan ulama-ulama disekitarnya, Pangeran Faisal pun tumbuh sebagai anak yang baik dalam pendidikan kerohaniannya, bahkan ia sudah mampu menghafal [[Al-Qur'an]] dalam usia yang masih sangat muda. Dimasa remajanya, tepatnya diusia 16 tahun, Pangeran Faisal diangkat menjadi panglima perang dan diberi kepercayaan memimpin sebuah ekspedisi untuk memadamkan pemberontakan sebuah suku di wilayah Asir, [[Hijaz]] bagian selatan. Pengalaman militernya kembali digembleng diusia 19 tahun, ketika diberi kepercayaan mengomandani sebuah pasukan untuk merebut [[Jeddah]] dari suku Hashemit yang berhaluan Syi'ah Zaidiyah yang seringkali membuat makar melawan Pemerintah di [[Hijaz]]. Pangeran Faisal mencapai prestasi puncaknya dalam bidang militer pada tahun 1934, setelah dia berhasil merebut pelabuhan Hoderida dalam waktu yang relatif singkat dari kekuasaan Negara [[Yaman]] Sekuler yang mana waktu itu Negara [[Yaman]] Sekuler dibantu oleh militer [[Kerajaan Inggris]].
Dalam didikan keluarga dan ulama-ulama disekitarnya, Pangeran Faisal pun tumbuh sebagai anak yang baik dalam pendidikan kerohaniannya, bahkan ia sudah mampu menghafal [[Al-Qur'an]] dalam usia yang masih sangat muda. Dimasa remajanya, tepatnya diusia 16 tahun, Pangeran Faisal diangkat menjadi panglima perang dan diberi kepercayaan memimpin sebuah ekspedisi untuk memadamkan pemberontakan sebuah suku di wilayah Asir, [[Hijaz]] bagian selatan. Pengalaman militernya kembali digembleng diusia 19 tahun, ketika diberi kepercayaan mengomandani sebuah pasukan untuk merebut [[Jeddah]] dari suku Hashemit yang berhaluan Syi'ah Zaidiyah yang seringkali membuat makar melawan Pemerintah di [[Hijaz]]. Pangeran Faisal mencapai prestasi puncaknya dalam bidang militer pada tahun 1934, setelah dia berhasil merebut pelabuhan Hoderida dalam waktu yang relatif singkat dari kekuasaan Negara [[Yaman]] Sekuler yang mana waktu itu Negara [[Yaman]] Sekuler dibantu oleh militer [[Kerajaan Inggris]].


Pada tahun 1932, Raja 'Abdul 'Aziz pun memproklamirkan berdirinya Negara Monarki [[Arab Saudi]] dengan Raja 'Abdul 'Aziz bin 'Abdurrahman sendiri sebagai Raja pertama pasca peresmiannya ini. Pada tahun ini pula, Pangeran Faisal diberi jabatan sebagai Menteri Luar Negeri [[Arab Saudi]]. Pada sebuah pidato kenegaraannya dalam sebuah konferensi KTT Perdamaian dikota [[Versailles]], [[Perancis]], kharismanya berhasil memukau delegasi-delegasi negara asing yang hadir dalam konferensi tersebut.
Pada tahun 1932, Raja 'Abdul 'Aziz pun memproklamirkan berdirinya Negara Monarki [[Arab Saudi]] dengan Raja 'Abdul 'Aziz bin 'Abdurrahman sendiri sebagai Raja pertama pasca peresmiannya ini. Pada tahun ini pula, Pangeran Faisal diberi jabatan sebagai Menteri Luar Negeri [[Arab Saudi]]. Pada sebuah pidato kenegaraannya dalam sebuah konferensi KTT Perdamaian di kota [[Versailles]], [[Perancis]], kharismanya berhasil memukau delegasi-delegasi negara asing yang hadir dalam konferensi tersebut.


Setelah PBB ([[Perserikatan Bangsa-Bangsa]]) mengeluarkan resolusi pemecahan [[Palestina]] untuk pendirian negara [[Israel]], Pangeran Faisal pun mendesak Raja 'Abdul 'Aziz untuk memutuskan hubungan diplomasi dengan [[Amerika Serikat]] yang menjadi salah satu pencetus resolusi tersebut, namun permintaannya ditolak oleh Raja 'Abdul 'Aziz karena masih adanya hubungan timbal balik di antara kedua negara tersebut waktu itu. Selepas Raja Saud bin 'Abdul 'Aziz tersangkut kasus skandal keuangan yang menyebabkannya turun tahta, maka Pangeran Faisal pun dilantik menjadi pemerintah sementara menggantikan kakaknya yang tengah diasingkan keluar negeri oleh keluarganya. Dan pada tanggal 2 November tahun 1964, Pangeran Faisal pun resmi dilantik sebagai Raja ketiga Arab Saudi menggantikan Raja Saud bin 'Abdul 'Aziz dengan gelar Malik Faisal bin 'Abdul 'Aziz as-Saud.
Setelah PBB ([[Perserikatan Bangsa-Bangsa]]) mengeluarkan resolusi pemecahan [[Palestina]] untuk pendirian negara [[Israel]], Pangeran Faisal pun mendesak Raja 'Abdul 'Aziz untuk memutuskan hubungan diplomasi dengan [[Amerika Serikat]] yang menjadi salah satu pencetus resolusi tersebut, namun permintaannya ditolak oleh Raja 'Abdul 'Aziz karena masih adanya hubungan timbal balik di antara kedua negara tersebut waktu itu. Selepas Raja Saud bin 'Abdul 'Aziz tersangkut kasus skandal keuangan yang menyebabkannya turun tahta, maka Pangeran Faisal pun dilantik menjadi pemerintah sementara menggantikan kakaknya yang tengah diasingkan keluar negeri oleh keluarganya. Dan pada tanggal 2 November tahun 1964, Pangeran Faisal pun resmi dilantik sebagai Raja ketiga Arab Saudi menggantikan Raja Saud bin 'Abdul 'Aziz dengan gelar Malik Faisal bin 'Abdul 'Aziz as-Saud.

Revisi per 20 Februari 2017 07.27

Faisal dari Arab Saudi
Raja Arab Saudi
Berkuasa2 November 1964 – 25 Maret 1975
PendahuluSaud
PenerusKhalid
Informasi pribadi
Kelahiran14 April 1906
Riyadh, Al Rashid
Kematian25 Maret 1975(1975-03-25) (umur 69) invalid month invalid day
Arab Saudi
WangsaWangsa Saud
AyahRaja Abdulaziz
IbuTarfa binti Abdullah bin Abdul Latif al Syaikh
PasanganSultana bint Ahmed Al Sudairi
Al Jawhara bint Saud Al Kabir
Haya bint Turki Al Turki
Iffat Al-Thunayan
AnakPangeran Abdullah
Pangeran Mohammed
Putri Sara
Putri Lolowah
Pangeran Khalid
Pangeran Saud
Pangeran Sa'ad
Pangeran Abdul-Rahman
Pangeran Bandar
Putri Latifa
Putri Munira
Putri al-Jauhara
Putri al-Anud
Putri Misha'il
Putri Fahda
Putri Nura
Pangeran Turki
Putri Haifa
AgamaIslam

Faisal bin 'Abdul 'Aziz bin 'Abdurrahman as-Saud (bahasa Arab: فيصل بن عبدالعزيز آل سعود), dikenal dengan sebutan Malik Faisal (Raja Faisal), dan selaku penasehat pada masa jabatannya adalah Mufti pertama Arab Saudi, Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh. Faisal lahir di Riyadh pada tahun 1906 dan merupakan anak ketiga Raja 'Abdul 'Aziz bin 'Abdurrahman as-Saud, Raja pertama dari kalangan Bani Suud yang memproklamirkan berdirinya Negara Monarki Arab Saudi. Ia memiliki darah keturunan Bani Tamim dari pihak ayah maupun ibunya, dan ia pun juga adalah seorang keturunan Suku Quraisy. Dia dianggap sebagai penyelamat keuangan negara dan melakukan moderenisasi dan reformasi diantaranya kebijakan pan-Islamisme, anti komunis, dan pro Palestina. Dia wafat pada tahun 1975 dibunuh oleh keponakannya Faisal bin Musaid.

Awal Kehidupan

Faisal bin Abdul Aziz dilahirkan di Riyadh pada 14 April 1906.[1][2][3] Dia adalah anak ketiga dari Raja pertama, Raja Abdul Aziz[4] Ibunya Tarfa binti Abdullah bin Abdul Latif Asy Syaikh,[5] yang di nikahi Abdul Aziz pada 1902 setelah menaklukkan Riyadh. Dia berasal dari keluarga Asy-Syaikh, keturunan dari Muhammad bin Abdul Wahhab.[6][7] Kakek dari Faisal, Abdullah bin Abdullatif, satu dari ulama dan penasihat raja Abdul Aziz. [8][9]

Ibu dari Faisal meninggal pada 1912 ketika Faisal sangat muda [10] dan Faisal kecil tinggal bersama kakeknya yang mengajarkan dia Al-Quran dan dasar-dasar agama Islam, yang sangat mempengaruhi kehidupannya selanjutnya.

Faisal hanya memiliki 1 saudari, Nurah. Dia dinikahi sepupunya, Khalid bin Muhammad bin Abdul Rahman, anak dari Muhammad bin Abdul Rahman.[11]

Riwayat Hidup

Dalam didikan keluarga dan ulama-ulama disekitarnya, Pangeran Faisal pun tumbuh sebagai anak yang baik dalam pendidikan kerohaniannya, bahkan ia sudah mampu menghafal Al-Qur'an dalam usia yang masih sangat muda. Dimasa remajanya, tepatnya diusia 16 tahun, Pangeran Faisal diangkat menjadi panglima perang dan diberi kepercayaan memimpin sebuah ekspedisi untuk memadamkan pemberontakan sebuah suku di wilayah Asir, Hijaz bagian selatan. Pengalaman militernya kembali digembleng diusia 19 tahun, ketika diberi kepercayaan mengomandani sebuah pasukan untuk merebut Jeddah dari suku Hashemit yang berhaluan Syi'ah Zaidiyah yang seringkali membuat makar melawan Pemerintah di Hijaz. Pangeran Faisal mencapai prestasi puncaknya dalam bidang militer pada tahun 1934, setelah dia berhasil merebut pelabuhan Hoderida dalam waktu yang relatif singkat dari kekuasaan Negara Yaman Sekuler yang mana waktu itu Negara Yaman Sekuler dibantu oleh militer Kerajaan Inggris.

Pada tahun 1932, Raja 'Abdul 'Aziz pun memproklamirkan berdirinya Negara Monarki Arab Saudi dengan Raja 'Abdul 'Aziz bin 'Abdurrahman sendiri sebagai Raja pertama pasca peresmiannya ini. Pada tahun ini pula, Pangeran Faisal diberi jabatan sebagai Menteri Luar Negeri Arab Saudi. Pada sebuah pidato kenegaraannya dalam sebuah konferensi KTT Perdamaian di kota Versailles, Perancis, kharismanya berhasil memukau delegasi-delegasi negara asing yang hadir dalam konferensi tersebut.

Setelah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengeluarkan resolusi pemecahan Palestina untuk pendirian negara Israel, Pangeran Faisal pun mendesak Raja 'Abdul 'Aziz untuk memutuskan hubungan diplomasi dengan Amerika Serikat yang menjadi salah satu pencetus resolusi tersebut, namun permintaannya ditolak oleh Raja 'Abdul 'Aziz karena masih adanya hubungan timbal balik di antara kedua negara tersebut waktu itu. Selepas Raja Saud bin 'Abdul 'Aziz tersangkut kasus skandal keuangan yang menyebabkannya turun tahta, maka Pangeran Faisal pun dilantik menjadi pemerintah sementara menggantikan kakaknya yang tengah diasingkan keluar negeri oleh keluarganya. Dan pada tanggal 2 November tahun 1964, Pangeran Faisal pun resmi dilantik sebagai Raja ketiga Arab Saudi menggantikan Raja Saud bin 'Abdul 'Aziz dengan gelar Malik Faisal bin 'Abdul 'Aziz as-Saud.

Raja Faisal dikenal sebagai pemimpin yang shalih dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Ia sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya, banyak sekali program-program baru yang dicanangkannya selepas penobatannya sebagai kepala negara. Beberapa diantaranya adalah, pada tahun 1967 Raja Faisal menggalakkan program penghapusan perbudakan, program ini ia lakukan dengan membeli seluruh budak di Arab Saudi dengan kas pribadinya hingga tak tersisa satupun budak yang dimiliki seorang majikan di negara itu, bahkan ada budak yang ia beli itu memiliki harga sangat mahal (dengan nilai mata uang dimasa itu), yaitu 2.800 dolar. Kemudian ia bebaskan budak-budak yang dibelinya tersebut dan dilanjutkan dengan pemberlakuan aturan tentang pelarangan adanya perbudakan di Arab Saudi untuk selamanya.

Raja Faisal juga melakukan penyederhanaan gaya hidup keluarga kerajaan serta melakukan penghematan kas kerajaan dengan menarik 500 mobil mewah Cadillac milik istana, dana dari hasil program diatas salah satunya terealisasi pada pembangunan sumur raksasa hingga sedalam 1.200 meter sebagai tambahan sumber air rakyat untuk dialirkan pada lahan-lahan tandus disemenanjung Arab.

Pada tahun yang sama dengan pencanangan program penghapusan perbudakan, Raja Faisal menyerukan Agresi melawan Israel dalam rangka pembelaannya terhadap tanah suci Al-Quds (Yerusalem) dan menghentikan Israel dari program pemekaran wilayah negaranya atas daerah-daerah disekitarnya. Seruan ini dijawab positif oleh Mesir dan Syria yang kemudian tiga negara ini membentuk koalisi militer melawan Israel yang pada saat itu diback-up secara besar-besaran dalam modal dan persenjataan oleh sekutunya, Amerika Serikat. Pada awalnya pasukan koalisi Arab (kaum Muslimin) berada diatas angin dan menguasai pertempuran dengan mudah, setelah pasukan koalisi Arab dari negara Mesir berhasil memukul mundur pasukan Israel dari Syam dan berencana masuk ke wilayah negara Israel untuk memperkuat Al-Quds, tiba-tiba Amerika Serikat mengumumkan pernyataan ancaman terhadap Mesir tentang akan terjadinya pembantaian besar-besaran atas rakyat Mesir oleh Amerika jika Mesir nekat masuk ke wilayah Israel. Maka dalam rangka menyelamatkan negara dan rakyatnya, Gamal Abdul Nasir selaku pemimpin Mesir waktu itu pun terpaksa menarik mundur pasukannya dan mengurungkan niatnya masuk ke wilayah Israel.

Raja Faisal yang mendengar intimidasi itupun marah dan menyerukan perang secara ekonomi melawan Amerika, yaitu dengan mengembargo ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika. Negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (N.A.T.O) yang tadinya mendukung Amerika pun berbalik diam dan meninggalkan dukungannya atas Amerika dikarenakan takut terkena embargo besar Raja Faisal tersebut. Akibat dari embargo tersebut atas Amerika Serikat adalah lumpuhnya sektor industri dan transportasi, bahkan perekonomiannya menjadi kacau hingga mengalami krisis berkepanjangan yang diperkirakan baru bisa pulih selama sepuluh tahun kedepan (sejak dimulainya embargo).

Dalam seruan khutbah Jihadnya melawan Israel, Raja Faisal berdo'a dihadapan khalayak agar Allah menetapkan kematiannya diterima Allah sebagai orang yang terbunuh dijalanNya (Syuhada). Ia juga berdo'a agar Allah bersegera mencabut nyawanya apabila ia tak mampu membebaskan tanah suci Al-Quds (Yerusalem) dari cengkeraman Israel dalam perang yang akan terjadi saat itu.[12]

Pada tanggal 25 Maret 1975, Raja Faisal wafat pada tahun itu karena dibunuh. Pembunuhnya adalah keponakannya sendiri, yaitu Faisal bin Mus'ad yang baru saja pulang dari Amerika Serikat. Mus'ad menyamar sebagai delegasi Kuwait yang ingin bertemu Raja Faisal secara mendadak. Pada saat Raja Faisal berjalan kearahnya untuk menyambut, maka Faisal bin Mus'ad pun tiba-tiba mengeluarkan sepucuk pistol dan menembakkannya ketubuh Raja Faisal sebanyak tiga kali. Dari luka tembak tersebut, Raja Faisal kehabisan darah menghembuskan nafas terakhirnya tak lama setelah itu. Dari hasil penyidikan dan interogasi yang dilakukan, Faisal bin Musaid mengaku bahwa pembunuhan itu atas dasar inisiatifnya sendiri, selain teori konspirasi yang berhembus di masyarakat, petugas pun mencurigai adanya kerusakan mental pada Faisal bin Musaid. Akhirnya tak lama setalah itu, Ibnu Mus'ad (nama panggilan Faisal bin Musaid) itupun dihukum qishos (bunuh) dihadapan khalayak.

Lain-lain

Kota Lyallpur di Pakistan dinamakan kembali menjadi Faisalabad pada tahun 1979. Masjid Faisal di Islamabad, Pakistan, juga dinamakan berdasarkan nama Raja Faisal.

Referensi

<references>Mengenal Raja Faisal dari Kerajaan Arab Saudi: www.youtube.com/watch?v=PlBo3B52Imw

  1. ^ "King Faisal Ibn Abdul Aziz Al Saud, Saudi Arabia". Diakses tanggal 25 June 2012. 
  2. ^ George Kheirallah (1952). Arabia Reborn. Albuquerque: University of New Mexico Press. hlm. 254. Diakses tanggal 14 March 2015.  – via Questia (perlu berlangganan)
  3. ^ "The kings of the Kingdom". Ministry of Commerce and Industry. Diakses tanggal 28 July 2012. 
  4. ^ Nabil Mouline (April–June 2012). "Power and generational transition in Saudi Arabia" (PDF). Critique Internationale. 46: 1–22. Diakses tanggal 24 April 2012. 
  5. ^ Winberg Chai (22 September 2005). Saudi Arabia: A Modern Reader. University Press. hlm. 193. ISBN 978-0-88093-859-4. Diakses tanggal 26 February 2013. 
  6. ^ "Wahhabism – A Unifier or a Divisive Element". APS Diplomat News Service. 7 January 2013. Diakses tanggal 26 March 2013. 
  7. ^ "The New Succession Law Preserves The Monarchy While Reducing The King's Prerogatives". Wikileaks. 22 November 2006. Diakses tanggal 21 July 2013. 
  8. ^ Alexander Bligh (1985). "The Saudi religious elite (Ulama) as participant in the political system of the kingdom". International Journal of Middle East Studies. 17: 37–50. doi:10.1017/S0020743800028750. 
  9. ^ "Riyadh. The capital of monotheism" (PDF). Business and Finance Group. Diakses tanggal 22 July 2013. 
  10. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Bligh
  11. ^ As'ad AbuKhalil (2004). The Battle for Saudi Arabia. Royalty, fundamentalism and global power. New York City: Seven Stories Press. ISBN 1-58322-610-9. 
  12. ^ Raja Faisal dari Kerajaan Arab Saudi
Didahului oleh:
Saud
Raja Arab Saudi
1964–1975
Diteruskan oleh:
Khalid