Dretarastra: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
PixelBot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: de:Dhritarashtra
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 11: Baris 11:
'''Dretarastra''' ([[Sansekerta]]:धृतराष्ट्र; ''Dhritarāshtra'') dalam wiracarita [[Mahabharata]], adalah putera [[Wicitrawirya]] dan [[Ambika]]. Ia buta semenjak lahir, karena ibunya menutup mata sewaktu mengikuti upacara ''Putrotpadana'' yang diselenggarakan oleh Resi [[Byasa]] untuk memperoleh keturunan. Ia merupakan saudara tiri [[Pandu]], dan lebih tua darinya. Sebenarnya Dretarastra yang berhak menjadi Raja [[Hastinapura]] karena ia merupakan putera Wicitrawirya yang tertua. Akan tetapi beliau buta sehingga pemerintahan harus diserahkan adiknya. Setelah Pandu wafat, ia menggantikan jabatan adiknya tersebut. Dretarastra adalah bapak dari para [[Korawa]] dan suami Dewi [[Gandari]].
'''Dretarastra''' ([[Sansekerta]]:धृतराष्ट्र; ''Dhritarāshtra'') dalam wiracarita [[Mahabharata]], adalah putera [[Wicitrawirya]] dan [[Ambika]]. Ia buta semenjak lahir, karena ibunya menutup mata sewaktu mengikuti upacara ''Putrotpadana'' yang diselenggarakan oleh Resi [[Byasa]] untuk memperoleh keturunan. Ia merupakan saudara tiri [[Pandu]], dan lebih tua darinya. Sebenarnya Dretarastra yang berhak menjadi Raja [[Hastinapura]] karena ia merupakan putera Wicitrawirya yang tertua. Akan tetapi beliau buta sehingga pemerintahan harus diserahkan adiknya. Setelah Pandu wafat, ia menggantikan jabatan adiknya tersebut. Dretarastra adalah bapak dari para [[Korawa]] dan suami Dewi [[Gandari]].


==Kelahiran==
== Kelahiran ==


Ayah Dretarastra adalah [[Wicitrawirya]] dan ibunya adalah [[Ambika]]. Setelah Wicitrawirya wafat tanpa memiliki keturunan, [[Satyawati]] mengirim kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan [[Ambalika]], untuk menemui Resi [[Byasa]], sebab Sang Resi akan mengadakan suatu upacara bagi mereka agar memperoleh keturunan. [[Satyawati]] menyuruh [[Ambika]] agar menemui Resi [[Byasa]] di ruang upacara. Setelah Ambika memasuki ruangan upacara, ia melihat wajah Sang Resi sangat dahsyat dengan mata yang menyala-nyala. Hal itu membuatnya menutup mata. Karena Ambika menutup mata selama upacara berlangsung, maka anaknya terlahir buta. Anak tersebut adalah Dretarastra.
Ayah Dretarastra adalah [[Wicitrawirya]] dan ibunya adalah [[Ambika]]. Setelah Wicitrawirya wafat tanpa memiliki keturunan, [[Satyawati]] mengirim kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan [[Ambalika]], untuk menemui Resi [[Byasa]], sebab Sang Resi akan mengadakan suatu upacara bagi mereka agar memperoleh keturunan. [[Satyawati]] menyuruh [[Ambika]] agar menemui Resi [[Byasa]] di ruang upacara. Setelah Ambika memasuki ruangan upacara, ia melihat wajah Sang Resi sangat dahsyat dengan mata yang menyala-nyala. Hal itu membuatnya menutup mata. Karena Ambika menutup mata selama upacara berlangsung, maka anaknya terlahir buta. Anak tersebut adalah Dretarastra.


==Masa pemerintahan==
== Masa pemerintahan ==


Karena Dretarastra terlahir buta, maka tahta kerajaan diserahkan kepada adiknya, yaitu [[Pandu]]. Setelah Pandu wafat, Dretarastra menggantikannya sebagai raja (kadangkala disebut sebagai pejabat pemerintahan untuk sementara waktu). Dalam memerintah, Dretarastra didampingi oleh keluarga dan kerabatnya, yaitu sesepuh Wangsa Kuru seperti misalnya [[Bisma]], [[Widura]], [[Drona]], dan [[Krepa]].
Karena Dretarastra terlahir buta, maka tahta kerajaan diserahkan kepada adiknya, yaitu [[Pandu]]. Setelah Pandu wafat, Dretarastra menggantikannya sebagai raja (kadangkala disebut sebagai pejabat pemerintahan untuk sementara waktu). Dalam memerintah, Dretarastra didampingi oleh keluarga dan kerabatnya, yaitu sesepuh Wangsa Kuru seperti misalnya [[Bisma]], [[Widura]], [[Drona]], dan [[Krepa]].
Baris 21: Baris 21:
Saat putera pertamanya yaitu [[Duryodana]] lahir, [[Widura]] dan [[Bisma]] menasihati Dretarastra agar membuang putera tersebut karena tanda-tanda buruk menyelimuti saat-saat kelahirannya. Namun karena rasa cintanya terhadap putera pertamanya tersebut, ia tidak tega melakukannya dan tetap mengasuh Duryodana sebagai puteranya.
Saat putera pertamanya yaitu [[Duryodana]] lahir, [[Widura]] dan [[Bisma]] menasihati Dretarastra agar membuang putera tersebut karena tanda-tanda buruk menyelimuti saat-saat kelahirannya. Namun karena rasa cintanya terhadap putera pertamanya tersebut, ia tidak tega melakukannya dan tetap mengasuh Duryodana sebagai puteranya.


===Perebutan kekuasaan===
=== Perebutan kekuasaan ===


[[Duryodana]] berambisi agar dirinya menjadi penerus tahta [[Kerajaan Kuru]] di [[Hastinapura]]. Dretarastra juga menginginkan hal yang sama, namun ia harus bersikap adil terhadap [[Yudistira]], yang lebih dewasa daripada Duryodana. Saat Dretarastra mencalonkan Yudistira sebagai raja, hal itu justru menimbulkan rasa kecewa yang sangat dalam bagi Duryodana. Setelah melalui perundingan, dan atas saran [[Bisma]], [[Kerajaan Kuru]] dibagi dua. Wilayah [[Hastinapura]] diberikan kepada Duryodana sedangkan [[Yudistira]] diberikan wilayah yang kering, miskin, dan berpenduduk jarang, yang dikenal sebagai Kandawaprasta. Atas bantuan dari sepupu Yudistira, yaitu [[Kresna]] dan [[Baladewa]], mereka mengubah daerah gersang tersebut menjadi makmur dan megah, dan dikenal sebagai [[Indraprastha]].
[[Duryodana]] berambisi agar dirinya menjadi penerus tahta [[Kerajaan Kuru]] di [[Hastinapura]]. Dretarastra juga menginginkan hal yang sama, namun ia harus bersikap adil terhadap [[Yudistira]], yang lebih dewasa daripada Duryodana. Saat Dretarastra mencalonkan Yudistira sebagai raja, hal itu justru menimbulkan rasa kecewa yang sangat dalam bagi Duryodana. Setelah melalui perundingan, dan atas saran [[Bisma]], [[Kerajaan Kuru]] dibagi dua. Wilayah [[Hastinapura]] diberikan kepada Duryodana sedangkan [[Yudistira]] diberikan wilayah yang kering, miskin, dan berpenduduk jarang, yang dikenal sebagai Kandawaprasta. Atas bantuan dari sepupu Yudistira, yaitu [[Kresna]] dan [[Baladewa]], mereka mengubah daerah gersang tersebut menjadi makmur dan megah, dan dikenal sebagai [[Indraprastha]].


===Permainan dadu===
=== Permainan dadu ===
{{main|Sabhaparwa}}
{{main|Sabhaparwa}}


Baris 34: Baris 34:
Saat [[Pandawa]] meninggalkan kerajaannya, Dretarastra masih dibayangi oleh dendam para Pandawa atas penghinaan yang dilakukan oleh putera-puteranya. Karena tindakan Dretarastra yang tidak berbicara sepatah kata pun saat [[Dropadi]] berusaha ditelanjangi di depan umum, ia dikritik agar lebih mementingkan kewajiban sebagai raja daripada rasa cinta sebagai seorang ayah.
Saat [[Pandawa]] meninggalkan kerajaannya, Dretarastra masih dibayangi oleh dendam para Pandawa atas penghinaan yang dilakukan oleh putera-puteranya. Karena tindakan Dretarastra yang tidak berbicara sepatah kata pun saat [[Dropadi]] berusaha ditelanjangi di depan umum, ia dikritik agar lebih mementingkan kewajiban sebagai raja daripada rasa cinta sebagai seorang ayah.


==Pertempuran di Kurukshetra==
== Pertempuran di Kurukshetra ==


Dretarastra memiliki seorang pemandu yang bernama [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]]. Sanjaya adalah keponakan Dretarastra karena ia merupakan putera [[Widura]], yaitu adik tiri Dretarastra. Sanjaya diberi anugerah oleh Resi [[Byasa]] agar ia bisa melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ialah yang menjadi reporter [[perang di Kurukshetra]] bagi Dretarastra. Ia pula yang turut menyaksikan wujud ''Wiswarupa'' dari Sri [[Kresna]] menjelang pertempuran di [[Kurukshetra]] berlangsung.
Dretarastra memiliki seorang pemandu yang bernama [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]]. Sanjaya adalah keponakan Dretarastra karena ia merupakan putera [[Widura]], yaitu adik tiri Dretarastra. Sanjaya diberi anugerah oleh Resi [[Byasa]] agar ia bisa melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ialah yang menjadi reporter [[perang di Kurukshetra]] bagi Dretarastra. Ia pula yang turut menyaksikan wujud ''Wiswarupa'' dari Sri [[Kresna]] menjelang pertempuran di [[Kurukshetra]] berlangsung.
Baris 40: Baris 40:
Saat Dretarastra dihantui kecemasan akan kehancuran putera-puteranya, ia selalu bertanya kepada [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]] mengenai keadaan di medan Kuru atau [[Kurukshetra]]. Berita yang dilaporkan oleh Sanjaya kebanyakan berupa berita duka bagi Dretarastra, sebab satu-persatu puteranya dibunuh oleh [[Arjuna]] dan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]. Sanjaya juga berkata bahwa apabila [[Kresna]] dan Arjuna berada di pihak Pandawa, maka di sanalah terdapat kejayaan, kemashyuran, kekuatan luar biasa, dan moralitas. Meskipun laporan Sanjaya sering mengecilkan hati Dretarastra dan memojokkan putera-puteranya, namun Dretarastra tetap setia mengikuti setiap perkembangan yang terjadi dalam [[Perang di Kurukshetra|pertempuran di Kurukshetra]].
Saat Dretarastra dihantui kecemasan akan kehancuran putera-puteranya, ia selalu bertanya kepada [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]] mengenai keadaan di medan Kuru atau [[Kurukshetra]]. Berita yang dilaporkan oleh Sanjaya kebanyakan berupa berita duka bagi Dretarastra, sebab satu-persatu puteranya dibunuh oleh [[Arjuna]] dan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]. Sanjaya juga berkata bahwa apabila [[Kresna]] dan Arjuna berada di pihak Pandawa, maka di sanalah terdapat kejayaan, kemashyuran, kekuatan luar biasa, dan moralitas. Meskipun laporan Sanjaya sering mengecilkan hati Dretarastra dan memojokkan putera-puteranya, namun Dretarastra tetap setia mengikuti setiap perkembangan yang terjadi dalam [[Perang di Kurukshetra|pertempuran di Kurukshetra]].


==Penghancuran patung Bima==
== Penghancuran patung Bima ==
[[Berkas:Dhrtaburn.jpg|right|180px|thumb|Dretarastra terbakar oleh api sucinya sendiri]]
[[Berkas:Dhrtaburn.jpg|right|180px|thumb|Dretarastra terbakar oleh api sucinya sendiri]]
Pada akhir pertempuran, Dretarastra menahan rasa duka dan kemarahannya atas kematian seratus puteranya. Saat ia bertemu para [[Pandawa]] yang meminta restunya karena mereka menjadi pewaris tahta, ia memeluk mereka satu persatu. Ketika tiba giliran [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]], pikiran jahat merasuki Dretarastra dan rasa dendamnya muncul kepada Bima atas kematian putera-puteranya, terutama [[Duryodana]] dan [[Dursasana]]. [[Kresna]] tahu bahwa meskipun Dretarastra buta, ia memiliki kekuatan yang setara dengan seratus [[gajah]]. Maka dengan cepat Kresna menggeser [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] dan menggantinya dengan sebuah [[patung]] menyerupai Bima. Pada saat itu juga Dretarastra menghancurkan patung tersebut sampai menjadi debu. Akhirnya Bima selamat dan Dretarastra mulai mengubah perasaannya serta memberikan anugerahnya kepada [[Pandawa]].
Pada akhir pertempuran, Dretarastra menahan rasa duka dan kemarahannya atas kematian seratus puteranya. Saat ia bertemu para [[Pandawa]] yang meminta restunya karena mereka menjadi pewaris tahta, ia memeluk mereka satu persatu. Ketika tiba giliran [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]], pikiran jahat merasuki Dretarastra dan rasa dendamnya muncul kepada Bima atas kematian putera-puteranya, terutama [[Duryodana]] dan [[Dursasana]]. [[Kresna]] tahu bahwa meskipun Dretarastra buta, ia memiliki kekuatan yang setara dengan seratus [[gajah]]. Maka dengan cepat Kresna menggeser [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] dan menggantinya dengan sebuah [[patung]] menyerupai Bima. Pada saat itu juga Dretarastra menghancurkan patung tersebut sampai menjadi debu. Akhirnya Bima selamat dan Dretarastra mulai mengubah perasaannya serta memberikan anugerahnya kepada [[Pandawa]].


==Kehidupan selanjutnya dan kematian==
== Kehidupan selanjutnya dan kematian ==


Setelah [[Perang di Kurukshetra|pertempuran besar]] di [[Kurukshetra]] berakhir, [[Yudistira]] diangkat menjadi Raja [[Indraprastha]] sekaligus [[Hastinapura]]. Meskipun demikian, Yudistira tetap menunjukkan rasa hormatnya kepada Dretarastra dengan menetapkan bahwa tahta Raja [[Hastinapura]] masih dipegang oleh Dretarastra. Akhirnya Dretarastra memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawai dan mengembara di hutan sebagai pertapa bersama [[Gandari]], [[Widura]], [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]], dan [[Kunti]]. Di dalam hutan di [[Himalaya]], mereka meninggal ditelan api karena hutan terbakar oleh api suci yang dikeluarkan oleh Dretarastra.
Setelah [[Perang di Kurukshetra|pertempuran besar]] di [[Kurukshetra]] berakhir, [[Yudistira]] diangkat menjadi Raja [[Indraprastha]] sekaligus [[Hastinapura]]. Meskipun demikian, Yudistira tetap menunjukkan rasa hormatnya kepada Dretarastra dengan menetapkan bahwa tahta Raja [[Hastinapura]] masih dipegang oleh Dretarastra. Akhirnya Dretarastra memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawai dan mengembara di hutan sebagai pertapa bersama [[Gandari]], [[Widura]], [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]], dan [[Kunti]]. Di dalam hutan di [[Himalaya]], mereka meninggal ditelan api karena hutan terbakar oleh api suci yang dikeluarkan oleh Dretarastra.

Revisi per 1 Februari 2008 06.13

Dretarastra
धृतराष्ट्र
Drestarastra dalam pewayangan Jawa
Drestarastra dalam pewayangan Jawa
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaDretarastra
Ejaan Dewanagariधृतराष्ट्र
AsalHastinapura, Kerajaan Kuru

Dretarastra (Sansekerta:धृतराष्ट्र; Dhritarāshtra) dalam wiracarita Mahabharata, adalah putera Wicitrawirya dan Ambika. Ia buta semenjak lahir, karena ibunya menutup mata sewaktu mengikuti upacara Putrotpadana yang diselenggarakan oleh Resi Byasa untuk memperoleh keturunan. Ia merupakan saudara tiri Pandu, dan lebih tua darinya. Sebenarnya Dretarastra yang berhak menjadi Raja Hastinapura karena ia merupakan putera Wicitrawirya yang tertua. Akan tetapi beliau buta sehingga pemerintahan harus diserahkan adiknya. Setelah Pandu wafat, ia menggantikan jabatan adiknya tersebut. Dretarastra adalah bapak dari para Korawa dan suami Dewi Gandari.

Kelahiran

Ayah Dretarastra adalah Wicitrawirya dan ibunya adalah Ambika. Setelah Wicitrawirya wafat tanpa memiliki keturunan, Satyawati mengirim kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika, untuk menemui Resi Byasa, sebab Sang Resi akan mengadakan suatu upacara bagi mereka agar memperoleh keturunan. Satyawati menyuruh Ambika agar menemui Resi Byasa di ruang upacara. Setelah Ambika memasuki ruangan upacara, ia melihat wajah Sang Resi sangat dahsyat dengan mata yang menyala-nyala. Hal itu membuatnya menutup mata. Karena Ambika menutup mata selama upacara berlangsung, maka anaknya terlahir buta. Anak tersebut adalah Dretarastra.

Masa pemerintahan

Karena Dretarastra terlahir buta, maka tahta kerajaan diserahkan kepada adiknya, yaitu Pandu. Setelah Pandu wafat, Dretarastra menggantikannya sebagai raja (kadangkala disebut sebagai pejabat pemerintahan untuk sementara waktu). Dalam memerintah, Dretarastra didampingi oleh keluarga dan kerabatnya, yaitu sesepuh Wangsa Kuru seperti misalnya Bisma, Widura, Drona, dan Krepa.

Saat putera pertamanya yaitu Duryodana lahir, Widura dan Bisma menasihati Dretarastra agar membuang putera tersebut karena tanda-tanda buruk menyelimuti saat-saat kelahirannya. Namun karena rasa cintanya terhadap putera pertamanya tersebut, ia tidak tega melakukannya dan tetap mengasuh Duryodana sebagai puteranya.

Perebutan kekuasaan

Duryodana berambisi agar dirinya menjadi penerus tahta Kerajaan Kuru di Hastinapura. Dretarastra juga menginginkan hal yang sama, namun ia harus bersikap adil terhadap Yudistira, yang lebih dewasa daripada Duryodana. Saat Dretarastra mencalonkan Yudistira sebagai raja, hal itu justru menimbulkan rasa kecewa yang sangat dalam bagi Duryodana. Setelah melalui perundingan, dan atas saran Bisma, Kerajaan Kuru dibagi dua. Wilayah Hastinapura diberikan kepada Duryodana sedangkan Yudistira diberikan wilayah yang kering, miskin, dan berpenduduk jarang, yang dikenal sebagai Kandawaprasta. Atas bantuan dari sepupu Yudistira, yaitu Kresna dan Baladewa, mereka mengubah daerah gersang tersebut menjadi makmur dan megah, dan dikenal sebagai Indraprastha.

Permainan dadu

Dretarastra adalah salah satu dari beberapa sesepuh Wangsa Kuru yang hadir menyaksikan permainan dadu antara Duryodana, Dursasana, dan Karna yang diwaklili oleh Sangkuni, melawan Pandawa yang diwakili Yudistira. Yudistira kehilangan segala kekayaannya dalam permainan dadu tersebut, termasuk kehialngan saudara dan istrinya. Saat Dropadi berusaha ditelanjangi di depan para hadirin dalam balairung permainan dadu, Dretarastra tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia tidak melarang tindakan Dursasana yang hendak melepaskan pakaian Dropadi. Setelah usaha Dursasana untuk menelanjangi Dropadi tidak berhasil, Bima bersumpah bahwa kelak ia akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya. Kemudian Dretarastra merasakan firasat buruk bahwa keturunannya akan binasa. Ia segera membuat suatu kebijakan, agar segala harta Yudistira yang akan menjadi milik Duryodana segera dikembalikan. Ia juga menyuruh agar Yudistira dan saudaranya segera pulang segera ke Indraprastha.

Namun, karena bujukan Duryodana dan Sangkuni, permainan dadu diselenggarakan untuk yang kedua kalinya. Kali ini taruhannya bukan harta, melainkan siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu diperbolehkan untuk kembali ke kerajaannya. Yudistira pun tidak menolak dengan harapan akan memperoleh kemenangan, namun keberuntungan tidak memihak Yudistira. Akhirnya, Yudistira beserta istri dan saudara-saudaranya mengasingkan diri ke hutan dan meninggalkan kerajaan mereka.

Saat Pandawa meninggalkan kerajaannya, Dretarastra masih dibayangi oleh dendam para Pandawa atas penghinaan yang dilakukan oleh putera-puteranya. Karena tindakan Dretarastra yang tidak berbicara sepatah kata pun saat Dropadi berusaha ditelanjangi di depan umum, ia dikritik agar lebih mementingkan kewajiban sebagai raja daripada rasa cinta sebagai seorang ayah.

Pertempuran di Kurukshetra

Dretarastra memiliki seorang pemandu yang bernama Sanjaya. Sanjaya adalah keponakan Dretarastra karena ia merupakan putera Widura, yaitu adik tiri Dretarastra. Sanjaya diberi anugerah oleh Resi Byasa agar ia bisa melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ialah yang menjadi reporter perang di Kurukshetra bagi Dretarastra. Ia pula yang turut menyaksikan wujud Wiswarupa dari Sri Kresna menjelang pertempuran di Kurukshetra berlangsung.

Saat Dretarastra dihantui kecemasan akan kehancuran putera-puteranya, ia selalu bertanya kepada Sanjaya mengenai keadaan di medan Kuru atau Kurukshetra. Berita yang dilaporkan oleh Sanjaya kebanyakan berupa berita duka bagi Dretarastra, sebab satu-persatu puteranya dibunuh oleh Arjuna dan Bima. Sanjaya juga berkata bahwa apabila Kresna dan Arjuna berada di pihak Pandawa, maka di sanalah terdapat kejayaan, kemashyuran, kekuatan luar biasa, dan moralitas. Meskipun laporan Sanjaya sering mengecilkan hati Dretarastra dan memojokkan putera-puteranya, namun Dretarastra tetap setia mengikuti setiap perkembangan yang terjadi dalam pertempuran di Kurukshetra.

Penghancuran patung Bima

Berkas:Dhrtaburn.jpg
Dretarastra terbakar oleh api sucinya sendiri

Pada akhir pertempuran, Dretarastra menahan rasa duka dan kemarahannya atas kematian seratus puteranya. Saat ia bertemu para Pandawa yang meminta restunya karena mereka menjadi pewaris tahta, ia memeluk mereka satu persatu. Ketika tiba giliran Bima, pikiran jahat merasuki Dretarastra dan rasa dendamnya muncul kepada Bima atas kematian putera-puteranya, terutama Duryodana dan Dursasana. Kresna tahu bahwa meskipun Dretarastra buta, ia memiliki kekuatan yang setara dengan seratus gajah. Maka dengan cepat Kresna menggeser Bima dan menggantinya dengan sebuah patung menyerupai Bima. Pada saat itu juga Dretarastra menghancurkan patung tersebut sampai menjadi debu. Akhirnya Bima selamat dan Dretarastra mulai mengubah perasaannya serta memberikan anugerahnya kepada Pandawa.

Kehidupan selanjutnya dan kematian

Setelah pertempuran besar di Kurukshetra berakhir, Yudistira diangkat menjadi Raja Indraprastha sekaligus Hastinapura. Meskipun demikian, Yudistira tetap menunjukkan rasa hormatnya kepada Dretarastra dengan menetapkan bahwa tahta Raja Hastinapura masih dipegang oleh Dretarastra. Akhirnya Dretarastra memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawai dan mengembara di hutan sebagai pertapa bersama Gandari, Widura, Sanjaya, dan Kunti. Di dalam hutan di Himalaya, mereka meninggal ditelan api karena hutan terbakar oleh api suci yang dikeluarkan oleh Dretarastra.

Didahului oleh:
Pandu
Raja Hastinapura Diteruskan oleh:
Yudistira