Binjai: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adi.akbartauhidin (bicara | kontrib)
k ←Suntingan Moch fahrurrozi (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh AABot
Baris 44: Baris 44:
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.iucnredlist.org/search/details.php/31403/all IUCN Red List - ''Mangifera caesia'']
* {{en}} [http://www.iucnredlist.org/search/details.php/31403/all IUCN Red List - ''Mangifera caesia'']
* {{id}} [http://manfaatbuah.net/manfaat-buah-binjai/ #Mangifera caesia'']
* {{en}} [http://www.rbgkew.org.uk/herbarium/brunei/fams/53_01.htm#MANGIFERA ANACARDIACEAE]
* {{en}} [http://www.rbgkew.org.uk/herbarium/brunei/fams/53_01.htm#MANGIFERA ANACARDIACEAE]
* {{en}} [http://cpcp.org.my/wapi/mctxwapi.dll/getObject?MID=CPCP2006&ObjID=29 Cyber Plant Conservation Project]
* {{en}} [http://cpcp.org.my/wapi/mctxwapi.dll/getObject?MID=CPCP2006&ObjID=29 Cyber Plant Conservation Project]

Revisi per 21 Oktober 2016 03.14

Binjai
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
M. caesia
Nama binomial
Mangifera caesia
Jack ex Wall.

Binjai adalah pohon buah sejenis mangga dengan bau yang harum menusuk dan rasa yang masam manis. Buah ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bin-yaa, lam-yaa (Th.), belenu (Mly., beluno (Sabah), baluno, bauno, bayuno (beberapa bahasa di Filipina), binglu (Sd.), dan wani (Bl.). Nama ilmiahnya adalah Mangifera caesia.

Kerabat dekatnya, kemang, seringkali dianggap serupa dan dimasukkan ke dalam spesies ini. Akan tetapi beberapa pakar menyarankan untuk memisahkannya dalam jenis tersendiri, Mangifera kemanga.[1]

Pemerian botanis

Pohon besar dan rimbun dengan tajuk yang indah, berbatang lurus dengan tinggi mencapai 30-45 m dan gemang 50-80 (-120) cm. Pepagan (kulit kayu) berwarna coklat kelabu dan beralur-alur. Semua bagian pohon, apabila dilukai, mengeluarkan getah keputihan yang tajam dan menggatalkan. Getah ini akan membeku dan menghitam setelah kena udara beberapa lama. Kulit batang berwarna abu-abu dan berkulit pecah-pecah.[2]

Daun tunggal, tersebar, sering mengumpul dekat ujung ranting. Helai daun bentuk jorong sampai lanset, agak bundar telur terbalik, 7-12(-30) x 3-5,5(-10) cm, kaku, menjangat, hijau berkilap di sebelah atas dan lebih pucat di bawah, dengan ibu tulang daun yang menonjol, pangkal yang melanjut dan ujung yang menumpul atau meluncip tumpul. Tangkai daun kaku, memipih, 1-2,5 cm.

Karangan bunga dalam malai di ujung ranting, 15–40 cm, bercabang banyak dan berbunga lebat. Bunga berwarna merah jambu pucat, berbilangan 5, harum; helai mahkota bentuk garis, lk 10 mm; tangkai sari berwarna keunguan, lk. 5 mm. Buah buni, lonjong sampai bulat telur terbalik, lebih kelihatan mirip avokad ketimbang mangga yang tidak simetris bentuknya,[2] dengan ‘leher’ pada pangkalnya, berukuran 12-20 x 6–12 cm, kulitnya tipis pucat kekuningan hingga kecoklatan berbercak. Daging buahnya putih susu, berserat atau hampir tak berserat, mengandung banyak sari buah, berbau agak busuk, masam manis sampai manis. Biji bulat lonjong sampai lanset, lk. 7 x 4 cm, kulit bijinya tipis dan tidak mengayu, monoembrioni.[1]

Perbanyakan binjai dapat melalui biji. Dia berbunga di bulan Juni-Desember dan buah matang pada September-Maret. Perbanyakan dengan jalan mencangkok masih jarang dilakukan.[2]

Kegunaan

Binjai terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan segar setelah buah itu masak atau dijadikan campuran es. Binjai juga digunakan sebagai campuran sambal, terutama untuk masakan ikan sungai. Buah binjai yang masih muda tak dapat dimakan karena duhnya sangat tajam dan menggatalkan. Bijinya kadang-kadang dikeringkan dan diolah sebagai lauk makan nasi.[1][3]

Kayu binjai dapat digunakan sebagai papan lantai dan bahan konstruksi ringan. Buahnya yang sudah matang bisa dimakan dalam keadaan segar dengan dikupas terlebih dahulu. Setelah itu, pucuk daun yang masih muda dimakan sebagai lalap. Karena saat berbunga, dia mempunya tajuk yang indah sekali; mungkin binjai dapat dipergunakan sebagai tanaman penghias jalanan.[2]

Asal-usul dan penyebaran

Binjai berasal dari India. Binjai menyebar secara alami di Sumatra, Jawa,[2] Kalimantan dan Semenanjung Malaya; sebagian pakar meyakini Kalimantan adalah lokasi asal-usulnya. Dari wilayah-wilayah ini, binjai dibawa dan dibudidayakan orang di Bali, Filipina dan Thailand, serta agak jarang di Jawa bagian barat.

Binjai terutama menyebar di dataran rendah di bawah 400 m, jarang hingga 800 m dpl. Jenis ini tahan terhadap penggenangan, dan seringkali didapati dekat tepi sungai. Binjai dapat bertumbuh pada tanah yang subur dan mempunyai drainase yang baik.[2]

Referensi

  1. ^ a b c Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 261.
  2. ^ a b c d e f Sastrapradja, Setijati; Soetisna, Usep; Panggabean, Gillmour; Mogea, Johanis Palar; Sukardjo, Sukristijono; Sunarto, Aloysius Tri (1980). Buah-Buahan. 8:66 – 67. Jakarta:LBN-LIPI bekerjasama dengan Balai Pustaka.
  3. ^ Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 1218.

Pranala luar