Halte Kalimenur: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 15: Baris 15:
|operator=[[Daerah Operasi VI Yogyakarta]]
|operator=[[Daerah Operasi VI Yogyakarta]]
}}
}}
'''Stasiun Kalimenur (KLR)''' merupakan stasiun kereta api nonaktif yang terletak di [[Sukoreno, Sentolo, Kulon Progo|Sukoreno, Sentolo, Kulon Progo]], tepatnya di antara [[Stasiun Sentolo]] dan [[Stasiun Wates]]. Stasiun yang terletak pada ketinggian +35 meter ini kini kondisinya lusuh, kesepian, dan banyak vandalisme karena sejak tahun {{Start date and age|1974}}, stasiun ini tak lagi beroperasi. Stasiun Kalimenur berhenti beroperasi pada [[1974]] dan dianggap tak layak lagi meski hanya untuk pemberhentian kereta berkecepatan tinggi karena posisinya yang tidak strategis dan berada di tikungan besar Kalimenur.
'''Stasiun Kalimenur (KLR)''' merupakan stasiun kereta api nonaktif yang terletak di [[Sukoreno, Sentolo, Kulon Progo]], tepatnya di antara [[Stasiun Sentolo]] dan [[Stasiun Wates]]. Stasiun yang terletak pada ketinggian +35 meter ini kini kondisinya lusuh, kesepian, dan banyak vandalisme karena sejak tahun {{Start date and age|1974}}, stasiun ini tak lagi beroperasi. Stasiun Kalimenur berhenti beroperasi pada [[1974]] dan dianggap tak layak lagi meski hanya untuk pemberhentian kereta berkecepatan tinggi karena posisinya yang tidak strategis dan berada di tikungan besar Kalimenur.


==Sejarah==
== Sejarah ==
Stasiun ini diperkirakan dibangun pada masa yang sama dengan pembangunan jalur rel [[Surabaya]]-[[Cilacap]], sekitar [[1876]]-[[1888]]. Hingga masa revolusi, Stasiun Kalimenur menjadi salah satu stasiun yang riuh dengan penumpang menunggu kereta uap yang sering disebut sebagai ''sepur bumel'' atau ''sepur grenjeng''. Yang unik, stasiun ini dulu juga disebut sebagai ''Stasiun Tahu'', karena mayoritas penumpangnya adalah penjual [[tahu]] dari [[Tuksono, Sentolo, Kulon Progo|Desa Tuksono]] yang hendak berjualan ke [[Yogyakarta]] atau [[Kutoarjo]].
Stasiun ini diperkirakan dibangun pada masa yang sama dengan pembangunan jalur rel [[Surabaya]]-[[Cilacap]], sekitar [[1876]]-[[1888]]. Hingga masa revolusi, Stasiun Kalimenur menjadi salah satu stasiun yang riuh dengan penumpang menunggu kereta uap yang sering disebut sebagai ''sepur bumel'' atau ''sepur grenjeng''. Yang unik, stasiun ini dulu juga disebut sebagai ''Stasiun Tahu'', karena mayoritas penumpangnya adalah penjual [[tahu]] dari [[Tuksono, Sentolo, Kulon Progo|Desa Tuksono]] yang hendak berjualan ke [[Yogyakarta]] atau [[Kutoarjo]].



Revisi per 8 Oktober 2016 02.47

Stasiun Kalimenur
Stasiun Kalimenur, 2016.
Lokasi
Koordinat7°51′57″S 110°12′16″E / 7.8657014°S 110.2045025°E / -7.8657014; 110.2045025Koordinat: 7°51′57″S 110°12′16″E / 7.8657014°S 110.2045025°E / -7.8657014; 110.2045025
Ketinggian+35 m
Operator
LayananTidak ada layanan.
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
Sejarah
DibukaSekitar tahun 1876-1888
Ditutup1974
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun Kalimenur (KLR) merupakan stasiun kereta api nonaktif yang terletak di Sukoreno, Sentolo, Kulon Progo, tepatnya di antara Stasiun Sentolo dan Stasiun Wates. Stasiun yang terletak pada ketinggian +35 meter ini kini kondisinya lusuh, kesepian, dan banyak vandalisme karena sejak tahun 1974; 50 tahun lalu (1974), stasiun ini tak lagi beroperasi. Stasiun Kalimenur berhenti beroperasi pada 1974 dan dianggap tak layak lagi meski hanya untuk pemberhentian kereta berkecepatan tinggi karena posisinya yang tidak strategis dan berada di tikungan besar Kalimenur.

Sejarah

Stasiun ini diperkirakan dibangun pada masa yang sama dengan pembangunan jalur rel Surabaya-Cilacap, sekitar 1876-1888. Hingga masa revolusi, Stasiun Kalimenur menjadi salah satu stasiun yang riuh dengan penumpang menunggu kereta uap yang sering disebut sebagai sepur bumel atau sepur grenjeng. Yang unik, stasiun ini dulu juga disebut sebagai Stasiun Tahu, karena mayoritas penumpangnya adalah penjual tahu dari Desa Tuksono yang hendak berjualan ke Yogyakarta atau Kutoarjo.

Pada masa revolusi sekitar 1948, stasiun ini pernah dibom oleh Belanda, hingga hampir hancur. Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) kemudian membangun kembali, dan meresmikan Stasiun Kalimenur menjadi stoplat (stasiun mini) pada tahun 1954.

Saat ini, Stasiun Kalimenur dijadikan sebagai tempat beristirahat oleh warga dan railfans yang hendak menyaksikan atau memotret kereta api yang sedang menikung di tikungan Kalimenur.

Pranala luar

Galat Lua: unknown error.

  1. ^ Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020.