Ci Liwung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k tidy up
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht op de vulkaan Salak en de rivier vanuit Hotel Bellevue te Buitenzorg TMnr 60025402.jpg|thumb|300px|Ci Liwung di daerah Bogor dengan latar belakang G. Salak dari akhir abad ke-19. Foto koleksi Tropenmuseum Amsterdam.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht op de vulkaan Salak en de rivier vanuit Hotel Bellevue te Buitenzorg TMnr 60025402.jpg|thumb|300px|Ci Liwung di daerah Bogor dengan latar belakang G. Salak dari akhir abad ke-19. Foto koleksi Tropenmuseum Amsterdam.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Ciliwung tussen de havendammen TMnr 3728-842.jpg|thumb|300px|Muara Ci Liwung pada tahun 1880-an ([[litografi]] berdasarkan lukisan oleh [[Josias Cornelis Rappard]])]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Ciliwung tussen de havendammen TMnr 3728-842.jpg|thumb|300px|Muara Ci Liwung pada tahun 1880-an ([[litografi]] berdasarkan lukisan oleh [[Josias Cornelis Rappard]])]]
'''Ci Liwung''', atau biasa ditulis '''Ciliwung'''<ref>Nama aslinya adalah ''Ci'' ([[bahasa Sunda|Sd.]]: air) ''Haliwung'' (Sd: keruh) dan disebut dalam naskah [[bahasa Sunda|Sunda]] "[[Bujangga Manik]]" (abad ke-15).</ref> adalah salah satu [[sungai]] terpenting di Tatar Pasundan, [[Pulau Jawa]] - [[Indonesia]]; terutama karena melalui wilayah ibukota, [[DKI Jakarta]], dan kerap menimbulkan [[banjir]] tahunan di wilayah hilirnya.

Panjang aliran utama sungai ini adalah hampir 120&nbsp;km dengan daerah tangkapan airnya (daerah aliran sungai) seluas 387&nbsp;km persegi.<ref>{{aut|Hendrayanto}}. 2008. [http://www.suiri.tsukuba.ac.jp/pdf_papers/tercbull08s2/t8supple2_14.pdf Transboundary watershed management. A case study of upstream-downstream relationships in Ciliwung watershed]. Proceedings of International Workshop on Integrated Watershed Management for Sustainable Water Use in a Humid Tropical Region, JSPS-DGHE Joint Research Project, Tsukuba, October 2007. ''Bull. TERC'', Univ. Tsukuba, No.'''8''' Supplement, no. 2, 2008</ref> Sungai ini relatif lebar dan di bagian hilirnya dulu dapat dilayari oleh perahu kecil pengangkut barang dagangan. Wilayah yang dilintasi Ci Liwung adalah [[Kabupaten Bogor]], [[Kota Bogor]], [[Kota Depok]], dan [[Jakarta]].

Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan [[Kabupaten Cianjur]], atau tepatnya di [[Gunung Gede]], [[Gunung Pangrango]] dan daerah [[Puncak]]. Setelah melewati bagian timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat Jalan Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta sebagai batas alami wilayah [[Jakarta Selatan]] dan [[Jakarta Timur]]. Ci Liwung bermuara di daerah [[Luar Batang]], di dekat [[Pasar Ikan]] sekarang. Di sebelah barat, [[daerah aliran sungai|DAS]] Ci Liwung berbatasan dengan DAS [[Ci Sadane]], DAS [[Kali Grogol]] dan DAS [[Kali Krukut]]. Sementara di sebelah timurnya, DAS ini berbatasan dengan DAS [[Kali Sunter]] dan DAS [[Ci Pinang|(Kali) Cipinang]]<ref>BPDAS Citarum-Ciliwung. 2011. ''Penyusunan Rencana Tindak Pengelolaan DAS Ciliwung''. Fakultas Kehutanan IPB dan BP DAS Citarum-Ciliwung, Kementerian Kehutanan RI. (tidak diterbitkan)</ref>.

==Pengendalian banjir==
Di daerah Manggarai aliran Ci Liwung banyak dimanipulasi untuk mengendalikan banjir. Jalur aslinya mengalir melalui daerah Cikini, Gondangdia, hingga Gambir, namun setelah Pintu Air [[Masjid Istiqlal|Istiqlal]] jalur lama tidak ditemukan lagi karena telah dibuat kanal-kanal semenjak [[zaman kolonial Belanda|zaman Belanda]] dulu, seperti kanal di sisi barat Jalan Gunung Sahari dan Kanal [[Molenvliet]] di antara [[Jalan Gajah Mada]] dan [[Jalan Hayam Wuruk]].<ref>Kanal Molenvliet dibangun pada pertengahan abad ke-17 (lihat [[Batavia#Sejarah|Batavia]]).</ref> Di Manggarai, dibuat [[Kanal Banjir Barat]] yang mengarah ke barat, lalu membelok ke utara melewati Tanah Abang, Tomang, Jembatan Lima, hingga ke Pluit. Sedangkan [[Kanal Banjir Timur]] direncanakan mulai dari sekitar wilayah [[Kampung Melayu]] ke timur, menghubungkan aliran-aliran Ci Liwung, Ci Lilitan, Ci Pinang, Kali Sunter, [[Kali Buaran]], [[Kali Cakung]], hingga ke wilayah [[Marunda]]<ref>Pemda DKI. [http://www.jakarta.go.id/web/news/2008/01/Pengembangan-Kawasan-Banjir-Kanal ''Pengembangan Kawasan Banjir Kanal Timur''], diakses 01/01/2014.</ref>.

Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Ci Liwung memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan karena ia mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan permukiman-permukiman kumuh. Sungai ini juga dianggap sungai yang paling parah mengalami perusakan dibandingkan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta. Selain karena daerah tangkapan airnya di bagian hulu di wilayah [[Puncak]] dan Bogor yang rusak, badan sungai di wilayah Jakarta juga banyak mengalami penyempitan dan pendangkalan yang mengakibatkan daya tampung air sungai menyusut, dan mudah menimbulkan banjir.

Sistem pengendalian banjir sungai ini mencakup pembuatan sejumlah pintu air/pos pengamatan banjir, yaitu di [[Katulampa]] (Bogor), Depok, [[Pintu Air Manggarai|Manggarai]], [[Pintu Air Karet|Karet]], serta Pintu Air Istiqlal; serta dengan membagi aliran Ci Liwung melalui kanal-kanal banjir seperti yang diuraikan di atas. Pemerintah pernah merencanakan untuk membangun Waduk Ciawi di [[Gadog, Megamendung, Bogor]] sebagai cara untuk mengendalikan aliran sejak dari bagian hulu.


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 27: Baris 15:


== Galeri ==
== Galeri ==
'''Ci Liwung''', atau biasa ditulis '''Ciliwung'''<ref>Nama aslinya adalah ''Ci'' ([[Bahasa Sunda|Sd.]]: air) ''Haliwung'' (Sd: keruh) dan disebut dalam naskah [[Bahasa Sunda|Sunda]] "[[Bujangga Manik]]" (abad ke-15).</ref> adalah salah satu [[sungai]] terpenting di Tatar Pasundan, [[Pulau Jawa]] - [[Indonesia]]; terutama karena melalui wilayah ibukota, [[DKI Jakarta]], dan kerap menimbulkan [[banjir]] tahunan di wilayah hilirnya.
<gallery>

File:Ciliwung di dekat Pintu Air Katulampa.JPG|Ci Liwung sebelum memasuki Pintu Air Katulampa
Panjang aliran utama sungai ini adalah hampir 120&nbsp;km dengan daerah tangkapan airnya (daerah aliran sungai) seluas 387&nbsp;km persegi.<ref>{{aut|Hendrayanto}}. 2008. [http://www.suiri.tsukuba.ac.jp/pdf_papers/tercbull08s2/t8supple2_14.pdf Transboundary watershed management. A case study of upstream-downstream relationships in Ciliwung watershed]. Proceedings of International Workshop on Integrated Watershed Management for Sustainable Water Use in a Humid Tropical Region, JSPS-DGHE Joint Research Project, Tsukuba, October 2007. ''Bull. TERC'', Univ. Tsukuba, No.'''8''' Supplement, no. 2, 2008</ref> Sungai ini relatif lebar dan di bagian hilirnya dulu dapat dilayari oleh perahu kecil pengangkut barang dagangan. Wilayah yang dilintasi Ci Liwung adalah [[Kabupaten Bogor]], [[Kota Bogor]], [[Kota Depok]], dan [[Jakarta]].
File:Ciliwung 090419-7685.JPG|Ci Liwung di timur [[Pulo Geulis]], Bogor

File:Ciliwung 090419-0298 pg.jpg|Ibu-ibu mencuci di tepian Ci Liwung. Pulo Geulis
Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan [[Kabupaten Cianjur]], atau tepatnya di [[Gunung Gede]], [[Gunung Pangrango]] dan daerah [[Puncak]]. Setelah melewati bagian timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat Jalan Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta sebagai batas alami wilayah [[Jakarta Selatan]] dan [[Jakarta Timur]]. Ci Liwung bermuara di daerah [[Luar Batang]], di dekat [[Pasar Ikan]] sekarang. Di sebelah barat, [[daerah aliran sungai|DAS]] Ci Liwung berbatasan dengan DAS [[Ci Sadane]], DAS [[Kali Grogol]] dan DAS [[Kali Krukut]]. Sementara di sebelah timurnya, DAS ini berbatasan dengan DAS [[Kali Sunter]] dan DAS [[Ci Pinang|(Kali) Cipinang]]<ref>BPDAS Citarum-Ciliwung. 2011. ''Penyusunan Rencana Tindak Pengelolaan DAS Ciliwung''. Fakultas Kehutanan IPB dan BP DAS Citarum-Ciliwung, Kementerian Kehutanan RI. (tidak diterbitkan)</ref>.
File:Ciliwung 100303-0435 jkt.jpg|Lewat di belakang [[RSCM]], [[Jakarta]]

File:Ciliwung 100303-0451 jakk.jpg|Di sebelah timur [[Stasiun Kota]], 2&nbsp;km sebelum muaranya
==Pengendalian banjir==
File:Ciliwung 080710-0799 mb.JPG|Bermuara di [[Pasar Ikan]], Jakarta.
Di daerah Manggarai aliran Ci Liwung banyak dimanipulasi untuk mengendalikan banjir. Jalur aslinya mengalir melalui daerah Cikini, Gondangdia, hingga Gambir, namun setelah Pintu Air [[Masjid Istiqlal|Istiqlal]] jalur lama tidak ditemukan lagi karena telah dibuat kanal-kanal semenjak [[zaman kolonial Belanda|zaman Belanda]] dulu, seperti kanal di sisi barat Jalan Gunung Sahari dan Kanal [[Molenvliet]] di antara [[Jalan Gajah Mada]] dan [[Jalan Hayam Wuruk]].<ref>Kanal Molenvliet dibangun pada pertengahan abad ke-17 (lihat [[Batavia#Sejarah|Batavia]]).</ref> Di Manggarai, dibuat [[Kanal Banjir Barat]] yang mengarah ke barat, lalu membelok ke utara melewati Tanah Abang, Tomang, Jembatan Lima, hingga ke Pluit. Sedangkan [[Kanal Banjir Timur]] direncanakan mulai dari sekitar wilayah [[Kampung Melayu]] ke timur, menghubungkan aliran-aliran Ci Liwung, Ci Lilitan, Ci Pinang, Kali Sunter, [[Kali Buaran]], [[Kali Cakung]], hingga ke wilayah [[Marunda]]<ref>Pemda DKI. [http://www.jakarta.go.id/web/news/2008/01/Pengembangan-Kawasan-Banjir-Kanal ''Pengembangan Kawasan Banjir Kanal Timur''], diakses 01/01/2014.</ref>.
File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_uitkijktoren_op_de_pasar_ikan_Batavia_TMnr_10014880.jpg|Ci Liwung di Pasar Ikan

</gallery>
Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Ci Liwung memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan karena ia mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan permukiman-permukiman kumuh. Sungai ini juga dianggap sungai yang paling parah mengalami perusakan dibandingkan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta. Selain karena daerah tangkapan airnya di bagian hulu di wilayah [[Puncak]] dan Bogor yang rusak, badan sungai di wilayah Jakarta juga banyak mengalami penyempitan dan pendangkalan yang mengakibatkan daya tampung air sungai menyusut, dan mudah menimbulkan banjir.

Sistem pengendalian banjir sungai ini mencakup pembuatan sejumlah pintu air/pos pengamatan banjir, yaitu di [[Katulampa]] (Bogor), Depok, [[Pintu Air Manggarai|Manggarai]], [[Pintu Air Karet|Karet]], serta Pintu Air Istiqlal; serta dengan membagi aliran Ci Liwung melalui kanal-kanal banjir seperti yang diuraikan di atas. Pemerintah pernah merencanakan untuk membangun Waduk Ciawi di [[Gadog, Megamendung, Bogor]] sebagai cara untuk mengendalikan aliran sejak dari bagian hulu.


{{sungai jakarta}}
{{sungai jakarta}}

Revisi per 23 Juli 2016 05.30

Ci Liwung di daerah Bogor dengan latar belakang G. Salak dari akhir abad ke-19. Foto koleksi Tropenmuseum Amsterdam.
Muara Ci Liwung pada tahun 1880-an (litografi berdasarkan lukisan oleh Josias Cornelis Rappard)

Lihat pula

Catatan kaki

Pranala luar

Galeri

Ci Liwung, atau biasa ditulis Ciliwung[1] adalah salah satu sungai terpenting di Tatar Pasundan, Pulau Jawa - Indonesia; terutama karena melalui wilayah ibukota, DKI Jakarta, dan kerap menimbulkan banjir tahunan di wilayah hilirnya.

Panjang aliran utama sungai ini adalah hampir 120 km dengan daerah tangkapan airnya (daerah aliran sungai) seluas 387 km persegi.[2] Sungai ini relatif lebar dan di bagian hilirnya dulu dapat dilayari oleh perahu kecil pengangkut barang dagangan. Wilayah yang dilintasi Ci Liwung adalah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Jakarta.

Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di Gunung Gede, Gunung Pangrango dan daerah Puncak. Setelah melewati bagian timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat Jalan Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta sebagai batas alami wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Ci Liwung bermuara di daerah Luar Batang, di dekat Pasar Ikan sekarang. Di sebelah barat, DAS Ci Liwung berbatasan dengan DAS Ci Sadane, DAS Kali Grogol dan DAS Kali Krukut. Sementara di sebelah timurnya, DAS ini berbatasan dengan DAS Kali Sunter dan DAS (Kali) Cipinang[3].

Pengendalian banjir

Di daerah Manggarai aliran Ci Liwung banyak dimanipulasi untuk mengendalikan banjir. Jalur aslinya mengalir melalui daerah Cikini, Gondangdia, hingga Gambir, namun setelah Pintu Air Istiqlal jalur lama tidak ditemukan lagi karena telah dibuat kanal-kanal semenjak zaman Belanda dulu, seperti kanal di sisi barat Jalan Gunung Sahari dan Kanal Molenvliet di antara Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk.[4] Di Manggarai, dibuat Kanal Banjir Barat yang mengarah ke barat, lalu membelok ke utara melewati Tanah Abang, Tomang, Jembatan Lima, hingga ke Pluit. Sedangkan Kanal Banjir Timur direncanakan mulai dari sekitar wilayah Kampung Melayu ke timur, menghubungkan aliran-aliran Ci Liwung, Ci Lilitan, Ci Pinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Cakung, hingga ke wilayah Marunda[5].

Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Ci Liwung memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan karena ia mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan permukiman-permukiman kumuh. Sungai ini juga dianggap sungai yang paling parah mengalami perusakan dibandingkan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta. Selain karena daerah tangkapan airnya di bagian hulu di wilayah Puncak dan Bogor yang rusak, badan sungai di wilayah Jakarta juga banyak mengalami penyempitan dan pendangkalan yang mengakibatkan daya tampung air sungai menyusut, dan mudah menimbulkan banjir.

Sistem pengendalian banjir sungai ini mencakup pembuatan sejumlah pintu air/pos pengamatan banjir, yaitu di Katulampa (Bogor), Depok, Manggarai, Karet, serta Pintu Air Istiqlal; serta dengan membagi aliran Ci Liwung melalui kanal-kanal banjir seperti yang diuraikan di atas. Pemerintah pernah merencanakan untuk membangun Waduk Ciawi di Gadog, Megamendung, Bogor sebagai cara untuk mengendalikan aliran sejak dari bagian hulu.

  1. ^ Nama aslinya adalah Ci (Sd.: air) Haliwung (Sd: keruh) dan disebut dalam naskah Sunda "Bujangga Manik" (abad ke-15).
  2. ^ Hendrayanto. 2008. Transboundary watershed management. A case study of upstream-downstream relationships in Ciliwung watershed. Proceedings of International Workshop on Integrated Watershed Management for Sustainable Water Use in a Humid Tropical Region, JSPS-DGHE Joint Research Project, Tsukuba, October 2007. Bull. TERC, Univ. Tsukuba, No.8 Supplement, no. 2, 2008
  3. ^ BPDAS Citarum-Ciliwung. 2011. Penyusunan Rencana Tindak Pengelolaan DAS Ciliwung. Fakultas Kehutanan IPB dan BP DAS Citarum-Ciliwung, Kementerian Kehutanan RI. (tidak diterbitkan)
  4. ^ Kanal Molenvliet dibangun pada pertengahan abad ke-17 (lihat Batavia).
  5. ^ Pemda DKI. Pengembangan Kawasan Banjir Kanal Timur, diakses 01/01/2014.