Kota Tanjungpinang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Bismillahirrahmannirrahim... Allahhuakbar !!!
Bismillahhirrahmannirrahim...
Baris 91: Baris 91:
|}
|}


Melayu merupakan penduduk asli dan kelompok suku bangsa yang dominan di Tanjungpinang. Disamping itu terdapat juga Bugis dan Tionghoa yang sudah ratusan tahun berbaur dengan Melayu, menjadi warga negara semenjak zaman [[Kesultanan Johor]] dan ''Karesidenan Riouw''.<ref>Long, Nicholas J., Being Malay in Indonesia: Histories, Hopes and Citizenship in the Riau Archipelago, National University of Singapore, 2013</ref> Bugis awalnya menetap di Kampung Bugis, Tionghoa banyak menetap di Jalan Merdeka dan Senggarang. Jawa mulai ramai di Tanjungpinang sejak tahun 1960, pemukiman awal Jawa terletak di kampung jawa. Tanjungpinang mulai dibanjiri pendatang dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara semenjak pemekaran Provinsi Kepulauan Riau di tahun 2002
Melayu merupakan penduduk asli dan kelompok suku bangsa yang dominan di Tanjungpinang. Disamping itu terdapat juga Bugis dan Tionghoa yang sudah ratusan tahun berbaur dengan Melayu, menjadi warga negara semenjak zaman [[Kesultanan Johor]] dan ''Karesidenan Riouw''.<ref>Long, Nicholas J., Being Malay in Indonesia: Histories, Hopes and Citizenship in the Riau Archipelago, National University of Singapore, 2013</ref> Bugis awalnya menetap di Kampung Bugis, Tionghoa menetap di Jalan Merdeka dan Senggarang. Jawa mulai ramai di Tanjungpinang sejak tahun 1960, pemukiman awal Jawa terletak di kampung jawa. Tanjungpinang mulai dibanjiri pendatang dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara semenjak pemekaran Provinsi Kepulauan Riau di tahun 2002


[[Bahasa]] yang digunakan di Tanjung Pinang adalah [[Bahasa Melayu]] klasik. Logat dan Bahasa Melayu di kota ini sama dengan Bahasa Melayu yang digunakan di Singapura. Sejak zaman pemerintahan Kesultanan Riau Lingga, Tanjungpinang sudah menjadi pusat budaya Melayu bersama Singapura. [[Bahasa Tiochiu]] dan [[Bahasa Hokkien|Hokkien]] juga banyak digunakan di Kota Tanjungpinang.
[[Bahasa]] yang digunakan di Tanjung Pinang adalah [[Bahasa Melayu]] klasik. Logat dan Bahasa Melayu di kota ini sama dengan Bahasa Melayu yang digunakan di Singapura. Sejak zaman pemerintahan Kesultanan Riau Lingga, Tanjungpinang sudah menjadi pusat budaya Melayu bersama Singapura. [[Bahasa Tiochiu]] dan [[Bahasa Hokkien|Hokkien]] juga banyak digunakan di Kota Tanjungpinang.

Revisi per 10 Juli 2016 13.02

Kota Tanjungpinang
كوتا تنجوڠڤينڠ
Daerah tingkat II
Berkas:Tanjungpinang.jpg
Lambang resmi Kota Tanjungpinang كوتا تنجوڠڤينڠ
Motto: 
Jujur Bertutur Bijak Bertindak
Peta
Peta
Kota Tanjungpinang كوتا تنجوڠڤينڠ di Sumatra
Kota Tanjungpinang كوتا تنجوڠڤينڠ
Kota Tanjungpinang
كوتا تنجوڠڤينڠ
Peta
Kota Tanjungpinang كوتا تنجوڠڤينڠ di Indonesia
Kota Tanjungpinang كوتا تنجوڠڤينڠ
Kota Tanjungpinang
كوتا تنجوڠڤينڠ
Kota Tanjungpinang
كوتا تنجوڠڤينڠ (Indonesia)
Koordinat: 1°5′0″N 104°29′0″E / 1.08333°N 104.48333°E / 1.08333; 104.48333
Negara Indonesia
ProvinsiKepulauan Riau
Tanggal berdiri17 Oktober 2001
Ibu kotaSenggarang
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 4
  • Kelurahan: 18
Pemerintahan
 • BupatiH. Lis Darmansyah
 • Wakil BupatiH. Syahrul
Luas
 • Total239,5 km2 (92,5 sq mi)
Populasi
 ((2014))[1]
 • Total210,153
 • Kepadatan848/km2 (2,200/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam, Kristen, Buddha, Konghucu, Hindu
 • BahasaMelayu, Bahasa Jawa, Bahasa Hokkien, Bahasa Tiochiu
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
29000
Kode BPS
2172
Kode Kemendagri21.72
Kode SNI 7657:2023TPG
DAURp. 252.716.560.000,-
Situs webwww.tanjungpinangkota.go.id

Tanjungpinang atau Tanjung Pinang adalah ibu kota Kepulauan Riau, Indonesia. Yang terletak di Pulau Bintan dengan koordinat 0º5' LU dan 104º27' BT.

Kota ini memiliki banyak daerah pariwisata seperti Pulau Penyengat yang hanya berjarak kurang lebih 2 mil dari Pelabuhan Sri Bintan Pura, Pantai Trikora dengan pasir putihnya terletak kurang lebih 65 km dari kota, dan Pantai Buatan yaitu Tepi Laut yang terletak di garis pantai pusat kota sebagai pemanis atau wajah kota (waterfront city).

Pelabuhan Laut Tanjungpinang di Sri Bintan Pura memiliki kapal-kapal jenis feri dan feri cepat (speedboat) untuk akses domestik ke pulau Batam dan pulau-pulau lain seperti Kepulauan Karimun dan Kundur, serta kota-kota lain di Riau. Pelabuhan ini juga merupakan akses internasional ke Malaysia dan Singapura.

Sejarah

Berdasarkan Sulalatus Salatin, Tanjungpinang merupakan bagian dari Kerajaan Melaka. Setelah jatuhnya Melaka ke tangan Portugal, Sultan Mahmud Syah menjadikan kawasan ini sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Melaka. Kemudian menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Johor, sebelum diambil alih oleh Belanda setelah mereka menundukan perlawanan Raja Haji Fisabilillah tahun 1784 di Pulau Penyengat.

Pada masa Hindia Belanda, Tanjungpinang merupakan pusat pemerintahan Karesidenan Riouw. Kemudian di awal kemerdekaan Indonesia, menjadi ibu kota Provinsi Riau. Setelah itu statusnya menjadi Kota Administratif hingga tahun 2000. Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2001, pada tanggal 21 Juni 2001 statusnya ditingkatkan menjadi Kota Tanjungpinang. Pusat pemerintahan yang semula berada di pusat Kota Tanjungpinang, kemudian dipindahkan ke Senggarang (bagian utara kota).[2] Hal ini bertujuan untuk pemerataan pembangunan serta mengurangi kepadatan penduduk yang selama ini berpusat di Kota Lama (bagian barat kota).

Pemerintahan

Pada tahun 2002 Dra. Hj. Suryatati A. Manan terpilih sebagai walikota pertama melalui pemilihan oleh DPRD Kota Tanjungpinang. Pada tahun 2007, ia terpilih kembali untuk menjadi Wali Kota Tanjungpinang. Kemudian pada tahun 2013, ia digantikan oleh H. Lis Darmansyah.

Wilayah administrasi pemerintahan Kota Tanjungpinang terbagi menjadi 4 kecamatan dan 18 kelurahan.

Kecamatan-kecamatan di Kota Tanjungpinang adalah:

Geografi

Sebagian wilayah Tanjungpinang merupakan dataran rendah, kawasan rawa bakau, dan sebagian lain merupakan perbukitan, sehingga lahan kota sangat bervariasi dan berkontur.

Iklim

Kota Tanjungpinang maupun Pulau Bintan keseluruhan beriklim tropis dengan temperatur 23 °C – 34 °C. Tekanan udaranya berkisar antara 1.010,2 mbs dan 1.013,7 mbs.

Musim

Secara resmi memiliki musim kemarau dan musim penghujan. Tidak ada perbedaan musim yang mencolok di daerah ini. Hujan dapat turun sepanjang tahun. Namun setiap akhir sampai dengan awal tahun terjadi "Angin Utara" yang sangat berbahaya dengan gelombang yang sangat kuat.

Kependudukan

Komposisi etnis Kota Tanjungpinang pada tahun 2010
Etnis Jumlah (%)
Melayu 83 %
Jawa 5 %
Tionghoa 10 %
Sunda 0,8 %

Suku Flores 0,5 %

Lain-Lain 7% Sumber: Sensus Penduduk Tahun 2010[3]

Melayu merupakan penduduk asli dan kelompok suku bangsa yang dominan di Tanjungpinang. Disamping itu terdapat juga Bugis dan Tionghoa yang sudah ratusan tahun berbaur dengan Melayu, menjadi warga negara semenjak zaman Kesultanan Johor dan Karesidenan Riouw.[4] Bugis awalnya menetap di Kampung Bugis, Tionghoa menetap di Jalan Merdeka dan Senggarang. Jawa mulai ramai di Tanjungpinang sejak tahun 1960, pemukiman awal Jawa terletak di kampung jawa. Tanjungpinang mulai dibanjiri pendatang dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara semenjak pemekaran Provinsi Kepulauan Riau di tahun 2002

Bahasa yang digunakan di Tanjung Pinang adalah Bahasa Melayu klasik. Logat dan Bahasa Melayu di kota ini sama dengan Bahasa Melayu yang digunakan di Singapura. Sejak zaman pemerintahan Kesultanan Riau Lingga, Tanjungpinang sudah menjadi pusat budaya Melayu bersama Singapura. Bahasa Tiochiu dan Hokkien juga banyak digunakan di Kota Tanjungpinang.

Perkampungan nelayan di Senggarang

Transportasi

Kota Tanjungpinang terdapat pelabuhan domestik dan internasional yaitu Pelabuhan Sri Bintan Pura, terminal yaitu Terminal Sei Carang serta bandara internasional, Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.

Perekonomian

Pada tahun 2001, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam membangun perekonomian kota Tanjungpinang yaitu sebesar 35,54% kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan 15,37%, sektor bangunan 13,29%, sektor jasa-jasa 12,51%, dan sektor pengangkutan dan komunikasi 10,82%. Sedangkan sektor lainnya meliputi sektor listrik, gas, dan air bersih, keuangan, pertanian, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 12,47%.[5]

Pariwisata

Pulau Penyengat dilihat dari Tanjungpinang

Pulau Penyengat merupakan salah satu kawasan wisata di Kota Tanjungpinang. Pulau seluas 3,5 km² ini berada di sebelah barat kota Tanjungpinang dan dapat ditempuh 15 menit dengan transportasi laut. Pada pulau ini terdapat banyak peninggalan lama dengan wujud bangunan dan makam yang telah dijadikan situs cagar budaya. Selain itu juga dijumpai kelenteng atau vihara di kawasan Kampung Bugis dan Senggarang yang sekaligus menjadi kawasan wisata religi. Wisata lainnya juga dapat ditemukan di Pantai Impian, Tugu Pensil, Tepi Laut, Mall Ramayana Tanjung Pinang, Bestari Mall, Bintan Indah Mall, Tanjungpinang City Center dan sebagainya.

Pariwisata di kota Tanjungpinang ditunjang oleh adanya 13 hotel bintang, 43 hotel non bintang, 34 rumah makan dan pusat-pusat belanja yang terdiri dari 13 supermarket serta pertokoan yang tersebar di wilayah kota. Sementara jumlah kunjungan wisatawan didominasi dari negara Singapura, Malaysia dan Belanda. Kota ini juga menawarkan sajian kuliner aneka hidangan laut, dan masakan Cina.[6]

Galeri

Referensi

  1. ^ "Profil Daerah Tanjungpinang". Diakses tanggal 2015-07-06. 
  2. ^ Dulu Terpisah Kini Jadi Pusat Pemerintahan
  3. ^ Nicholas J. Long; Being Malay in Indonesia: Histories, Hopes and Citizenship in the Riau Archipelago, 2013
  4. ^ Long, Nicholas J., Being Malay in Indonesia: Histories, Hopes and Citizenship in the Riau Archipelago, National University of Singapore, 2013
  5. ^ ciptakarya.pu.go.id Profil Kota Tanjungpinang (diakses pada 4 Februari 2012)
  6. ^ www.bappedatanjungpinang.info Sekilas Kota Tanjungpinang (diakses pada 4 Februari 2012)

Pranala luar