Perang Belasting: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adi.akbartauhidin (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 36.76.39.22 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Warmlaw
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda +Hindia Belanda); perubahan kosmetika
Baris 1: Baris 1:
'''Perang belasting''' merupakan [[perang]] bersenjata pada 15-16 Juni 1908 yang melibatkan rakyat [[Sumatera Barat]] melawan pemerintah kolonial [[Hindia-Belanda]] akibat penerapan [[pajak]] ({{lang-nl|belasting}}) langsung kepada masyarakat. Perlawanan masyarakat atas pemberlakuan pajak langsung ini dibalas oleh pemerintah Hindia-Belanda dengan reaksi keras mengirimkan ''marechaussee'' (marsose) ke daerah konflik tersebut, yang akhirnya menimbulkan korban jiwa pada masyarakat maupun tentara kolonial.
'''Perang belasting''' merupakan [[perang]] bersenjata pada 15-16 Juni 1908 yang melibatkan rakyat [[Sumatera Barat]] melawan pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] akibat penerapan [[pajak]] ({{lang-nl|belasting}}) langsung kepada masyarakat. Perlawanan masyarakat atas pemberlakuan pajak langsung ini dibalas oleh pemerintah Hindia Belanda dengan reaksi keras mengirimkan ''marechaussee'' (marsose) ke daerah konflik tersebut, yang akhirnya menimbulkan korban jiwa pada masyarakat maupun tentara kolonial.


Perang ''belasting'' ini diawali di [[Kamang Magek, Agam‎|Kamang]], kemudian menyebar pada kawasan lain seperti [[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam|Manggopoh]], [[Lintau Buo, Tanah Datar|Lintau Buo]] dan lain-lain.<ref>St. Dt. M. Machudum, (1952), ''Riwajat perdjuangan bangsa Indonesia dalam masa 150 tahun'', Masa Baru (dahulu A. C. Nix).</ref>
Perang ''belasting'' ini diawali di [[Kamang Magek, Agam‎|Kamang]], kemudian menyebar pada kawasan lain seperti [[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam|Manggopoh]], [[Lintau Buo, Tanah Datar|Lintau Buo]] dan lain-lain.<ref>St. Dt. M. Machudum, (1952), ''Riwajat perdjuangan bangsa Indonesia dalam masa 150 tahun'', Masa Baru (dahulu A. C. Nix).</ref>
Baris 9: Baris 9:
| image =
| image =
| caption =
| caption =
| place = [[Kamang Magek, Agam | Kamang]], [[Sumatera Barat]]
| place = [[Kamang Magek, Agam|Kamang]], [[Sumatera Barat]]
| casus = Belasting ([[pajak]])
| casus = Belasting ([[pajak]])
| result =
| result =
| combatant1 = [[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|border]] [[Kamang Magek, Agam | Rakyat Kamang]]
| combatant1 = [[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|border]] [[Kamang Magek, Agam|Rakyat Kamang]]
| combatant2 = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|25px]] [[Hindia-Belanda]]
| combatant2 = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|25px]] [[Hindia Belanda]]
| commander1 =
| commander1 =
| commander2 =
| commander2 =
Baris 23: Baris 23:
|notes =
|notes =
}}
}}
'''Perang Kamang''' merupakan peperangan yang terjadi di [[Kamang Magek, Agam‎|Kamang]] tahun [[1908]] akibat penerapan pajak (''belasting'') kepada masyarakat oleh pemerintah kolonial [[Hindia-Belanda]]. Daerah Kamang berada sekitar 16 km dari [[Fort de Kock]] dan sebelumnya merupakan basis kekuatan dari [[Tuanku Nan Renceh]] pada masa [[Perang Padri]].
'''Perang Kamang''' merupakan peperangan yang terjadi di [[Kamang Magek, Agam‎|Kamang]] tahun [[1908]] akibat penerapan pajak (''belasting'') kepada masyarakat oleh pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]]. Daerah Kamang berada sekitar 16 km dari [[Fort de Kock]] dan sebelumnya merupakan basis kekuatan dari [[Tuanku Nan Renceh]] pada masa [[Perang Padri]].


===Perlawanan rakyat===
=== Perlawanan rakyat ===
Perang ini diawali oleh gerakan protes [[petani]] terhadap pemerintah [[Hindia-Belanda]] atas pajak tanah termasuk pajak atas hewan ternak yang dibebankan kepada mereka. Masyarakat Kamang menolak pembayaran pajak tersebut dan kemudian pada 15-16 Juni 1908 puncaknya pecah perang bersenjata antara masyarakat dengan pemerintah kolonial.<ref>Nafis, A., (2004), ''Syair Perang Kamang'', Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 9793797029</ref> Perang ini dipelopori oleh Syekh H. Abdul Manan, yang gugur dalam peperangan tersebut, sementara anaknya H. Ahmad Marzuki ditangkap oleh [[tentara]] [[Belanda]].<ref>Djurip, (1996), ''Kajian naskah Pemimpin ke syurga dan Syair Perang Kamang yang kejadian dalam tahun 1908'', Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.</ref> Akibat peperangan ini hampir 100 orang mati tertembak, sementara korban pada pihak tentara kolonial sebanyak 12 orang mati dan lebih kurang 20 orang luka-luka.<ref>Hatta, M., (2011), ''Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi'', Penerbit Buku Kompas, ISBN 9797095401.</ref> Dikabarkan pula, [[kuda]] neneknya [[Mohammad Hatta]] juga ditembak sewaktu Perang ini terjadi. Si Nenek kemudian datang ke gedung [[residen]] [[Padang]] pada waktu itu, dan memarahi sang Residen. Amrin Imran mencatat Nenek Mohammad Hatta sebagai orang yang mudah marah.<ref name=Imran>[[Amrin Imran|Imran, Amrin]] (1991). ''Mohammad Hatta:Pejuang, Proklamator, Pemimpin, Manusia Biasa''. hlm.9. [[Jakarta]]: Mutiara Sumber Widya. [[OCLC]] [http://worldcat.org/oclc/9072338 9072338]</ref>
Perang ini diawali oleh gerakan protes [[petani]] terhadap pemerintah [[Hindia Belanda]] atas pajak tanah termasuk pajak atas hewan ternak yang dibebankan kepada mereka. Masyarakat Kamang menolak pembayaran pajak tersebut dan kemudian pada 15-16 Juni 1908 puncaknya pecah perang bersenjata antara masyarakat dengan pemerintah kolonial.<ref>Nafis, A., (2004), ''Syair Perang Kamang'', Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 979-3797-02-9</ref> Perang ini dipelopori oleh Syekh H. Abdul Manan, yang gugur dalam peperangan tersebut, sementara anaknya H. Ahmad Marzuki ditangkap oleh [[tentara]] [[Belanda]].<ref>Djurip, (1996), ''Kajian naskah Pemimpin ke syurga dan Syair Perang Kamang yang kejadian dalam tahun 1908'', Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.</ref> Akibat peperangan ini hampir 100 orang mati tertembak, sementara korban pada pihak tentara kolonial sebanyak 12 orang mati dan lebih kurang 20 orang luka-luka.<ref>Hatta, M., (2011), ''Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi'', Penerbit Buku Kompas, ISBN 979-709-540-1.</ref> Dikabarkan pula, [[kuda]] neneknya [[Mohammad Hatta]] juga ditembak sewaktu Perang ini terjadi. Si Nenek kemudian datang ke gedung [[residen]] [[Padang]] pada waktu itu, dan memarahi sang Residen. Amrin Imran mencatat Nenek Mohammad Hatta sebagai orang yang mudah marah.<ref name=Imran>[[Amrin Imran|Imran, Amrin]] (1991). ''Mohammad Hatta:Pejuang, Proklamator, Pemimpin, Manusia Biasa''. hlm.9. [[Jakarta]]: Mutiara Sumber Widya. [[OCLC]] [http://worldcat.org/oclc/9072338 9072338]</ref>


==Perang Manggopoh==
== Perang Manggopoh ==
{{Infobox Military Conflict
{{Infobox Military Conflict
| conflict = Perang Manggopoh
| conflict = Perang Manggopoh
Baris 38: Baris 38:
| result =
| result =
| combatant1 = [[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|border]] [[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam|Rakyat Manggopoh]]
| combatant1 = [[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|border]] [[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam|Rakyat Manggopoh]]
| combatant2 = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|25px]] [[Hindia-Belanda]]
| combatant2 = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|25px]] [[Hindia Belanda]]
| commander1 =
| commander1 =
| commander2 =
| commander2 =
Baris 48: Baris 48:
|notes =
|notes =
}}
}}
'''Perang Manggopoh''' berlangsung di [[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam|Manggopoh]], [[Sumatera Barat]] dipimpin oleh [[Siti Manggopoh]].<ref name="Siti">Abel Tasman, Nita Indrawati, Sastri Yunizarti Bakry, Mestika Zed, (2003), ''Siti Manggopoh'', Yayasan Citra Budaya Indonesia, ISBN 9799583071</ref> Munculnya perlawanan masyarakat di Manggopoh dipengaruhi oleh perlawanan masyarakat di Kamang. Akibat peperangan ini 53 orang tentara kolonial mati terbunuh, sementara korban pada masyarakat sebanyak 7 orang mati dan 7 orang ditangkap termasuk Siti Manggopoh.<ref name="Siti"/>
'''Perang Manggopoh''' berlangsung di [[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam|Manggopoh]], [[Sumatera Barat]] dipimpin oleh [[Siti Manggopoh]].<ref name="Siti">Abel Tasman, Nita Indrawati, Sastri Yunizarti Bakry, Mestika Zed, (2003), ''Siti Manggopoh'', Yayasan Citra Budaya Indonesia, ISBN 979-95830-7-1</ref> Munculnya perlawanan masyarakat di Manggopoh dipengaruhi oleh perlawanan masyarakat di Kamang. Akibat peperangan ini 53 orang tentara kolonial mati terbunuh, sementara korban pada masyarakat sebanyak 7 orang mati dan 7 orang ditangkap termasuk Siti Manggopoh.<ref name="Siti"/>


==Referensi==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


==Daftar Pustaka==
== Daftar Pustaka ==
* Amran, R., (1988), ''Pemberontakan pajak 1908, Sumatra Barat. Bag. ke. 1: Perang Kamang'', Gita Karya
* Amran, R., (1988), ''Pemberontakan pajak 1908, Sumatra Barat. Bag. ke. 1: Perang Kamang'', Gita Karya
* Sjafei, S & Hamzah, T., (1964), ''Kamang 1908'', Djakarta: Tintamas.
* Sjafei, S & Hamzah, T., (1964), ''Kamang 1908'', Djakarta: Tintamas.

Revisi per 17 Juni 2016 11.42

Perang belasting merupakan perang bersenjata pada 15-16 Juni 1908 yang melibatkan rakyat Sumatera Barat melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda akibat penerapan pajak (Belanda: belasting) langsung kepada masyarakat. Perlawanan masyarakat atas pemberlakuan pajak langsung ini dibalas oleh pemerintah Hindia Belanda dengan reaksi keras mengirimkan marechaussee (marsose) ke daerah konflik tersebut, yang akhirnya menimbulkan korban jiwa pada masyarakat maupun tentara kolonial.

Perang belasting ini diawali di Kamang, kemudian menyebar pada kawasan lain seperti Manggopoh, Lintau Buo dan lain-lain.[1]

Perang Kamang

Perang Kamang
Tanggal1908
LokasiKamang, Sumatera Barat
Pihak terlibat
Rakyat Kamang Hindia Belanda
Korban
100 orang tewas

12 orang tewas

20 orang luka-luka

Perang Kamang merupakan peperangan yang terjadi di Kamang tahun 1908 akibat penerapan pajak (belasting) kepada masyarakat oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Daerah Kamang berada sekitar 16 km dari Fort de Kock dan sebelumnya merupakan basis kekuatan dari Tuanku Nan Renceh pada masa Perang Padri.

Perlawanan rakyat

Perang ini diawali oleh gerakan protes petani terhadap pemerintah Hindia Belanda atas pajak tanah termasuk pajak atas hewan ternak yang dibebankan kepada mereka. Masyarakat Kamang menolak pembayaran pajak tersebut dan kemudian pada 15-16 Juni 1908 puncaknya pecah perang bersenjata antara masyarakat dengan pemerintah kolonial.[2] Perang ini dipelopori oleh Syekh H. Abdul Manan, yang gugur dalam peperangan tersebut, sementara anaknya H. Ahmad Marzuki ditangkap oleh tentara Belanda.[3] Akibat peperangan ini hampir 100 orang mati tertembak, sementara korban pada pihak tentara kolonial sebanyak 12 orang mati dan lebih kurang 20 orang luka-luka.[4] Dikabarkan pula, kuda neneknya Mohammad Hatta juga ditembak sewaktu Perang ini terjadi. Si Nenek kemudian datang ke gedung residen Padang pada waktu itu, dan memarahi sang Residen. Amrin Imran mencatat Nenek Mohammad Hatta sebagai orang yang mudah marah.[5]

Perang Manggopoh

Perang Manggopoh
Tanggal1908
LokasiManggopoh, Sumatera Barat
Pihak terlibat
Rakyat Manggopoh Hindia Belanda
Korban

7 orang tewas

7 orang ditangkap
53 orang tewas

Perang Manggopoh berlangsung di Manggopoh, Sumatera Barat dipimpin oleh Siti Manggopoh.[6] Munculnya perlawanan masyarakat di Manggopoh dipengaruhi oleh perlawanan masyarakat di Kamang. Akibat peperangan ini 53 orang tentara kolonial mati terbunuh, sementara korban pada masyarakat sebanyak 7 orang mati dan 7 orang ditangkap termasuk Siti Manggopoh.[6]

Referensi

  1. ^ St. Dt. M. Machudum, (1952), Riwajat perdjuangan bangsa Indonesia dalam masa 150 tahun, Masa Baru (dahulu A. C. Nix).
  2. ^ Nafis, A., (2004), Syair Perang Kamang, Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 979-3797-02-9
  3. ^ Djurip, (1996), Kajian naskah Pemimpin ke syurga dan Syair Perang Kamang yang kejadian dalam tahun 1908, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
  4. ^ Hatta, M., (2011), Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi, Penerbit Buku Kompas, ISBN 979-709-540-1.
  5. ^ Imran, Amrin (1991). Mohammad Hatta:Pejuang, Proklamator, Pemimpin, Manusia Biasa. hlm.9. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. OCLC 9072338
  6. ^ a b Abel Tasman, Nita Indrawati, Sastri Yunizarti Bakry, Mestika Zed, (2003), Siti Manggopoh, Yayasan Citra Budaya Indonesia, ISBN 979-95830-7-1

Daftar Pustaka

  • Amran, R., (1988), Pemberontakan pajak 1908, Sumatra Barat. Bag. ke. 1: Perang Kamang, Gita Karya
  • Sjafei, S & Hamzah, T., (1964), Kamang 1908, Djakarta: Tintamas.