Ahmad Sanusi: Perbedaan antara revisi
Wagino Bot (bicara | kontrib) k →Karya-karya: minor cosmetic change |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k cosmetic changes, replaced: kerjasama → kerja sama |
||
Baris 135: | Baris 135: | ||
|box_width = |
|box_width = |
||
}} |
}} |
||
'''Ahmad Sanusi''' atau dikenal dengan sebutan '''Kiai Haji Ahmad Sanusi''' atau '''Ajengan Genteng''' (lahir [[18 September]] [[1889]] di Desa Cantayan, [[Cikembar, Sukabumi|Kecamatan Cikembar]], [[Kabupaten Sukabumi]] - meninggal tahun [[1950]] di [[Kota Sukabumi|Sukabumi]] pada umur 61 tahun) adalah tokoh [[Sarekat Islam]] dan pendiri Al-Ittahadul Islamiyah (AII), sebuah organisasi di bidang [[pendidikan]] dan [[ekonomi]].<ref name="Ensiklopedi"> |
'''Ahmad Sanusi''' atau dikenal dengan sebutan '''Kiai Haji Ahmad Sanusi''' atau '''Ajengan Genteng''' (lahir [[18 September]] [[1889]] di Desa Cantayan, [[Cikembar, Sukabumi|Kecamatan Cikembar]], [[Kabupaten Sukabumi]] - meninggal tahun [[1950]] di [[Kota Sukabumi|Sukabumi]] pada umur 61 tahun) adalah tokoh [[Sarekat Islam]] dan pendiri Al-Ittahadul Islamiyah (AII), sebuah organisasi di bidang [[pendidikan]] dan [[ekonomi]].<ref name="Ensiklopedi">{{cite book|author=H.M. Bibit Suprapto|title=Ensiklopedi Ulama Nusantara|publisher=Gelegar Media Indonesia|year=2009|id=ISBN 979-98066-1114-5}} Halaman 212-215.</ref><ref name="pelitatangerang">[http://pelitatangerang.xtgem.com/index/__xtblog_entry/59385-kh-ahmad-sanusi-sukabumi?__xtblog_block_id=1 www.pelitatangerang.com: KH Ahmad Sanusi, Sukabumi]. Diakses 27 April 2014</ref> Pada awal Pemerintahan [[Jepang]], AII dibubarkan dan secara diam-diam ia mendirikan [[Persatuan Umat Islam|Persatuan Umat Islam Indonesia]] (PUII).<ref name="Ensiklopedi"/><ref name="sukabumi">[http://www.sukabumikota.go.id/detailberita.asp?id=PUI%20TELAH%20TOREHKAN%20KARYA%20POSITIF%20BAGI%20BANGSA%20DAN%20NEGARA www.sukabumikota.go.id: PUI Telah torehkan Karya Positif bagi Bangsa dan Negara]. Diakses 27 April 2014</ref> Ia juga pendiri [[Pondok Pesantren]] Syamsul Ulum, Sukabumi.<ref name="Ensiklopedi"/> Selain itu, Kiai Sanusi juga pernah menjadi anggota [[Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia|Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (BPUPKI) pada tahun [[1945]].<ref name="Ensiklopedi"/><ref name="ensikperadaban">[http://www.ensikperadaban.com/?TOKOH_%26amp%3B_INTELEKTUAL_MUSLIM_INDONESIA:Ulama:Ahmad_Sanusi www.ensikperadaban.com: Ahmad Sanusi]. Diakses 27 April 2014</ref> |
||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
Kiai Sanusi adalah putera dari Ajengan Haji Abdurrahim bin Yasin, pengasuh Pesantren Cantayan di Sukabumi.<ref name="Ensiklopedi"/><ref name="hti">[http://hizbut-tahrir.or.id/2011/01/13/ajengan-ahmad-sanusi-pejuang-syariah-islam/ www.hizbut-tahrir.or.id: Ajengan Ahmad Sanusi: Pejuang Syariah Islam]. Diakses 27 April 2014</ref> Sebagai putera seorang ajengan (kiai), ia telah belajar ilmu-ilmu keislaman sejak ia masih kanak-kanak, selain ia juga banyak belajar dari para [[ |
Kiai Sanusi adalah putera dari Ajengan Haji Abdurrahim bin Yasin, pengasuh Pesantren Cantayan di Sukabumi.<ref name="Ensiklopedi"/><ref name="hti">[http://hizbut-tahrir.or.id/2011/01/13/ajengan-ahmad-sanusi-pejuang-syariah-islam/ www.hizbut-tahrir.or.id: Ajengan Ahmad Sanusi: Pejuang Syariah Islam]. Diakses 27 April 2014</ref> Sebagai putera seorang ajengan (kiai), ia telah belajar ilmu-ilmu keislaman sejak ia masih kanak-kanak, selain ia juga banyak belajar dari para [[santri]] Senior|senior di pesantren ayahnya.<ref name="Ensiklopedi"/> |
||
Menginjak usia dewasa, Kiai Sanusi mulai mengaji di beberapa pesantren di [[Jawa Barat]].<ref name="Ensiklopedi"/> Pada usia 20 tahun, ia menikah dengan Siti Juwariyah binti Haji Afandi yang berasal dari Kebon Pedes, [[Baros, Sukabumi|Baros]], Sukabumi.<ref name="Ensiklopedi"/> Setelah menikah, ia dikirim ayahnya ke [[Mekah]] untuk menunaikan [[Haji|ibadah haji]] sekaligus memperdalam ilmu-ilmu keislaman.<ref name="Ensiklopedi"/> Ia belajar di Mekah selama tujuh tahun.<ref name="ensikperadaban"/> Disana Kiai Sanusi mendapat gelar [[Imam|imam besar]] [[Masjidil Haram]].<ref name="ensikperadaban"/> ia berguru kepada ulama-ulama terkenal, khususnya dari kalangan al-Jawi ([[Semenanjung Melayu|Melayu]]). |
Menginjak usia dewasa, Kiai Sanusi mulai mengaji di beberapa pesantren di [[Jawa Barat]].<ref name="Ensiklopedi"/> Pada usia 20 tahun, ia menikah dengan Siti Juwariyah binti Haji Afandi yang berasal dari Kebon Pedes, [[Baros, Sukabumi|Baros]], Sukabumi.<ref name="Ensiklopedi"/> Setelah menikah, ia dikirim ayahnya ke [[Mekah]] untuk menunaikan [[Haji|ibadah haji]] sekaligus memperdalam ilmu-ilmu keislaman.<ref name="Ensiklopedi"/> Ia belajar di Mekah selama tujuh tahun.<ref name="ensikperadaban"/> Disana Kiai Sanusi mendapat gelar [[Imam|imam besar]] [[Masjidil Haram]].<ref name="ensikperadaban"/> ia berguru kepada ulama-ulama terkenal, khususnya dari kalangan al-Jawi ([[Semenanjung Melayu|Melayu]]). |
||
== Mendirikan Pesantren == |
== Mendirikan Pesantren == |
||
Baris 147: | Baris 147: | ||
== Pemikiran == |
== Pemikiran == |
||
[[Berkas:Rasyid ridla.jpg|thumb|left|200px|Syeikh Muhammad Rasyid Ridla, salah satu ulama pembaharu asal Mesir yang banyak mempengaruhi pemikiran K.H. Ahmad Sanusi]] |
[[Berkas:Rasyid ridla.jpg|thumb|left|200px|Syeikh Muhammad Rasyid Ridla, salah satu ulama pembaharu asal Mesir yang banyak mempengaruhi pemikiran K.H. Ahmad Sanusi]] |
||
Ketika belajar di Mekah, Kiai Sanusi telah mengenal ide-ide pembaharuan dari [[Muhammad Abduh|Syeikh Muhammad 'Abduh]], [[Rasyid Ridha|Syeikh Muhammad Rasyid Ridla]], dan [[Jamal-al-Din Afghani|Jamaluddin al-Afghani]], melalui buku-buku dan majalah aliran pembaharuan di [[Mesir]], sehingga pengaruh tersebut menjadikannya ulama pembaharu ketika pulang ke Indonesia.<ref name="Ensiklopedi"/> Namun demikian, ia tetap tidak meninggalkan mahzabnya, ia tetap mengikuti [[ |
Ketika belajar di Mekah, Kiai Sanusi telah mengenal ide-ide pembaharuan dari [[Muhammad Abduh|Syeikh Muhammad 'Abduh]], [[Rasyid Ridha|Syeikh Muhammad Rasyid Ridla]], dan [[Jamal-al-Din Afghani|Jamaluddin al-Afghani]], melalui buku-buku dan majalah aliran pembaharuan di [[Mesir]], sehingga pengaruh tersebut menjadikannya ulama pembaharu ketika pulang ke Indonesia.<ref name="Ensiklopedi"/> Namun demikian, ia tetap tidak meninggalkan mahzabnya, ia tetap mengikuti [[mazhab Syafi'i]] sebagaimana yang dilakukan kedua gurunya, Syeikh Ahmad Khatib dan Syeikh Mukhtar at-Tarid.<ref name="Ensiklopedi"/> Bahkan dalam bidang ilmu [[fikih]] yang juga merupakan keahliannya, Kiai Sanusi terkenal sangat kritis terhadap dalam menentukan hukum [[Islam]].<ref name="Ensiklopedi"/> |
||
Dalam bidang ilmu [[al-Qur'an]], Kiai Sanusi berpendapat bahwa terdapat empat kategori hukum dalam al-Qur'an, yaitu: |
Dalam bidang ilmu [[al-Qur'an]], Kiai Sanusi berpendapat bahwa terdapat empat kategori hukum dalam al-Qur'an, yaitu:<ref name="hti"/> |
||
# Berkaitan dengan keimanan dan kebebasan beragama dalam memilih dan menjalankan ketentuan-ketentuan agama |
# Berkaitan dengan keimanan dan kebebasan beragama dalam memilih dan menjalankan ketentuan-ketentuan agama |
||
# Berkaitan dengan rumah tangga dan pergaulannya seperti pernikahan dan perceraian, keturunan dan kewarisan |
# Berkaitan dengan rumah tangga dan pergaulannya seperti pernikahan dan perceraian, keturunan dan kewarisan |
||
# Berkaitan dengan prinsip |
# Berkaitan dengan prinsip kerja sama antarsesama umat manusia seperti jual-beli, sewa-menyewa, gadai dan lain-lain |
||
# Berkaitan dengan pemeliharaan kehidupan, yaitu berupa peraturan pidana dan perdata untuk menghukum di antara sesama manusia yang melakukan kesalahan |
# Berkaitan dengan pemeliharaan kehidupan, yaitu berupa peraturan pidana dan perdata untuk menghukum di antara sesama manusia yang melakukan kesalahan |
||
==Karya-karya == |
==Karya-karya == |
||
Kiai Sanusi dikenal sebagai ulama ahli [[tafsir]] dan fikih yang telah menghasilkan banyak karya. |
Kiai Sanusi dikenal sebagai ulama ahli [[tafsir]] dan fikih yang telah menghasilkan banyak karya.<ref name="pahlawan">{{cite news|title = Dua Ulama Jabar Dapat Gelar Pahlawan Nasional|newspaper = www.news.okezone.com|date =Sabtu, 08 November 2008 01:00 wib|author=Toni Kamajaya|url =http://news.okezone.com/read/2008/11/07/1/161854/dua-ulama-jabar-dapat-gelar-pahlawan-nasional|accessdate = 27 April 2014|archiveurl=https://archive.is/NCULl|archivedate=27 Apr 2014 03:49:15 UTC}}</ref><ref name="Ensiklopedi"/> |
||
== Referensi == |
== Referensi == |
Revisi per 21 Mei 2016 04.24
Kyai Haji Ahmad Sanusi | |
---|---|
Berkas:Ajengan ahmad sanusi.jpg | |
Lahir | 18 September 1889 Hindia Belanda, Desa Cantayan, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat |
Meninggal | 0 Desember 1950 Indonesia, Sukabumi, Jawa Barat | (umur 60) invalid month invalid day
Kebangsaan | Indonesia |
Nama lain | Ajengan Genteng |
Pendidikan |
|
Pekerjaan |
|
Organisasi |
|
Dikenal atas | Ulama ahli tafsir, fikih, tasawuf dan kalam. |
Karya terkenal |
|
Kota asal | Desa Cantayan, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi |
Suami/istri | Siti Juwariyah binti Haji Afandi |
Orang tua | Ajengan Haji Abdurrahim bin Yasin |
Penghargaan |
|
Ahmad Sanusi atau dikenal dengan sebutan Kiai Haji Ahmad Sanusi atau Ajengan Genteng (lahir 18 September 1889 di Desa Cantayan, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi - meninggal tahun 1950 di Sukabumi pada umur 61 tahun) adalah tokoh Sarekat Islam dan pendiri Al-Ittahadul Islamiyah (AII), sebuah organisasi di bidang pendidikan dan ekonomi.[2][3] Pada awal Pemerintahan Jepang, AII dibubarkan dan secara diam-diam ia mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII).[2][4] Ia juga pendiri Pondok Pesantren Syamsul Ulum, Sukabumi.[2] Selain itu, Kiai Sanusi juga pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1945.[2][5]
Sejarah
Kiai Sanusi adalah putera dari Ajengan Haji Abdurrahim bin Yasin, pengasuh Pesantren Cantayan di Sukabumi.[2][6] Sebagai putera seorang ajengan (kiai), ia telah belajar ilmu-ilmu keislaman sejak ia masih kanak-kanak, selain ia juga banyak belajar dari para santri Senior|senior di pesantren ayahnya.[2]
Menginjak usia dewasa, Kiai Sanusi mulai mengaji di beberapa pesantren di Jawa Barat.[2] Pada usia 20 tahun, ia menikah dengan Siti Juwariyah binti Haji Afandi yang berasal dari Kebon Pedes, Baros, Sukabumi.[2] Setelah menikah, ia dikirim ayahnya ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu-ilmu keislaman.[2] Ia belajar di Mekah selama tujuh tahun.[5] Disana Kiai Sanusi mendapat gelar imam besar Masjidil Haram.[5] ia berguru kepada ulama-ulama terkenal, khususnya dari kalangan al-Jawi (Melayu).
Mendirikan Pesantren
Pada tahun 1915, sepulang belajar dari Mekah, Kiai Sanusi kembali ke Indonesia untuk membantu ayahnya mengajar di Pesantren Cantayan.[5] Setelah tiga tahun membantu ayahnya, ia mulai merintis pembangunan pondok pesantrennya sendiri yang terletak di Kampung Genteng, sebelah utara desa Cantayan, sehingga ia kemudian dikenal dengan sebutan Ajengan Genteng.[2] Pesantrennya tersebut ia beri nama Pondok Pesantren Syamsul Ulum.[2]
Pemikiran
Ketika belajar di Mekah, Kiai Sanusi telah mengenal ide-ide pembaharuan dari Syeikh Muhammad 'Abduh, Syeikh Muhammad Rasyid Ridla, dan Jamaluddin al-Afghani, melalui buku-buku dan majalah aliran pembaharuan di Mesir, sehingga pengaruh tersebut menjadikannya ulama pembaharu ketika pulang ke Indonesia.[2] Namun demikian, ia tetap tidak meninggalkan mahzabnya, ia tetap mengikuti mazhab Syafi'i sebagaimana yang dilakukan kedua gurunya, Syeikh Ahmad Khatib dan Syeikh Mukhtar at-Tarid.[2] Bahkan dalam bidang ilmu fikih yang juga merupakan keahliannya, Kiai Sanusi terkenal sangat kritis terhadap dalam menentukan hukum Islam.[2]
Dalam bidang ilmu al-Qur'an, Kiai Sanusi berpendapat bahwa terdapat empat kategori hukum dalam al-Qur'an, yaitu:[6]
- Berkaitan dengan keimanan dan kebebasan beragama dalam memilih dan menjalankan ketentuan-ketentuan agama
- Berkaitan dengan rumah tangga dan pergaulannya seperti pernikahan dan perceraian, keturunan dan kewarisan
- Berkaitan dengan prinsip kerja sama antarsesama umat manusia seperti jual-beli, sewa-menyewa, gadai dan lain-lain
- Berkaitan dengan pemeliharaan kehidupan, yaitu berupa peraturan pidana dan perdata untuk menghukum di antara sesama manusia yang melakukan kesalahan
Karya-karya
Kiai Sanusi dikenal sebagai ulama ahli tafsir dan fikih yang telah menghasilkan banyak karya.[1][2]
Referensi
- ^ a b Toni Kamajaya (Sabtu, 08 November 2008 01:00 wib). "Dua Ulama Jabar Dapat Gelar Pahlawan Nasional". www.news.okezone.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Apr 2014 03:49:15 UTC. Diakses tanggal 27 April 2014.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o H.M. Bibit Suprapto (2009). Ensiklopedi Ulama Nusantara. Gelegar Media Indonesia. ISBN 979-98066-1114-5. Halaman 212-215.
- ^ www.pelitatangerang.com: KH Ahmad Sanusi, Sukabumi. Diakses 27 April 2014
- ^ www.sukabumikota.go.id: PUI Telah torehkan Karya Positif bagi Bangsa dan Negara. Diakses 27 April 2014
- ^ a b c d www.ensikperadaban.com: Ahmad Sanusi. Diakses 27 April 2014
- ^ a b www.hizbut-tahrir.or.id: Ajengan Ahmad Sanusi: Pejuang Syariah Islam. Diakses 27 April 2014