Kesultanan Berau: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di Abad +pada Abad, -di abad +pada abad, -Di abad +Pada abad, -Di Abad +Pada Abad)
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 33: Baris 33:
|}
|}


'''Kesultanan Berau''' adalah sebuah [[kerajaan]] yang pernah berdiri di wilayah [[Kabupaten Berau]] sekarang ini. Kerajaan ini berdiri pada [[abad ke-14]] dengan raja pertama yang memerintah bernama [[Baddit Dipattung]] dengan gelar [[Aji Suryanata Kesuma|Aji Raden Suryanata Kesuma]] dan istrinya bernama ''Baddit Kurindan'' dengan gelar ''Aji Permaisuri''. Pusat pemerintahannya berada di [[Sungai Lati, Gunung Tabur, Berau|Sungai Lati]], [[Gunung Tabur, Berau|Kecamatan Gunung Tabur]].<ref name="pos1">{{id}}[http://www.kaltimpost.web.id/berita/index.asp?Berita=Berau&id=50616 ''Perjalanan Sejarah Bermula dari Sungai Lati''. Kaltim Pos 2 September 2003]</ref> Sejarahnya kemudian pada keturunan ke-13, Kesultanan Berau terpisah menjadi dua yaitu [[Kesultanan Gunung Tabur]] dan [[Kesultanan Sambaliung]]. Sebelumnya daerah-daerah milik Berau yang telah memisahkan diri dan berdiri sendiri adalah [[Kesultanan Bulungan|Bulungan]] dan [[Kerajaan Tidung|Tidung]] (kemudian ditaklukan Sultan Sulu).<ref>{{en}} (1848){{cite journal|pages=438 |url=http://books.google.co.id/books?id=sJAaAQAAIAAJ&dq=Fran%C3%A7ois%20Wittert.&pg=PA438#v=onepage&q&f=false|title=The Journal of the Indian archipelago and eastern Asia|volume=2}}</ref> Negara Berau kuno meliputi kawasan pesisir dari perbatasan mandala Kerajaan Brunei di Kinabatangan (kini termasuk Sabah) hingga [[Tanjung Mangkaliat]] di perbatasan dengan mandala Kerajaan Kutai. Salah satu dari lima daerah bagian Berau adalah Nagri Marancang. Kepala Nagri atau Orang tuanya bernama Rangga Si Kannik Saludai. Pengarappan atau Punggawanya Bernama Harimau Jantan, Lambu Tunggal dan Kuda Sambarani. Wilayah kekuasaannya dari Bulalung Karantigau, Kubuan Pindda, Mangkapadi, Bulungan Selimbatu, Sekatak Buji, Sekata Jelanjang, Betayu, Sesayap, Simangarris, Tawau, Segarung, Talluk Silam dan Kinabatangan berbatasan dengan Brunei.<ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/borneoc15-16.html Borneo in the 15th and 16th centuries ]</ref><ref>[http://bumibatiwakkal.blogspot.com/2009/01/historis-asal-usul-berau.html TINJAUAN HISTORIS TENTANG KERAJAAN BERAU (KURAN)]</ref> Menurut perjanjian VOC-Belanda dengan Kesultanan Banjar, "negara Berau" (yang terdiri atas Gunung Tabur, Tanjung/Sambaliung, Bulungan dan Tidung) merupakan salah satu bekas negara [[dependensi]]/negara bagian di dalam "negara Banjar Raya".<ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1750.html Borneo, ca 1750 (abad ke-18)]</ref><ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA110&dq=Tanah%20Laut.&pg=PA110#v=onepage&q=Tanah%20Laut.&f=false|author=Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|title=Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19|publisher=PT Balai Pustaka|year=1992|isbn=9794074101}}ISBN 9789794074107</ref><ref name="Royal Geographical Society">{{en}}{{cite journal|author=Royal Geographical Society (Great Britain)| url=http://books.google.com/books?id=grENAAAAQAAJ&dq=banjarmassin&hl=id&pg=PA841#v=onepage&q=banjarmassin&f=false | title=A Gazetteer of the world: or, Dictionary of geographical knowledge, compiled from the most recent authorities, and forming a complete body of modern geography -- physical, political, statistical, historical, and ethnographical|volume= 5 | publisher=A. Fullarton | year=1856}}</ref> Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling yang beribukota di Banjarmasin berdasarkan ''Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie'', pada 27 Agustus 1849, No. 8<ref>[http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false {{nl}} Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849]</ref>
'''Kesultanan Berau''' adalah sebuah [[kerajaan]] yang pernah berdiri di wilayah [[Kabupaten Berau]] sekarang ini. Kerajaan ini berdiri pada [[abad ke-14]] dengan raja pertama yang memerintah bernama [[Baddit Dipattung]] dengan gelar [[Aji Suryanata Kesuma|Aji Raden Suryanata Kesuma]] dan istrinya bernama ''Baddit Kurindan'' dengan gelar ''Aji Permaisuri''. Pusat pemerintahannya berada di [[Sungai Lati, Gunung Tabur, Berau|Sungai Lati]], [[Gunung Tabur, Berau|Kecamatan Gunung Tabur]].<ref name="pos1">{{id}}[http://www.kaltimpost.web.id/berita/index.asp?Berita=Berau&id=50616 ''Perjalanan Sejarah Bermula dari Sungai Lati''. Kaltim Pos 2 September 2003]</ref> Sejarahnya kemudian pada keturunan ke-13, Kesultanan Berau terpisah menjadi dua yaitu [[Kesultanan Gunung Tabur]] dan [[Kesultanan Sambaliung]]. Sebelumnya daerah-daerah milik Berau yang telah memisahkan diri dan berdiri sendiri adalah [[Kesultanan Bulungan|Bulungan]] dan [[Kerajaan Tidung|Tidung]] (kemudian ditaklukan Sultan Sulu).<ref>{{en}} (1848){{cite journal|pages=438 |url=http://books.google.co.id/books?id=sJAaAQAAIAAJ&dq=Fran%C3%A7ois%20Wittert.&pg=PA438#v=onepage&q&f=false|title=The Journal of the Indian archipelago and eastern Asia|volume=2}}</ref> Negara Berau kuno meliputi kawasan pesisir dari perbatasan mandala Kerajaan Brunei di Kinabatangan (kini termasuk Sabah) hingga [[Tanjung Mangkaliat]] di perbatasan dengan mandala Kerajaan Kutai. Salah satu dari lima daerah bagian Berau adalah Nagri Marancang. Kepala Nagri atau Orang tuanya bernama Rangga Si Kannik Saludai. Pengarappan atau Punggawanya Bernama Harimau Jantan, Lambu Tunggal dan Kuda Sambarani. Wilayah kekuasaannya dari Bulalung Karantigau, Kubuan Pindda, Mangkapadi, Bulungan Selimbatu, Sekatak Buji, Sekata Jelanjang, Betayu, Sesayap, Simangarris, Tawau, Segarung, Talluk Silam dan Kinabatangan berbatasan dengan Brunei.<ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/borneoc15-16.html Borneo in the 15th and 16th centuries ]</ref><ref>[http://bumibatiwakkal.blogspot.com/2009/01/historis-asal-usul-berau.html TINJAUAN HISTORIS TENTANG KERAJAAN BERAU (KURAN)]</ref> Menurut perjanjian VOC-Belanda dengan Kesultanan Banjar, "negara Berau" (yang terdiri atas Gunung Tabur, Tanjung/Sambaliung, Bulungan dan Tidung) merupakan salah satu bekas negara [[dependensi]]/negara bagian di dalam "negara Banjar Raya".<ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1750.html Borneo, ca 1750 (abad ke-18)]</ref><ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA110&dq=Tanah%20Laut.&pg=PA110#v=onepage&q=Tanah%20Laut.&f=false|author=Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|title=Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19|publisher=PT Balai Pustaka|year=1992|isbn=9794074101}}ISBN 978-979-407-410-7</ref><ref name="Royal Geographical Society">{{en}}{{cite journal|author=Royal Geographical Society (Great Britain)| url=http://books.google.com/books?id=grENAAAAQAAJ&dq=banjarmassin&hl=id&pg=PA841#v=onepage&q=banjarmassin&f=false | title=A Gazetteer of the world: or, Dictionary of geographical knowledge, compiled from the most recent authorities, and forming a complete body of modern geography -- physical, political, statistical, historical, and ethnographical|volume= 5 | publisher=A. Fullarton | year=1856}}</ref> Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling yang beribukota di Banjarmasin berdasarkan ''Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie'', pada 27 Agustus 1849, No. 8<ref>[http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false {{nl}} Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849]</ref>


== Raja pertama ==
== Raja pertama ==
[[Aji Suryanata Kesuma|Aji Raden Suryanata Kesuma]], dikenal sebagai seorang raja yang bijak dalam menjalankan pemerintahannya selama 32 tahun sekitar tahun [[1400]] hingga [[1432]]<ref name="pos1"/> ada pula yang menyatakan dari [[1377]] sampai [[1426]]<ref name="pos2">{{id}}[http://www.kaltimpost.web.id/berita/index.asp?Berita=ProKaltim&id=48059 ''Raja Alam Enggan Dipimpin Penjajah''. Kaltim Pos, 17 Agustus 2003]</ref> Dibawah pemerintahannya, Baddit Dipattung berhasil membawa rakyatnya sejahtera serta menyatukan beberapa wilayah pemukiman yang dikenal oleh masyarakat Berau dengan sebutan "''Banua''", di antaranya ''Banua Merancang'', ''Banua Pantai'', ''Banua Kuran'', ''Banua Rantau Buyut'' dan ''Banua Rantau Sewakung''. Dalam catatan sejarah, Aji Suryanata Kesuma dikenal sangat berpengaruh dan berwibawa, sehingga dia adalah figur raja yang disegani kawan dan ditakuti lawan. Nama Raja Berau yang pertama ini, kemudian diabadikan menjadi nama [[Korem 091/Aji Surya Natakesuma]] (ASN).<ref name="pos1"/> Kesultanan Brunei menyebut Berau dengan nama Kuran<ref>{{en}}{{cite book|title=Headhunting and the social imagination in Southeast Asia|first=Janet|last=Hoskins|publisher=Stanford University Press|year=1996|isbn=0804725756}}ISBN 9780804725750</ref>
[[Aji Suryanata Kesuma|Aji Raden Suryanata Kesuma]], dikenal sebagai seorang raja yang bijak dalam menjalankan pemerintahannya selama 32 tahun sekitar tahun [[1400]] hingga [[1432]]<ref name="pos1"/> ada pula yang menyatakan dari [[1377]] sampai [[1426]]<ref name="pos2">{{id}}[http://www.kaltimpost.web.id/berita/index.asp?Berita=ProKaltim&id=48059 ''Raja Alam Enggan Dipimpin Penjajah''. Kaltim Pos, 17 Agustus 2003]</ref> Dibawah pemerintahannya, Baddit Dipattung berhasil membawa rakyatnya sejahtera serta menyatukan beberapa wilayah pemukiman yang dikenal oleh masyarakat Berau dengan sebutan "''Banua''", di antaranya ''Banua Merancang'', ''Banua Pantai'', ''Banua Kuran'', ''Banua Rantau Buyut'' dan ''Banua Rantau Sewakung''. Dalam catatan sejarah, Aji Suryanata Kesuma dikenal sangat berpengaruh dan berwibawa, sehingga dia adalah figur raja yang disegani kawan dan ditakuti lawan. Nama Raja Berau yang pertama ini, kemudian diabadikan menjadi nama [[Korem 091/Aji Surya Natakesuma]] (ASN).<ref name="pos1"/> Kesultanan Brunei menyebut Berau dengan nama Kuran<ref>{{en}}{{cite book|title=Headhunting and the social imagination in Southeast Asia|first=Janet|last=Hoskins|publisher=Stanford University Press|year=1996|isbn=0804725756}}ISBN 978-0-8047-2575-0</ref>


== Hubungan Kesultanan Berau dan Kesultanan Banjar ==
== Hubungan Kesultanan Berau dan Kesultanan Banjar ==
Baris 43: Baris 43:
Hubungan Berau dengan Kesultanan Banjar pada masa Sultan Suryanullah/Sultan [[Suriansyah]]/Pangeran Samudera (1520-1546) disebutkan dalam Hikayat Banjar, waktu itu '''Berau''' salah satu negeri yang turut mengirim pasukan membantu Pangeran Samudera/Sultan Suriansyah dan juga salah satu negeri yang mengirim upeti. <ref>Sudah itu maka orang [[Sebangau Kuala, Pulang Pisau|Sebangau]], orang [[Kabupaten Katingan|Mendawai]], orang [[Kabupaten Kotawaringin Timur|Sampit]], orang [[Kabupaten Seruyan|Pembuang]], orang [[Kerajaan Kotawaringin|Kota Waringin]], orang [[Kerajaan Tanjungpura|Sukadana]], orang [[Kabupaten Melawi|Lawai]], orang [[kerajaan Sambas|Sambas]] sekaliannya itu dipersalin sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim barat sekaliannya negeri itu datang mahanjurkan upetinya, musim timur kembali itu. Dan orang [[Takisung, Tanah Laut|Takisung]], orang [[Kuala Tambangan, Takisung, Tanah Laut|Tambangan Laut]], orang [[Kintap, Tanah Laut|Kintap]], orang [[Asam Asam, Jorong, Tanah Laut|Asam-Asam]], orang [[Pulau Laut|Laut-Pulau]], orang [[Pamukan]], orang [[Kesultanan Pasir|Paser]], orang [[Kesultanan Kutai|Kutai]], orang [[Kesultanan Berau|Berau]], orang [[Suku Suluk|Karasikan]], sekaliannya itu dipersalin, sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim timur datang sekaliannya negeri itu mahanjurkan upetinya, musim barat kembali. (Cuplikan Hikayat Banjar)</ref> Menurut Hikayat Banjar, pada pertengahan abad ke-17 Sultan Makassar (Gowa-Tallo) meminjam Pasir termasuk daerah ring terluar seperti Kutai, Berau dan [[Kepulauan Sulu|Karasikan]] sebagai tempat berdagang kepada Sultan Banjar IV Mustain Billah/Marhum Panembahan pada waktu Kiai Martasura diutus ke Makassar dan mengadakan perjanjian dengan I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud yaitu Sultan [[Tallo, Makassar|Tallo]] yang menjabat [[mangkubumi]] bagi Sultan Malikussaid Raja Gowa tahun 1638-1654. Maka sejak itu Berau tidak lagi mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar. <ref name="hikayat banjar"/>
Hubungan Berau dengan Kesultanan Banjar pada masa Sultan Suryanullah/Sultan [[Suriansyah]]/Pangeran Samudera (1520-1546) disebutkan dalam Hikayat Banjar, waktu itu '''Berau''' salah satu negeri yang turut mengirim pasukan membantu Pangeran Samudera/Sultan Suriansyah dan juga salah satu negeri yang mengirim upeti. <ref>Sudah itu maka orang [[Sebangau Kuala, Pulang Pisau|Sebangau]], orang [[Kabupaten Katingan|Mendawai]], orang [[Kabupaten Kotawaringin Timur|Sampit]], orang [[Kabupaten Seruyan|Pembuang]], orang [[Kerajaan Kotawaringin|Kota Waringin]], orang [[Kerajaan Tanjungpura|Sukadana]], orang [[Kabupaten Melawi|Lawai]], orang [[kerajaan Sambas|Sambas]] sekaliannya itu dipersalin sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim barat sekaliannya negeri itu datang mahanjurkan upetinya, musim timur kembali itu. Dan orang [[Takisung, Tanah Laut|Takisung]], orang [[Kuala Tambangan, Takisung, Tanah Laut|Tambangan Laut]], orang [[Kintap, Tanah Laut|Kintap]], orang [[Asam Asam, Jorong, Tanah Laut|Asam-Asam]], orang [[Pulau Laut|Laut-Pulau]], orang [[Pamukan]], orang [[Kesultanan Pasir|Paser]], orang [[Kesultanan Kutai|Kutai]], orang [[Kesultanan Berau|Berau]], orang [[Suku Suluk|Karasikan]], sekaliannya itu dipersalin, sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim timur datang sekaliannya negeri itu mahanjurkan upetinya, musim barat kembali. (Cuplikan Hikayat Banjar)</ref> Menurut Hikayat Banjar, pada pertengahan abad ke-17 Sultan Makassar (Gowa-Tallo) meminjam Pasir termasuk daerah ring terluar seperti Kutai, Berau dan [[Kepulauan Sulu|Karasikan]] sebagai tempat berdagang kepada Sultan Banjar IV Mustain Billah/Marhum Panembahan pada waktu Kiai Martasura diutus ke Makassar dan mengadakan perjanjian dengan I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud yaitu Sultan [[Tallo, Makassar|Tallo]] yang menjabat [[mangkubumi]] bagi Sultan Malikussaid Raja Gowa tahun 1638-1654. Maka sejak itu Berau tidak lagi mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar. <ref name="hikayat banjar"/>
[[Berkas:Jacob Mossel 1704-1761.jpg|right|thumb|Jacob Mossel, Gubernur Jenderal VOC tahun 1750-1761]]
[[Berkas:Jacob Mossel 1704-1761.jpg|right|thumb|Jacob Mossel, Gubernur Jenderal VOC tahun 1750-1761]]
Pada masa pemerintahan [[Daftar Penguasa Hindia-Belanda|Gubernur Jenderal VOC]] [[Jacob Mossel]] (1750-1761) dibuat perjanjian antara Sultan Sepuh/[[Tamjidullah I]] (1734-1759) dari Banjar dengan Kompeni Belanda ditandatangani pada [[20 Oktober]] [[1756]]. Dalam perjanjian tersebut Kompeni Belanda akan membantu Sultan Tamjidullah I untuk menaklukkan kembali daerah [[Kesultanan Banjar]] yang telah memisahkan diri termasuk di antaranya '''Berau''', negeri-negeri tersebut yaitu Berau, Kutai, Pasir, Sanggau, Sintang dan [[Kabupaten Melawi|Lawai]] serta daerah taklukannya masing-masing. Kalau berhasil maka Seri Sultan akan mengangkat Penghulu-Penghulu di daerah tersebut dan selanjutnya Seri Sultan memerintahkan kepada Penghulu-Penghulu tersebut untuk menyerahkan hasil dari daerah tersebut setiap tahun kepada Kompeni Belanda dengan perincian sebagai berikut :
Pada masa pemerintahan [[Daftar Penguasa Hindia-Belanda|Gubernur Jenderal VOC]] [[Jacob Mossel]] (1750-1761) dibuat perjanjian antara Sultan Sepuh/[[Tamjidullah I]] (1734-1759) dari Banjar dengan Kompeni Belanda ditandatangani pada [[20 Oktober]] [[1756]]. Dalam perjanjian tersebut Kompeni Belanda akan membantu Sultan Tamjidullah I untuk menaklukkan kembali daerah [[Kesultanan Banjar]] yang telah memisahkan diri termasuk di antaranya '''Berau''', negeri-negeri tersebut yaitu Berau, Kutai, Pasir, Sanggau, Sintang dan [[Kabupaten Melawi|Lawai]] serta daerah taklukannya masing-masing. Kalau berhasil maka Seri Sultan akan mengangkat Penghulu-Penghulu di daerah tersebut dan selanjutnya Seri Sultan memerintahkan kepada Penghulu-Penghulu tersebut untuk menyerahkan hasil dari daerah tersebut setiap tahun kepada Kompeni Belanda dengan perincian sebagai berikut :
# [[Kesultanan Berau|Berau]], 20 pikul sarang burung dan 20 pikul lilin.
# [[Kesultanan Berau|Berau]], 20 pikul sarang burung dan 20 pikul lilin.
# [[Kesultanan Kutai|Kutai]], 20 pikul sarang burung dan 40 pikul lilin.
# [[Kesultanan Kutai|Kutai]], 20 pikul sarang burung dan 40 pikul lilin.
# [[Kesultanan Pasir|Pasir]], 40 tahil emas halus dan 20 pikul sarang burung, serta 20 pikul lilin
# [[Kesultanan Pasir|Pasir]], 40 tahil emas halus dan 20 pikul sarang burung, serta 20 pikul lilin
# [[Kerajaan Sanggau|Sanggau]], 40 tahil emas halus dan 40 pikul lilin
# [[Kerajaan Sanggau|Sanggau]], 40 tahil emas halus dan 40 pikul lilin
# [[Kerajaan Sintang|Sintang]], 60 tahil emas halus dan 40 pikul lilin
# [[Kerajaan Sintang|Sintang]], 60 tahil emas halus dan 40 pikul lilin
# [[Lawai]], 200 tahil emas halus, dan 20 pikul sarang burung
# [[Lawai]], 200 tahil emas halus, dan 20 pikul sarang burung


Baris 55: Baris 55:


== Daftar Raja-Raja dan Sultan Kesultanan Berau ==
== Daftar Raja-Raja dan Sultan Kesultanan Berau ==
* Raja Aji Surya Natakesuma/ Baddit Dipatung (1377-1401)
* Raja Aji Surya Natakesuma/ Baddit Dipatung (1377-1401)
* Raja Aji Nikullan (1401-1426)
* Raja Aji Nikullan (1401-1426)
* Raja Aji Nikutak (1426-1451
* Raja Aji Nikutak (1426-1451
* Raja Aji Nigindang (1451-1470)
* Raja Aji Nigindang (1451-1470)
* Raja Aji Panjang Ruma (1470-1495)
* Raja Aji Panjang Ruma (1470-1495)
* Raja Aji Tumanggung Barani (1495-1524)
* Raja Aji Tumanggung Barani (1495-1524)
* Raja Aji Sura Raja (1524-1550)
* Raja Aji Sura Raja (1524-1550)
* Raja Aji Surga Balindung (1550-1576)
* Raja Aji Surga Balindung (1550-1576)
* Raja Aji Dilayas (1576-1600)
* Raja Aji Dilayas (1576-1600)
* Raja Aji Pangeran Tua (1600-1624)
* Raja Aji Pangeran Tua (1600-1624)
* Raja Aji Pangeran Dipati (1624-1650)
* Raja Aji Pangeran Dipati (1624-1650)
* Raja Aji Kuning I (Aji Kuning Berau) (1650-1676)
* Raja Aji Kuning I (Aji Kuning Berau) (1650-1676)
* Sultan Muhammad Hasanuddin (diketahui sultan pertama kesultanan berau) (1676-1700)
* Sultan Muhammad Hasanuddin (diketahui sultan pertama kesultanan berau) (1676-1700)
* Sultan Zainal Abidin I (Sultan Zainal Abidin Kesultanan Berau) (1700-1740)
* Sultan Zainal Abidin I (Sultan Zainal Abidin Kesultanan Berau) (1700-1740)
* Sultan Muhammad Badaruddin (1740-1760)
* Sultan Muhammad Badaruddin (1740-1760)
* Sultan Maulana Muhammad Salehuddin (Sultan Salehuddin Berau) (1760-1777)
* Sultan Maulana Muhammad Salehuddin (Sultan Salehuddin Berau) (1760-1777)
* Sultan Amiril Mu'minin (1777-1800)
* Sultan Amiril Mu'minin (1777-1800)
* Sultan Zainal Abidin II (sultan terakhir Kesultanan Berau) (1800-1810)
* Sultan Zainal Abidin II (sultan terakhir Kesultanan Berau) (1800-1810)


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 10 Maret 2016 15.25

Kesultanan Berau

Wilayah Kesultanan Berau (pasca lepasnya wilayah Bulungan dan Tidung), Kalimantan Utara
Berdiri 1377
Didahului oleh tidak diketahui
Digantikan oleh Kesultanan Sambaliung
Kesultanan Gunung Tabur
Ibu kota Sungai Lati, Kecamatan Gunung Tabur
Bahasa Berau
Agama Hindu, Islam
Pemerintahan
-Raja pertama
-Raja terakhir
Aji Raden SuryaNata Kesuma

Sultan Zainal Abidin II

Sejarah
-Didirikan
-Zaman kejayaan
-Krisis suksesi

1377
1377-1830
1830

Kesultanan Berau adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Berau sekarang ini. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-14 dengan raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden Suryanata Kesuma dan istrinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri. Pusat pemerintahannya berada di Sungai Lati, Kecamatan Gunung Tabur.[1] Sejarahnya kemudian pada keturunan ke-13, Kesultanan Berau terpisah menjadi dua yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung. Sebelumnya daerah-daerah milik Berau yang telah memisahkan diri dan berdiri sendiri adalah Bulungan dan Tidung (kemudian ditaklukan Sultan Sulu).[2] Negara Berau kuno meliputi kawasan pesisir dari perbatasan mandala Kerajaan Brunei di Kinabatangan (kini termasuk Sabah) hingga Tanjung Mangkaliat di perbatasan dengan mandala Kerajaan Kutai. Salah satu dari lima daerah bagian Berau adalah Nagri Marancang. Kepala Nagri atau Orang tuanya bernama Rangga Si Kannik Saludai. Pengarappan atau Punggawanya Bernama Harimau Jantan, Lambu Tunggal dan Kuda Sambarani. Wilayah kekuasaannya dari Bulalung Karantigau, Kubuan Pindda, Mangkapadi, Bulungan Selimbatu, Sekatak Buji, Sekata Jelanjang, Betayu, Sesayap, Simangarris, Tawau, Segarung, Talluk Silam dan Kinabatangan berbatasan dengan Brunei.[3][4] Menurut perjanjian VOC-Belanda dengan Kesultanan Banjar, "negara Berau" (yang terdiri atas Gunung Tabur, Tanjung/Sambaliung, Bulungan dan Tidung) merupakan salah satu bekas negara dependensi/negara bagian di dalam "negara Banjar Raya".[5][6][7] Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling yang beribukota di Banjarmasin berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8[8]

Raja pertama

Aji Raden Suryanata Kesuma, dikenal sebagai seorang raja yang bijak dalam menjalankan pemerintahannya selama 32 tahun sekitar tahun 1400 hingga 1432[1] ada pula yang menyatakan dari 1377 sampai 1426[9] Dibawah pemerintahannya, Baddit Dipattung berhasil membawa rakyatnya sejahtera serta menyatukan beberapa wilayah pemukiman yang dikenal oleh masyarakat Berau dengan sebutan "Banua", di antaranya Banua Merancang, Banua Pantai, Banua Kuran, Banua Rantau Buyut dan Banua Rantau Sewakung. Dalam catatan sejarah, Aji Suryanata Kesuma dikenal sangat berpengaruh dan berwibawa, sehingga dia adalah figur raja yang disegani kawan dan ditakuti lawan. Nama Raja Berau yang pertama ini, kemudian diabadikan menjadi nama Korem 091/Aji Surya Natakesuma (ASN).[1] Kesultanan Brunei menyebut Berau dengan nama Kuran[10]

Hubungan Kesultanan Berau dan Kesultanan Banjar

Menurut Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapañca tahun 1365 tidak menyebutkan nama Berau sebagai salah satu negeri yang telah ditaklukan Kerajaan Majapahit oleh Gajah Mada, kemungkinan Berau masih memakai nama kuno yang lainnya yaitu Sawaku/Sawakung (sebuah negeri lama di Kabupaten Berau). Hikayat Banjar[11] yang bab terakhirnya ditulis pada tahun 1663, menyebutkan hubungan Berau dengan Banjar pada masa Maharaja Suryanata, penguasa Banjar kuno abad ke-14 (waktu itu disebut Negara Dipa). Menurut Hikayat Banjar, sejak masa kekuasaan Maharaja Suryanata, pangeran dari Majapahit yang menjadi raja Negara Dipa (sebutan Banjar kuno pada masa Hindu), orang besar (penguasa) Berau sudah menjadi taklukannya, di sini hanya disebutkan orang besar, jadi bukan disebut raja seperti sebutan Raja Sambas dan Raja Sukadana. Berau dalam Hikayat Banjar disebutkan sebagai salah satu tanah yang di atas angin (= kerajaan di sebelah timur atau utara) yang telah membayar upeti. [12] Hubungan Berau dengan Kesultanan Banjar pada masa Sultan Suryanullah/Sultan Suriansyah/Pangeran Samudera (1520-1546) disebutkan dalam Hikayat Banjar, waktu itu Berau salah satu negeri yang turut mengirim pasukan membantu Pangeran Samudera/Sultan Suriansyah dan juga salah satu negeri yang mengirim upeti. [13] Menurut Hikayat Banjar, pada pertengahan abad ke-17 Sultan Makassar (Gowa-Tallo) meminjam Pasir termasuk daerah ring terluar seperti Kutai, Berau dan Karasikan sebagai tempat berdagang kepada Sultan Banjar IV Mustain Billah/Marhum Panembahan pada waktu Kiai Martasura diutus ke Makassar dan mengadakan perjanjian dengan I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud yaitu Sultan Tallo yang menjabat mangkubumi bagi Sultan Malikussaid Raja Gowa tahun 1638-1654. Maka sejak itu Berau tidak lagi mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar. [11]

Jacob Mossel, Gubernur Jenderal VOC tahun 1750-1761

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal VOC Jacob Mossel (1750-1761) dibuat perjanjian antara Sultan Sepuh/Tamjidullah I (1734-1759) dari Banjar dengan Kompeni Belanda ditandatangani pada 20 Oktober 1756. Dalam perjanjian tersebut Kompeni Belanda akan membantu Sultan Tamjidullah I untuk menaklukkan kembali daerah Kesultanan Banjar yang telah memisahkan diri termasuk di antaranya Berau, negeri-negeri tersebut yaitu Berau, Kutai, Pasir, Sanggau, Sintang dan Lawai serta daerah taklukannya masing-masing. Kalau berhasil maka Seri Sultan akan mengangkat Penghulu-Penghulu di daerah tersebut dan selanjutnya Seri Sultan memerintahkan kepada Penghulu-Penghulu tersebut untuk menyerahkan hasil dari daerah tersebut setiap tahun kepada Kompeni Belanda dengan perincian sebagai berikut :

  1. Berau, 20 pikul sarang burung dan 20 pikul lilin.
  2. Kutai, 20 pikul sarang burung dan 40 pikul lilin.
  3. Pasir, 40 tahil emas halus dan 20 pikul sarang burung, serta 20 pikul lilin
  4. Sanggau, 40 tahil emas halus dan 40 pikul lilin
  5. Sintang, 60 tahil emas halus dan 40 pikul lilin
  6. Lawai, 200 tahil emas halus, dan 20 pikul sarang burung
  • Sultan Adam

Pada masa Sultan Adam dari Banjar dibuat perjanjian dengan Belanda yang di antara pasalnya menyerahkan vazal-vazal Banjar termasuk negeri Berau dan daerah-daerah lain di Kalimantan kepada Hindia Belanda. Perjanjian itu terdiri atas 28 pasal dan ditandatangani dalam loji Belanda di Banjarmasin pada tanggal 4 Mei 1826 atau 26 Ramadhan 1241 H. Perjanjian inilah yang menjadi dasar hubungan politik dan ekonomi antara Kesultanan Banjar dengan pemerintah Hindia Belanda di Batavia. Dalam perjanjian tersebut Kerajaan Banjar mengakui suzerinitas atau pertuanan Pemerintah Hindia Belanda dan menjadi sebuah Leenstaat, atau negeri pinjaman.

Daftar Raja-Raja dan Sultan Kesultanan Berau

  • Raja Aji Surya Natakesuma/ Baddit Dipatung (1377-1401)
  • Raja Aji Nikullan (1401-1426)
  • Raja Aji Nikutak (1426-1451
  • Raja Aji Nigindang (1451-1470)
  • Raja Aji Panjang Ruma (1470-1495)
  • Raja Aji Tumanggung Barani (1495-1524)
  • Raja Aji Sura Raja (1524-1550)
  • Raja Aji Surga Balindung (1550-1576)
  • Raja Aji Dilayas (1576-1600)
  • Raja Aji Pangeran Tua (1600-1624)
  • Raja Aji Pangeran Dipati (1624-1650)
  • Raja Aji Kuning I (Aji Kuning Berau) (1650-1676)
  • Sultan Muhammad Hasanuddin (diketahui sultan pertama kesultanan berau) (1676-1700)
  • Sultan Zainal Abidin I (Sultan Zainal Abidin Kesultanan Berau) (1700-1740)
  • Sultan Muhammad Badaruddin (1740-1760)
  • Sultan Maulana Muhammad Salehuddin (Sultan Salehuddin Berau) (1760-1777)
  • Sultan Amiril Mu'minin (1777-1800)
  • Sultan Zainal Abidin II (sultan terakhir Kesultanan Berau) (1800-1810)

Referensi

Sumber

  1. ^ a b c (Indonesia)Perjalanan Sejarah Bermula dari Sungai Lati. Kaltim Pos 2 September 2003
  2. ^ (Inggris) (1848)"The Journal of the Indian archipelago and eastern Asia". 2: 438. 
  3. ^ Borneo in the 15th and 16th centuries
  4. ^ TINJAUAN HISTORIS TENTANG KERAJAAN BERAU (KURAN)
  5. ^ Borneo, ca 1750 (abad ke-18)
  6. ^ (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1992). Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19. PT Balai Pustaka. ISBN 9794074101. ISBN 978-979-407-410-7
  7. ^ (Inggris)Royal Geographical Society (Great Britain) (1856). "A Gazetteer of the world: or, Dictionary of geographical knowledge, compiled from the most recent authorities, and forming a complete body of modern geography -- physical, political, statistical, historical, and ethnographical". 5. A. Fullarton. 
  8. ^ (Belanda) Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849
  9. ^ (Indonesia)Raja Alam Enggan Dipimpin Penjajah. Kaltim Pos, 17 Agustus 2003
  10. ^ (Inggris)Hoskins, Janet (1996). Headhunting and the social imagination in Southeast Asia. Stanford University Press. ISBN 0804725756. ISBN 978-0-8047-2575-0
  11. ^ a b (Melayu)Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.
  12. ^ Hatta berapa lamanya maka raja perempuan (Putri Junjung Buih/Bhre Tanjungpura?) itu hamil pula. Sudah genap bulannya genap harinya maka beranak laki-laki pula. Maka tahta kerajaan, beranak itu seperti demikian jua, dinamai Raden Suryawangsa. Kemudian daripada itu, Raden Suryaganggawangsa itu sudah taruna, Raden Suryawangsa itu baharu kepinggahan (= lepas gigi) itu, maka seperti raja Sukadana, seperti raja Sambas, seperti orang besar-besar Batang Lawai, seperti orang besar di Kota Waringin, seperti raja Pasir, seperti Kutai, seperti Karasikan, seperti orang besar di Berau, sekaliannya itu sama takluk pada Maharaja Suryanata di Negara-Dipa itu. Majapahit pun, sungguh negeri besar serta menaklukkan segala negeri jua itu, adalah raja Majapahit itu takut pada Maharaja Suryanata itu. Karena bukannya raja seperti raja negeri lain-lain itu asalnya kedua laki-isteri itu maka raja Majapahit hebat itu; lagi pula Lambu Mangkurat itu yang ditakutinya oleh raja Majapahit dan segala menteri Majapahit itu sama hebatnya pada Lambu Mangkurat itu. Maka banyak tiada tersebutkan. (Cuplikan Hikayat Banjar)
  13. ^ Sudah itu maka orang Sebangau, orang Mendawai, orang Sampit, orang Pembuang, orang Kota Waringin, orang Sukadana, orang Lawai, orang Sambas sekaliannya itu dipersalin sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim barat sekaliannya negeri itu datang mahanjurkan upetinya, musim timur kembali itu. Dan orang Takisung, orang Tambangan Laut, orang Kintap, orang Asam-Asam, orang Laut-Pulau, orang Pamukan, orang Paser, orang Kutai, orang Berau, orang Karasikan, sekaliannya itu dipersalin, sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim timur datang sekaliannya negeri itu mahanjurkan upetinya, musim barat kembali. (Cuplikan Hikayat Banjar)

Lihat pula

Pranala luar