Junaidi bin Jaba: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Referensi: minor cosmetic change
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Pranala luar: minor cosmetic change
Baris 50: Baris 50:
{{Reflist}}
{{Reflist}}


== Pautan luar ==
== Pranala luar ==


* [https://groups.google.com/forum/?hl=id&fromgroups#!msg/rantaunet/kj6gnFoX7s8/I0c-VOoy0YYJ "Restoran Milik Pengusaha Minang di Kuala Lumpur Diresmikan"]<small> ''Palanta R@ntauNet'', 08-04-2008. Diakses 30-11-2014.<small/>
* [https://groups.google.com/forum/?hl=id&fromgroups#!msg/rantaunet/kj6gnFoX7s8/I0c-VOoy0YYJ "Restoran Milik Pengusaha Minang di Kuala Lumpur Diresmikan"]<small> ''Palanta R@ntauNet'', 08-04-2008. Diakses 30-11-2014.<small/>

Revisi per 26 Februari 2016 03.15

Junaidi bin Jaba
Berkas:Junaidi bin Jaba.jpg
Lahir21 April 1953 (umur 70)
Indonesia Padang Sibusuak, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat
KebangsaanMalaysia Malaysia
PekerjaanPengusaha
Dikenal atasPendiri jaringan restoran Sari Ratu Malaysia
Suami/istriYusni binti Jamarun
AnakHariman, Monarita,
Enika dan M.Arifin
Orang tuaJa'far (ayah)
Baiyah (ibu)

Junaidi bin Jaba (lahir 21 April 1953) adalah seorang pengusaha Malaysia yang bersama dengan Auwines, seorang pengusaha Indonesia, merupakan pendiri jaringan restoran Sari Ratu di Malaysia.[1]

Riwayat

Kehidupan pribadi

Junaidi lahir dari pasangan Ja'far (ayah) dan Baiyah (ibu), sepasang petani sederhana di Padang Sibusuak, Sijunjuang, Sumatera Barat. Namun Junaidi adalah seorang yang bersemangat tinggi, ia rajin membantu orang tuanya menggembala sapi dan mencari kayu bakar setiap pulang sekolah. Setelah tamat SD, Junaidi bersekolah di PGA (Pendidikan Guru Agama).[1]

Junaidi menikah dengan seorang wanita pilihan orang tuanya yang bernama Yusni binti Jamarun dan telah dikaruniai empat orang anak, yaitu Hariman, Monarita, Enika dan M.Arifin.

Perjalanan usaha

Untuk memperbaiki kehidupan keluarganya yang miskin, Junaidi yang berusia 14 tahun kala itu bertekad untuk merantau, walaupun harus meninggalkan bangku sekolah di PGA yang baru ditempuhnya selama 2 bulan lebih. Awalnya, Junaidi merantau ke suatu daerah di Riau dan bekerja serabutan dengan menjadi tukang perabot sampai berjualan kacang goreng. Enam bulan kemudian, ia pindah ke Dumai, namun hanya bertahan satu bulan lalu pindah ke Bagansiapiapi[1] dan sempat menggelandang dengan tidur di lapak pedagang kaki lima.

Di Bagansiapiapi, Junaidi melamar bekerja pada sebuah kapal milik orang Tionghoa. Berkat kegigihannya, Junaidi akhirnya diterima bekerja di kapal itu setelah melamar sebanyak empat kali, dan selalu ditolak sebelumnya karena dianggap masih kecil. Karena kerajinan dan kejujurannya, akhirnya ia mendapat kepercayaan untuk mengantar ikan-ikan hasil tangkapan dari Sibolga, Sumatera Utara dan Sabang, Aceh ke Singapura.[1]

Pada saat sering ke Singapura itulah Junaidi mencari peluang yang lebih baik lagi. Akhirnya ia bertemu dengan seseorang bernama Herman, seorang asal Bukittinggi yang mengajaknya bekerja di dok kapal di Singapura. Ia menjalani pekerjaan barunya membersihkan kapal dengan baik, sehingga iapun mendapatkan pekerjaan tambahan dengan mencuci pakaian para bule yang ada disitu. Hasil tips dari para bule tersebut ia simpan dalam bentuk deposito.

Pada masa selanjutnya, menjelang usia 17 tahun, Junaidi bekerja sebagai pendesain pada suatu usaha orang Bombay. Ia bersama dua orang temannya bahkan dipercaya mempelajari cara mendesain pakaian ke Korea, Jepang, dan Taiwan. Setelah sekian lama bekerja disitu, Junaidi mengundurkan diri dan mulai bertekad untuk mandiri dalam berusaha.[1] Ia kemudian mendapat kepercayaan dari pengusaha Tionghoa di Singapura untuk menjual kain ke Kuala Lumpur, Malaysia. Profesi ini ia jalani beberapa lama sampai akhirnya ia memiliki toko di kawasan Jalan Masjid India, Kuala Lumpur, suatu kawasan yang dari dulu memang didominasi oleh pedagang asal Minangkabau.

Karena kejujuran, keuletan dan keikhlasannya, usahanya terus berkembang dari waktu ke waktu, sampai ia memiliki beberapa toko yang tersebar di kota-kota besar di Malaysia, di antaranya di Jalan Masjid India Kuala Lumpur, Kajang, dan Genting Highlands. Setelah merasa mapan, akhirnya Junaidi membawa istri dan dua orang anaknya yang menetap di Medan ke Malaysia, dan secara bersama-sama mereka-pun mengembangkan usaha.

Pada sekitar tahun 1994, Junaidi tak luput dari krisis moneter yang melanda Malaysia. Beberapa tokonya terjual, sehingga hanya menyisakan dua toko saja. Sejak itulah Junaidi berpikir akan menjalankan usaha yang tahan terhadap krisis, yang kemudian menjatuhkan pilihannya pada usaha restoran.

Nasib kemudian membawanya bertemu dengan Auwines asal Sungai Puar, Agam, seorang pengusaha restoran yang telah sukses mendirikan beberapa restoran Sari Ratu dan berbagai usaha lainnya di di Indonesia dan Malaysia. Pada tahun 2001 merekapun bersepakat mendirikan restoran masakan Minang dengan gaya yang berbeda di Desa Pandan. Usaha inipun berkembang pesat, lalu kemudian membuka cabang baru di Genting Highlands, dan berlanjut dengan cabang baru di Bukit Bintang, Kuala Lumpur, diikuti perluasan di area Ampang Water Front yang sempat diresmikan oleh Megawati, serta di Mid Valley, Kuala Lumpur. Pada 7 April 2008, cabang kelima di di kawasan Kelana Jaya, Petaling Jaya diresmikan oleh Tatang Budie Utama Razak, Kuasa Usaha AD Interim KBRI Kuala Lumpur yang juga Wakil Duta Besar Indonesia di Malaysia. Jaringan restoran ini akhirnya dikenal dengan nama Indonesia Food, Authentic Nasi Padang yang bertaraf internasional.[2]

Selain memiliki jaringan restoran Sari Ratu di Malaysia, Junaidi juga memiliki usaha garmen serta berbagai usaha lainnya di Jakarta dan Singapura.[3]

Referensi

  1. ^ a b c d e "Tanah Rantau Mengubah Jalan Hidupnya" Padangmedia.com, 29-07-2010. Diakses 30-11-2014.
  2. ^ "H Junaidi Jaba, Sukses Membawa Masakan Padang Berkelas Internasional" Korandigital.com, 01-10-2010. Diakses 30-11-2014.
  3. ^ "Pengusaha Malaysia Asal Minang Pekerjakan Tamatan SMK dari Padang" Padangmedia.com, 27-06-2011. Diakses 30-11-2014.

Pranala luar