Ahmad Khatib Datuk Batuah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Referensi: minor cosmetic change
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Pranala luar: minor cosmetic change using AWB
Baris 37: Baris 37:
{{reflist}}
{{reflist}}


== Pautan luar ==
== Pranala luar ==
* [http://niadilova.blogdetik.com/index.php/archives/1059 "Empat Pentolan Komunis Minangkabau di Sumatera Thawalib Padang Panjang"] Suryadi, Universiteit Leiden. Diakses 18 Agustus 2013.
* [http://niadilova.blogdetik.com/index.php/archives/1059 "Empat Pentolan Komunis Minangkabau di Sumatera Thawalib Padang Panjang"] Suryadi, Universiteit Leiden. Diakses 18 Agustus 2013.
* [https://groups.google.com/forum/#!msg/rantaunet/8cyrvyd6lak/2a-zrZZylosJ "Adakah warga RN yang tinggal di Timor? Mohon info tentang daerah Kafanau dan Kalabai"] R@ntau-Net. Diakses 18 Agustus 2013.
* [https://groups.google.com/forum/#!msg/rantaunet/8cyrvyd6lak/2a-zrZZylosJ "Adakah warga RN yang tinggal di Timor? Mohon info tentang daerah Kafanau dan Kalabai"] R@ntau-Net. Diakses 18 Agustus 2013.

Revisi per 26 Februari 2016 03.06

Ahmad Khatib Datuk Batuah
Berkas:Ahmad Khatib Datuk Batuah.jpg
Lahir1895
Belanda Koto Laweh, Padangpanjang, Hindia Belanda
Meninggal1949 (umur 54)
Indonesia Koto Laweh, Padangpanjang
KebangsaanIndonesia Indonesia
Nama lainHaji Merah
PekerjaanUlama
Dikenal atasPejuang kemerdekaan Indonesia
Suami/istriSaadiah dan Zainab
AnakLenin dan Kartini
Orang tuaSyeikh Gunung Rajo (ayah)
Saidah (ibu)

Ahmad Khatib Datuk Batuah (lahir di Koto Laweh, Padangpanjang, Sumatera Barat, tahun 1895 – meninggal di Koto Laweh, Padang Panjang, tahun 1949 pada umur 54 tahun) adalah seorang ulama dan pejuang kemerdekaan Indonesia pada awal abad ke-20.

Riwayat

Kehidupan

Ahmad Khatib adalah putra dari Syeikh Gunung Rajo, seorang pemimpin Tarekat Syattariyah di Minangkabau.

Pendidikan

Ahmad Khatib Datuk Batuah sempat menempuh pendidikan dasar di sekolah Belanda. Setelah itu ia merantau ke Mekkah, Arab Saudi dan belajar agama selama 6 tahun (1909-1915) pada Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, seorang ulama asal Koto Gadang, Agam yang menjadi Imam Besar di Masjidil Haram dan juga sebagai guru bagi banyak ulama nusantara.

Perjuangan

Ia disebut sebagai Haji Merah, karena ia juga menganut sebagian ajaran paham komunis yang cocok dengan ajaran Islam, seperti ajaran mengenai sosialisme. Disamping itu ajaran komunisme yang radikal dalam memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan manusia pada masa itu dianggap cocok untuk dipakai dalam perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan kolonialisme Belanda.[1]

Referensi

  1. ^ "Kisah "Haji Merah" Dari Sumatera Barat" Berdikari Online, 6 April 2013. Diakses 18 Agustus 2013.

Pranala luar