Suku Banggai: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adven Nababan (bicara | kontrib)
←Mengosongkan halaman
Adven Nababan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Suku Banggai''' merupakan suku asli yang mendiami [[kepulauan Banggai]] di [[kabupaten Banggai]] di [[Provinsi Sulawesi Tengah]]. Suku Banggai terdiri dari dua kelompok, yaitu ''suku Banggai Kepulauan'' yang berada di [[kabupaten Banggai]] Kepulauan [[provinsi Sulawesi Tengah]], dan ''suku Sea-sea'' (''Suku Banggai Pegunungan'') yang berada di daerah pegunungan di [[kabupaten Banggai]] [[Provinsi Sulawesi Tengah]].
Di Kabupaten Banggai sebenarnya terdapat tiga suku bangsa, yaitu ''Suku Banggai'', [[Suku Saluan]] dan [[Suku Balantak]], tetapi ketiga suku ini berbeda dan masing-masing memiliki adat dan kebudayaan sendiri-sendiri. Suku Banggai dianggap sebagai penduduk asli wilayah ini. Sedangkan suku Saluan dan suku Balantak, merupakan pendatang dari wilayah lain di luar wilayah Banggai.
<ref name="A"><small>[http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1246/suku-banggai-sulawesi-tengah] diakses 12 Februari 2016 </small></ref>

== Kepercayaan Suku Banggai ==
Penduduk [[Sulawesi Tengah]] sebagian besar beragama Islam dengan persentase 72,36 % pemeluk agama Kristen 24,51%, pemeluk agam hindu dan Budha 3,13%.
Penyebaran agama Islam di Sulawesi Tengah adalah [[Abdullah Raqile]] yang lebih dikenal dengan [[Dato Karamah]] seorang Ulama dari [[Sumatera Barat]]. Agama Kristen pertama kali disebarkan oleh Missionaris dari [[belanda]] yaitu A.C Cruyt dan Adrian diwilayah kabupaten Poso dan bagian selatan kabupaten Donggala. Sedangkan agama Hindu dan Budha dibawa oleh para transmigran asal [[bali]].
<ref name="W"><small>[http://www.sultengprov.go.id/profil-sulteng/sekilas-sulteng/65-tentang-propinsi-sulawesi-tengah] diakses 12 Februari 2016 </small></ref>

== Kesenian dan Kebudayaan ==
[[File:Tarian Banggai.jpeg|thumb|Tarian Banggai]]
Berbagai macam adat serta kebudayaan dari suku Banggai sangat melekat dalam masyarakat yang memang sangat menarik, musik yang di antaranya; ''batongan'', ''kanjar'', ''libul'' dan lain sebagainya, juga ada tarian, yang termasuk ''Onsulen'', ''Balatindak'', ''Ridan''. Cerita rakyat atau legenda yang sangat banyak yang di kenal dengan nama [[Banunut]], lagu atau puisi yaitu ''Baode'', ''Paupe''. dan masih banyak lagi kesenian tradisional lainnya.<ref name="R"><small>[http://www.kompasiana.com/andrihpanili/kebudayaan-suku-banggai_54f7cb6ca33311991d8b498c Kesenian dan Kebudayaan] diakses 12 Februari 2016 </small></ref>

Ada pun beberapa tradisi yang masih dipegang secara menyeluruh dari suku Banggai, misalnya pada saat perayaan [[Maulid Nabi Besar Muhammad saw]], para masyarakat suku Banggai akan membuat sejenis kue yang di beri nama Kala-kalas, ada juga yang menyebutnya kaakaras. Kue ini tebuat dari tepung beras yang bentuk jadinya di goreng, dan kue ini sangat unik sekali, bahkan hanya akan di jumpai pada saat perayaan Maulid Nabi saw saja. Selain itu, masih banyak tradisi lainnya, Upacara Adat misalnya, upacara pelantikan Tomundo, upacara pelantikan Basalo, dan lain sebagainya.
Tradisi-tradisi dalam masyarakat pun bahkan beragam, masyarakat yang tinggal di tepian pantai dengan masyarakat yang tinggal di pedalaman akan memberikan suatu gambaran yang jauh berbeda, kesenian, upacara adat, bahkan kehidupan adat sehari-haripun tidak banyak menunjukan kesamaan, contohnya, ada sebuah upacara adat atau perayaan ketika para [[nelayan]] telah menangkap ikan, yang cara menangkapnya di kenal dengan nama ''sero'', sedangkan di pedalaman akan ada penanaman sejenis Umbi yang memang satu-satunya di dunia ini hanya terdapat dan berasal dari Banggai, sehingga di kenal dengan nama Ubi Banggai, ini akan memberikan suatu cerita tersendiri yang sangat menakjubkan, yang di mulai dari proses hingga selesai, akan banyak sisi-sisi kehidupan tradisi yang memberikan gaya artistik yang sangat berharga.<ref name="S"><small>[http://www.kompasiana.com/andrihpanili/kebudayaan-suku-banggai_54f7cb6ca33311991d8b498c Kesenian dan Kebudayaan] diakses 12 Februari 2016 </small></ref>

== Mata Pencaharian Suku Banggai ==
Suku Banggai sudah mengenal pertanian misalnya tanaman [[padi]], [[jagung]], [[coklat]], [[ubi]] dan lain-lain. Selain pertanian juga menjadi [[nelayan]], dan kegiatan lain adalah berburu (''Baasu''), yang merupakan salah satu kegiatan dari zaman pra-kerajaan Banggai. Dan kegiatan yang sampai sekarang ini dan dijumpai adalah berburu terutama di kawasan [[Pulau Peling]] daerah pedalaman.<ref name="T"><small>[http://ciricara.com/2015/03/11/apa-itu-suku-banggai/Mata pencaharian Suku Banggai ] diakses 12 Februari 2016 </small></ref>


== Referensi ==
{{reflist}}

[[Kategori:Suku]]
[[Kategori:Budaya]]
[[Kategori:Sejarah]]

Revisi per 23 Februari 2016 03.25

Suku Banggai merupakan suku asli yang mendiami kepulauan Banggai di kabupaten Banggai di Provinsi Sulawesi Tengah. Suku Banggai terdiri dari dua kelompok, yaitu suku Banggai Kepulauan yang berada di kabupaten Banggai Kepulauan provinsi Sulawesi Tengah, dan suku Sea-sea (Suku Banggai Pegunungan) yang berada di daerah pegunungan di kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Di Kabupaten Banggai sebenarnya terdapat tiga suku bangsa, yaitu Suku Banggai, Suku Saluan dan Suku Balantak, tetapi ketiga suku ini berbeda dan masing-masing memiliki adat dan kebudayaan sendiri-sendiri. Suku Banggai dianggap sebagai penduduk asli wilayah ini. Sedangkan suku Saluan dan suku Balantak, merupakan pendatang dari wilayah lain di luar wilayah Banggai. [1]

Kepercayaan Suku Banggai

Penduduk Sulawesi Tengah sebagian besar beragama Islam dengan persentase 72,36 % pemeluk agama Kristen 24,51%, pemeluk agam hindu dan Budha 3,13%. Penyebaran agama Islam di Sulawesi Tengah adalah Abdullah Raqile yang lebih dikenal dengan Dato Karamah seorang Ulama dari Sumatera Barat. Agama Kristen pertama kali disebarkan oleh Missionaris dari belanda yaitu A.C Cruyt dan Adrian diwilayah kabupaten Poso dan bagian selatan kabupaten Donggala. Sedangkan agama Hindu dan Budha dibawa oleh para transmigran asal bali. [2]

Kesenian dan Kebudayaan

Berkas:Tarian Banggai.jpeg
Tarian Banggai

Berbagai macam adat serta kebudayaan dari suku Banggai sangat melekat dalam masyarakat yang memang sangat menarik, musik yang di antaranya; batongan, kanjar, libul dan lain sebagainya, juga ada tarian, yang termasuk Onsulen, Balatindak, Ridan. Cerita rakyat atau legenda yang sangat banyak yang di kenal dengan nama Banunut, lagu atau puisi yaitu Baode, Paupe. dan masih banyak lagi kesenian tradisional lainnya.[3]

Ada pun beberapa tradisi yang masih dipegang secara menyeluruh dari suku Banggai, misalnya pada saat perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw, para masyarakat suku Banggai akan membuat sejenis kue yang di beri nama Kala-kalas, ada juga yang menyebutnya kaakaras. Kue ini tebuat dari tepung beras yang bentuk jadinya di goreng, dan kue ini sangat unik sekali, bahkan hanya akan di jumpai pada saat perayaan Maulid Nabi saw saja. Selain itu, masih banyak tradisi lainnya, Upacara Adat misalnya, upacara pelantikan Tomundo, upacara pelantikan Basalo, dan lain sebagainya. Tradisi-tradisi dalam masyarakat pun bahkan beragam, masyarakat yang tinggal di tepian pantai dengan masyarakat yang tinggal di pedalaman akan memberikan suatu gambaran yang jauh berbeda, kesenian, upacara adat, bahkan kehidupan adat sehari-haripun tidak banyak menunjukan kesamaan, contohnya, ada sebuah upacara adat atau perayaan ketika para nelayan telah menangkap ikan, yang cara menangkapnya di kenal dengan nama sero, sedangkan di pedalaman akan ada penanaman sejenis Umbi yang memang satu-satunya di dunia ini hanya terdapat dan berasal dari Banggai, sehingga di kenal dengan nama Ubi Banggai, ini akan memberikan suatu cerita tersendiri yang sangat menakjubkan, yang di mulai dari proses hingga selesai, akan banyak sisi-sisi kehidupan tradisi yang memberikan gaya artistik yang sangat berharga.[4]

Mata Pencaharian Suku Banggai

Suku Banggai sudah mengenal pertanian misalnya tanaman padi, jagung, coklat, ubi dan lain-lain. Selain pertanian juga menjadi nelayan, dan kegiatan lain adalah berburu (Baasu), yang merupakan salah satu kegiatan dari zaman pra-kerajaan Banggai. Dan kegiatan yang sampai sekarang ini dan dijumpai adalah berburu terutama di kawasan Pulau Peling daerah pedalaman.[5]


Referensi

  1. ^ [1] diakses 12 Februari 2016
  2. ^ [2] diakses 12 Februari 2016
  3. ^ Kesenian dan Kebudayaan diakses 12 Februari 2016
  4. ^ Kesenian dan Kebudayaan diakses 12 Februari 2016
  5. ^ pencaharian Suku Banggai diakses 12 Februari 2016