Jatinegara, Jakarta Timur: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Andri Dariel (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 55: Baris 55:
{{reflist}}
{{reflist}}


{{Batavia}}
{{Kota Jakarta Timur}}
{{Kota Jakarta Timur}}
{{Jakarta}}
{{Jakarta}}

Revisi per 18 Oktober 2015 04.50

Jatinegara
Negara Indonesia
ProvinsiJakarta
KotaJakarta Timur
Pemerintahan
 • CamatSyofian
Kode Kemendagri31.75.03
Kode BPS3172060
Jalan utama Meester Cornelis di akhir abad ke-19
Meester Cornelis di awal abad ke-20

Kecamatan Jatinegara adalah salah satu kecamatan dalam wilayah Jakarta Timur. Selain Glodok di Jakarta Barat, Jatinegara juga merupakan pecinan besar yang ada di Jakarta.

Kotanya Ubul

Ubul tinggal di sini.

Sejarah

Sekolah Militer Meester Cornelis di akhir abad ke-19

Nama Jatinegara diambil dari Jatina Nagara yang berarti simbol perlawanan Kesultanan Banten terhadap kolonial Belanda saat itu.

Pada abad ke-17, daerah ini merupakan pemukiman para pangeran kesultanan Banten. Pada tahun 1661, Cornelis Senen , seorang guru agama Kristen yang berasal dari Banda, Maluku, membeli tanah di daerah aliran sungai Ciliwung. Sebagai guru dan kepala kampung, Cornelis Senen diberi gelar Meester.[1][2] Semenjak dibangunnya Jalan raya Daendels, tanah yang dimiliki oleh Cornelis Senen secara partikelir ini berkembang pesat menjadi pemukiman dan pasar yang ramai[3]. Hingga kini masyarakat menyebutnya dengan Meester Cornelis atau Mester.

Pada abad ke-19, Meester Cornelis merupakan kota satelit (gemeente) Batavia yang terkemuka. Namun pada awal abad ke-19, tepatnya 14 Agustus - 26 Agustus 1811, Meester Cornelis direbut oleh Tentara Inggris dalam peristiwa berdarah Penyerbuan Meester Cornelis yang merupakan perpanjangan dari peperangan perseteruan besar antara Inggris dan Perancis yang telah mengalahkan Kerajaan Belanda sebelumnya. Meester Cornelis juga merupakan ibu kota dari kawedanan Jatinegara yang melingkupi Bekasi, Cikarang, Matraman, dan Kebayoran. Pada tanggal 1 Januari 1936, pemerintah kolonial menggabungkan wilayah Meester ke dalam bagian kota Batavia.[1]

Nama Jatinegara baru muncul tahun 1942, setelah Tentara Kekaisaran Jepang menduduki Hindia-Belanda. Nama Meester yang terlalu berbau Belanda diganti menjadi Jatinegara[4].

Transportasi

Jatinegara merupakan salah satu wilayah yang padat penduduk. Untuk kepentingan masyarakat yang berdomisili di daerah tersebut pemerintah juga mengembangkan sarana transportasi pendukung. Pada tanggal 6 April 1875 pemerintah meresmikan jalur kereta yang menghubungkan Jatinegara dengan Jakarta Kota. Pada tahun 1881, Stoom-ram Mij mengoperasikan trem uap yang menghubungkan Kampung Melayu (Meester Cornelis) dengan Kota Intan (Batavia) melewati rute Matraman, Kramat, Senen, Harmoni, dan Glodok.

6 April 1925, kereta listrik mulai beroperasi sejauh 15,6 km menghubungkan Jatinegara dengan Tanjung Priok dan sejauh 2,6 km menghubungkan Jatinegara dengan Manggarai. Untuk pengembangan perekonomian pulau Jawa, Daendels membangun jalan Anyer-Panarukan. Jatinegara merupakan salah satu kota yang dilewati jalur tersebut. Untuk mengurangi kesemrawutan, pada tahun 1970-an pemerintah membangun terminal Kampung Melayu. Transjakarta koridor 5 (rute Ancol - Kampung Melayu) dan koridor 7 (rute Kampung Melayu - Rambutan) juga melayani penduduk yang bermukim di wilayah ini. Banyaknya transportasi publik yang melintasi Jatinegara menunjukkan bahwa daerah ini merupakan wilayah penting dan cukup ramai sejak dahulu.

Daftar tempat penting

  • Gereja Koinonia (dahulu dikenal sebagai "Gereja Bethel").
  • Gereja Kristen Pasundan (dahulu "Rehoboth Kerk")
  • Klenteng Fu De Gong (Hok Tek Tjeng Sien)
  • Klenteng Shia Jin Kong
  • Klenteng Tien Pao Tong (Kwan Im Po Sat)
  • Bekas Gedung Wedana Meester Cornelis. Gedung bekas kediaman Meester Cornelis ini secara bergantian dikuasai pejuang yang tergabung dalam Kesatuan Laskar Rakyat Jakarta. Terakhir gedung ini dikuasai Kodim. Setelah dikosongkan oleh Kodim 0505, pada tahun 2005 bagian sayap gedung digunakan untuk kantor Pemuda Panca Marga (PPM). Selanjutnya gedung ini diambil alih Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta. Pada Mei 2010 gedung ini nyaris roboh dan tidak dirawat[4].
  • Penjara Cipinang
  • Pasar Induk Beras Cipinang
  • Pasar Mester
  • Pasar Rawa Bening (Bursa Batu Akik Jakarta) setelah direnovasi dan diresmikan pada tanggal 12 Mei 2010 oleh Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo. Sekarang dikenal sebagai Jakarta Gems Center (JGC) Rawabening. JGC adalah pusat perbelanjaan batu permata terbesar di Indonesia, bahkan di Asia. Terletak di jalan Bekasi Barat, di depan stasiun Jatinegara, terdapat lebih dari 1.330 kios penjual berbagai jenis batu permata, kristal, batu-batuan, cincin, fosil, bahkan barang antik dan mistik. JGC berkembang pesat dan selalu dipenuhi wisatawan lokal dan internasional. Setiap hari jumlah pengunjung dapat mencapai 1.000 orang, terutama di hari Sabtu-Minggu. JGC yang berupa bangunan empat lantai relatif bersih dan aman, modern, dan memiliki tempat parkir yang memadai.
  • Stasiun Jatinegara

Daftar kelurahan

Referensi