Lompat ke isi

Investasi pasif

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Investasi pasif (disebut juga manajemen pasif) adalah salah satu strategi investasi yang bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan dengan meminimalkan biaya pembelian dan penjualan saham.[1] Metode investasi pasif bertujuan untuk mengurangi biaya dalam memilih investasi. Salah satu cara investasi pasif adalah dengan menyederhanakan proses pembentukan portofolio. Metode investasi pasif dapat mengurangi biaya yang timbul akibat transaksi jual beli yang terlalu sering. Salah satu contoh investasi pasif adalah reksa dana indeks. Reksa dana indeks dirancang untuk meniru kinerja indeks tertentu. Dengan menggunakan reksa dana indeks, investor tidak memerlukan banyak keputusan aktif dalam memilih saham atau obligasi.[2]

Dana yang dikelola secara pasif sering kali mengungguli dana yang dikelola secara aktif.[3] Lebih dari tiga perempat manajer reksa dana aktif tidak dapat mengalahkan indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average. Laporan SPIVA (S&P Indices Versus Active) yang membandingkan kinerja dana aktif dengan tolok ukur indeks pasar menunjukkan bahwa tahun 2021, 79% manajer dana gagal mengalahkan kinerja indeks S&P. Selama 10 tahun periode, tingkat kegagalan ini mengalami peningkatan menjadi 86%. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak manajer dana aktif yang tidak mampu mengungguli indeks pasar dalam jangka panjang.[4] Secara umum, dana yang dikelola aktif cenderung tidak mampu mengungguli tolok ukur mereka, terutama dalam jangka panjang. Hanya sekitar 25% dana aktif yang berhasil melampaui kinerja dana pasif dalam periode sepuluh tahun yang berakhir pada Juni 2021.[5]

Kekhawatiran seputar investasi pasif

[sunting | sunting sumber]

Pada 2017, seorang ekonom pemenang Penghargaan Nobel di Universitas Yale bernama Robert Shiller menyatakan bahwa dana indeks pasif adalah sebuah "sistem yang kacau" dan "sejenis pseudosains". Ia mengkritik ketergantungan berlebihan pada model komputer dan kurangnya perhatian terhadap bisnis yang sahamnya termasuk dalam dana indeks.[6]

Menurut hasil penelitian di Federal Reserve pada 2020, popularitas investasi pasif telah meningkatkan beberapa risiko bagi investor dan perekonomian secara umum. Beberapa strategi pasif memperkuat volatilitas pasar dan peralihan ke investasi pasif telah meningkatkan konsentrasi industri, tetapi telah mengurangi beberapa risiko likuiditas dan penebusan.[7]

Benjamin Braun[8][9] menyatakan bahwa kepemilikan saham Amerika semakin terkonsentrasi pada beberapa manajer aset besar, seperti BlackRock, Vanguard, dan State Street, yang dikenal sebagai "tiga besar". Model ini menciptakan bentuk baru kapitalisme yang disebut "kapitalisme manajer aset" di mana kekuasaan ekonomi berada di tangan pengelola aset besar tanpa kepentingan langsung pada kinerja perusahaan individual. Manajer aset pasif cenderung lebih memilih stabilitas jangka panjang dan pengaruh kebijakan yang lebih luas, dibandingkan mengejar keuntungan dari perusahaan tertentu. Manajer aset pasif berinvestasi pada hampir semua perusahaan dalam sektor yang sama. Oleh karena itu, manajer aset pasif cenderung tidak mendorong persaingan, malah menguntungkan harga monopoli antar perusahaan yang mereka kuasai. Dalam kasus ekstrem, terjadi monopoli ekonomi secara luas di mana manajer aset mengendalikan sebagian besar perkonomian. Meskipun aset dimiliki oleh banyak orang melalui dana investasi, hanya sebagian kecil dari populasi yang berinvestasi dalam dana tersebut dan 1% teratas dari orang terkaya yang memiliki 50% ekuitas perusahaan dan reksa dana. Stagnasi upah akan menjadi eksternalitas yang diharapkan. Manajer aset memiliki insentif untuk meningkatkan nilai aset dan memengaruhi kebijakan moneter.[9][10]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Passive Investing Definition and Pros & Cons, vs. Active Investing". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-03-26.
  2. ^ "Benefits of Passive Investing for Busy People: Insights from Fieldvest". www.energyfieldinvest.com. Diakses tanggal 2025-04-16.
  3. ^ Sommer, Jeff (2022-12-02). "Mutual Funds That Consistently Beat the Market? Not One of 2,132". The New York Times (dalam bahasa American English). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2025-03-26.
  4. ^ Meyers, Josh (2022-03-27). "New report finds almost 80% of active fund managers are falling behind the major indexes". CNBC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-03-26.
  5. ^ "Most Active Funds Have Failed to Capitalize on Recent Market Volatility". Morningstar, Inc. (dalam bahasa Inggris). 2021-10-14. Diakses tanggal 2025-03-26.
  6. ^ Landsman, Stephanie (2017-11-14). "Passive investing is a 'chaotic system' that could be dangerous, warns Robert Shiller". CNBC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-03-26.
  7. ^ Anadu, Kenechukwu; Kruttli, Mathias; McCabe, Patrick; Osambela, Emilio (2020-06-29). "The Shift from Active to Passive Investing: Potential Risks to Financial Stability?" (dalam bahasa Inggris).
  8. ^ Braun, Benjamin (18 June 2020). Hacker, J. S.; Hertel-Fernandez, A.; Pierson, P.; Thelen, K. (ed.). "Asset Manager Capitalism as a Corporate Governance Regime". American Political Economy: Politics, Markets, and Power (dalam bahasa Inggris). SocArXiv. doi:10.31235/osf.io/v6gue. Diakses tanggal 7 August 2024.
  9. ^ a b "Welcome to the age of asset manager capitalism". openDemocracy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-04-16.
  10. ^ Moltke, Felix von; Sløk, Torsten (November 2024). "Assessing the Impact of Passive Investing over Time: Higher Volatility, Reduced Liquidity, and Increased Concentration" (PDF). APOLLO. Diakses tanggal 2025-04-16.