Intoksikasi jengkol

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Biji jengkol

Intoksikasi jengkol atau keracunan jengkol (Inggris: djenkolism; djenkol bean poisoning) adalah penyakit pada ginjal yang disebabkan oleh asam jengkol yang terkandung dalam biji jengkol. Penyakit ini jarang terjadi dan kejadiannya sporadis. Sesuai wilayah endemis tempat tumbuhnya jengkol, penyakit ini dilaporkan terjadi di Asia Tenggara[1] terutama Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Tampilan klinis pada penderita intoksikasi jengkol cukup beragam, mulai dari gagal ginjal akut (acute kidney injury), sumbatan saluran kemih, dan rasa nyeri di bagian pinggang dan perut bawah dalam beberapa jam setelah mengonsumsi biji jengkol. Penyakit ini dapat menjadi fatal bila tidak segera ditangani oleh tenaga medis.[2]

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

Penyakit ini hanya mengenai sebagai kecil orang yang mengonsumsi biji jengkol saja. Kejadiannya jarang dan tersebar secara sporadis. Penyakit ini biasa terjadi di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Myanmar, tempat tanaman ini tumbuh dan dikonsumsi. Masyarakat Asia Tenggara biasa mengonsumsinya baik dalam keadaan mentah maupun diolah dengan berbagai jenis hidangan. Tanaman ini dapat tumbuh dan panen hampir sepanjang tahun, tetapi dalam sebuah studi dilaporkan bahwa terdapat peningkatan kasus antara bulan September hingga Desember atau pada musim penghujan saat puncak musim panen jengkol.[2][3]

Semur jengkol, salah satu olahan jengkol di Asia Tenggara. Pada musim panen jengkol, konsumsi jengkol meningkat dan meningkatkan angka kejadian intoksikasi jengkol.

Penyakit ini tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia. Pada studi ditemukan bahwa kasus ini dapat terjadi pada anak[4] dan dewasa, umumnya antara usia 12 hingga 50 tahun.[2][5]

Etiologi[sunting | sunting sumber]

Penyebab keracunan jengkol adalah asam jengkol yang terkandung dalam biji jengkol. Asam jengkol adalah sejenis asam amino non-protein yang mengandung sulfur. Sulfur inilah yang menyebabkan bau tidak sedap. Kadar asam jengkol pada biji jengkol bervariasi tergantung pada varietas dan usia bijinya. Kadar asam jengkol pada biji muda lebih sedikit daripada kadar yang terdapat pada biji jengkol yang lebih tua.[6]

Patogenesis[sunting | sunting sumber]

Keracunan jengkol terjadi ketika terjadi peningkatan kadar asam jengkol dalam ginjal. Pada saat kadar asam jengkol dalam tubuh tinggi maka akan menimbulkan endapan dan terbentuk kristal-kristal tajam seperti jarum.[2] Kristal tersebut sukar larut dalam air dan dapat menimbulkan penyumbatan dalam saluran kemih. Pada kondisi yang parah akan timbul kerusakan pada ginjal hingga kematian.[6]

Gejala klinis[sunting | sunting sumber]

Sampel urin berdarah

Tidak semua orang dapat langsung terkena penyakit ini ketika mengonsumsi jengkol. Penyakit ini dapat timbul bergantung pada daya tahan tubuh seseorang. Tampilan klinis pada seseorang yang terkena penyakit ini bisa beragam. Tampilan klinis penderita muncul dalam 5 hingga 12 jam setelah mengonsumsi jengkol, terkadang bisa lebih cepat hingga 2 jam setelahnya. Penderita biasanya datang dalam keadaan mulut berbau tidak sedap khas jengkol. Gejala yang dapat muncul antara lain:[5][7]

  • Mual
  • Muntah
  • Kolik, rasa nyeri pada daerah sekitar perut bawah atau pinggang
  • Oliguria (kemih sedikit) atau anuria (tidak berkemih sama sekali)
  • Hematuria (berdarah saat berkemih), ditandai urin kemerahan
  • Gagal ginjal akut

Komplikasi[sunting | sunting sumber]

Pada kondisi yang parah, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi seperti gagal ginjal akut. Belum ada penelitian yang menentukan kadar asam jengkol atau jumlah jengkol yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan komplikasi. Namun, pada sebuah studi kasus dilaporkan seorang laki-laki berusia 32 tahun mengalami keluhan keracunan jengkol setelah menghabiskan 10 biji jengkol.[2]

Kematian juga dapat menjadi komplikasi paling fatal dari keracunan jengkol. Pada studi meta analis, ditemukan 9 artikel dengan 4 angka kematian dari 96 kasus atau sekitar 4%. 3 dari 4 kematian tersebut terjadi pada anak-anak dan berada dalam kondisi tidak tersedia fasilitas hemodialisis.[2]

Tatalaksana[sunting | sunting sumber]

Intoksikasi jengkol tidak memiliki antidotum atau obat yang spesifik. Tatalaksana yang dilakukan adalah istirahat dan terapi suportif. Tujuan tatalaksana untuk mencegah terbentuknya kristal dengan mengubah suasa asam menjadi basa.[5][8] Pembentukan kristal dapat dicegah dengan pemberian natrium bikarbonat 0,5 - 2 gram 4 kali sehari secara oral.[7] Penderita biasanya dapat sembuh dalam beberapa hari.[8]

Pada pasien dengan komplikasi gagal ginjal akut, maka ditatalaksana sesuai tatalaksana gagal ginjal akut, seperti dilakukan hemodialisa. Perawatan di rumah sakit dapat diperlukan untuk memonitor kondisi pasien ini.[7]

Pencegahan[sunting | sunting sumber]

Pencegahan intoksikasi jengkol dapat dilakukan dengan menghindari makan jengkol berlebihan.[9][10] Menghindari konsumsi jengkol secara mentah dan merebus jengkol dapat mengurangi risiko keracunan karena dapat menghilangkan asam jengkol pada proses perebusan. Dianjurkan untuk merebus jengkol selama 10 menit dengan air soda hingga mendidih.[6]

Cara pencegahan lainnya adalah dengan mengonsumsi banyak air. Kondisi tubuh yang dehidrasi (kekurangan cairan) dapat menyebabkan asam jengkol mudah mengendap dan membenuk kristal yang mengganggu saluran kemih.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Sakhuja V, Sud K. Acute Renal Failure in the Tropics. Saudi J Kidney Dis Transpl [serial online] 1998 [cited 2019 Jul 6];9:247-60.
  2. ^ a b c d e f Wang, Nancy; Bunawan, Nur Chandra; Rastegar, Asghar; White, Kathleen (2014-04). "Djenkolism: case report and literature review". International Medical Case Reports Journal: 79. doi:10.2147/imcrj.s58379. ISSN 1179-142X. 
  3. ^ Yeoh BH; Burud IA; Tata MD (2017). "Djenkolism: An uncommon cause for Acute Kidney Injury.". Brunei Int Med Journal: 13 (6): 211-214.
  4. ^ Lebel, Louis; Vachvanichsanong, Prayong (1997). "Djenkol Beans as a Cause of Hematuria in Children". Nephron (dalam bahasa english). 76 (1): 39–42. doi:10.1159/000190138. ISSN 1660-8151. PMID 9171298. 
  5. ^ a b c Wiwanitkit, Viroj (2005-12). "Renal failure due to djenkolism: an appraisal of previously reported Thai cases". Clinical and Experimental Nephrology (dalam bahasa Inggris). 9 (4): 343–343. doi:10.1007/s10157-005-0379-2. ISSN 1342-1751. 
  6. ^ a b c d Sentra Informasi Keracunan, 2016. Bahaya Keracunan Asam Jengkolat Diarsipkan 2019-07-06 di Wayback Machine., Badan POM RI.
  7. ^ a b c "1.5.5 Keracunan makanan | ICHRC". www.ichrc.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-06. Diakses tanggal 2019-07-06. 
  8. ^ a b Bennett, William M.; Kong, N. C. T.; Swaminathan, M.; Segasothy, M. (1995-01-01). "Djenkol bean poisoning (Djenkolism): An unusual cause of acute renal failure". American Journal of Kidney Diseases (dalam bahasa English). 25 (1): 63–66. doi:10.1016/0272-6386(95)90627-4. ISSN 0272-6386. 
  9. ^ "Jengkol Memang Enak Tapi Tetap Harus Waspada". www.idionline.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-06. Diakses tanggal 2019-07-06. 
  10. ^ Anurogo, dr Dito (2016-01-25). The Art of Medicine. Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9786020321554.