Intan Avantie

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Intan Avantie
LahirEufrasya Citra Intan Avantie
17 November 1984 (umur 39)
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Nama lainIntan Avantie
PekerjaanPerancang busana
Tahun aktif2004–sekarang
Suami/istriChristinus
Anak1

Eufrasya Citra Intan Avantie, yang lebih dikenal sebagai Intan Avantie (lahir 17 November 1984) adalah seorang perancang busana berkebangsaan Indonesia. Intan merupakan putri sulung dari perancang busana Anne Avantie. Sejak tahun 2006, karya rancangan Intan telah dikenakan oleh 10 besar hingga 3 besar kontes kecantikan Puteri Indonesia. Beberapa selebriti yang pernah mengenakan rancangannya antara lain Gita Gutawa, Bunga Citra Lestari, Dewi Gita, Lea Simanjuntak, Rossa, Nadine Chandrawinata, Artika Sari Devi, Sherina, dan lain-lain.[1][2][3]

Kehidupan pribadi[sunting | sunting sumber]

Kebaya rancangan Intan Avantie dikenakan oleh Puteri Indonesia Lingkungan 2019/Miss International Indonesia 2019, Jolene Marie Rotinsulu saat berkompetisi pada Miss International 2019 di Jepang.

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Intan Avantie lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada 17 November 1984. Ia merupakan putri dari pasangan Didiek WS dan Anne Avantie. Mulai menelusuri bakat dan minatnya sejak masih usia belia, kelas V sekolah dasar, tetapi serius menekuni sejak SMA. Pekerjaan pertama yang diterimanya adalah rancangan busana untuk seorang wisudawan, dengan dihargai Rp 150.000.

Perjalanan karier[sunting | sunting sumber]

Selepas kuliah, Intan memberanikan diri membuka usaha. Namun karena di rumahnya sudah tidak cukup ruangan, terpaksa dia memanfaatkan garasi sebagai kantor dengan mempekerjakan seorang karyawan. Kantor di garasi itu bertahan hingga tiga tahun, kemudian akhirnya pindah rumah.

Sejak tahun 2006, karya rancangan Intan telah dikenakan oleh 10 besar atau 5 besar kontes kecantikan Puteri Indonesia. Beberapa selebriti yang pernah mengenakan rancangannya antara lain Gita Gutawa, Bunga Citra Lestari, Dewi Gita, Lea Simanjuntak, Rossa, Nadine Chandrawinata, Artika Sari Devi, Sherina, dan lain-lain.

Kontroversi[sunting | sunting sumber]

Penyensoran di Puteri Indonesia 2016[sunting | sunting sumber]

Di tengah keberhasilannya sebagai perancang busana, Intan Avantie juga pernah mengalami sensor atas karyanya yang ditampilkan dalam malam final Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2016 saat acara itu disiarkan ulang, Minggu, 21 Februari 2016. Namun demikian, Intan memastikan, penyensoran itu tidak akan membatasinya dalam berkarya.

Dalam perhelatan itu, Intan diminta untuk merancang kebaya bernuansa glamor untuk lima besar finalis. Pada rancangannya, Intan Avantie menghadirkan kebaya dengan paduan songket Palembang sebagai rok, senada dengan tema acara tahun itu yang bernuansa Sumatera Selatan.

Sensor berupa pemburaman pun menghiasi bagian dada dan belahan rok depan. Tak sampai di situ, kebaya hitam karya Anne Avantie yang membaluti tubuh pemandu acara, Puteri Indonesia 2011 Maria Selena, juga tidak luput dari sensor. Terhadap penyensoran tersebut, Intan sebetulnya tidak merasa keberatan. Tapi ia menegaskan, seharusnya rancangannya dilihat sebagai sebuah karya seni.

Sebagai seorang desainer Indonesia, Intan memahami batasan vulgar yang berlaku sesuai budaya Indonesia. Tapi ada hal-hal yang terkadang terjadi di luar dugaannya sehingga membuat rancangannya terlihat 'melebihi' batas, meskipun seluruh busana dirancang dengan kondisi tidak tahu siapa yang akan mengenakannya.[4]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Media Indonesia: Intan Avantie Bangga Warisi Darah Mode, diakses 29 Maret 2018
  2. ^ Liputan6,com: Indahnya Kebaya Intan Avantie untuk 5 Finalis Puteri Indonesia, diakses 30 Maret 2018
  3. ^ Edukasi-Kompas: Sukses Berwirausaha di Usia Belia Berkat Kepercayaan, diakses 30 Maret 2018
  4. ^ Wolipop: Kebaya Puteri Indonesia Karyanya Disensor, Intan Avantie Tak Kapok Berkarya, diakses 30 Maret 2018

Pranala luar[sunting | sunting sumber]